• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Penyaringan

7.2 Kualitas

7.2.1. Peperomina pellucida L. Extract

Ektrak daun sirih cina (Peperomina pellucida L) adalah bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan produk masker. Daun sirih cina yang digunakan harus dalam keadaan segar dan bersih sebelum diubah menjadi ekstrasi dengan metode maserasi dan evaporasi. Pada proses pembuatan ekstrak perlu memperhatikan suhu dan tekanan yang digunakan agar kualitas ektrak yang diperoleh dalam kondisi yang baik Kusuma dkk, 2017).

7.2.2. Aloe Vera Extract

Ekstrak lidah buaya (Aloe vera Extract) merupakan endapan polisakarida yang diperoleh dengan cara mencapurkan jus lidah buaya dengan etanol 96% dengan perbandingan (1:4) pada suhu rendah yaitu 10oC selama 10 jam. Penggunaan lidah buaya yang berkualitas tinggi juga akan menghasilkan ekstrak dengan kualitas tinggi pula. Selain bahan baku yang unggul proses pengolahan yang tepat dan sesuai juga memiliki peranan dalam menghasilkan ekstrak yang berkualitas.Penggunaan aloe vera sebagai bahan tambahan masker ini ditujukan untuk memberikan efek menenangkan kulit, meredakan jerawat dan melembabkan kulit wajah.

7.2.3. Honey Extract

Kandungan yang terdapat dalam madu per 100 gram diantaranya adalah mineral meliputi natrium, kalsium, megnesiun, alumunium besi, fosfor dan kalium. Adapun vitamin yang terkandung didalamnya adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K.

Selain itu, kandungan lain yang terdapat dalam madu adalah enzim diantaranya adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Selain itu unsur kandungan lain madu adalah memiliki zat antibiotik atau antibakteri. Standar mutu madu telah diatur di Indonesia berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-3545-1994. Standar tersebut merupakan kriteria dari mutu madu yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (Wulandari, 2017).

Tabel X.Kriteria Madu berdasarkan SNI 2004

SNI madu yang baru adalah SNI 8664:2018 yang menggabungkan dua SNI yakni SNI 3545-2013 Madu dan SNI 7899-2013 Pengelolaan mad. Hal tersebut bertujuan agar cakupan SNI menyeluruh mulai dari pengelolaan pasca panen sampai dengan penentuan persyaratan kualitas serta diharapkan dapat mengakomodasi lebih luas keragaman mutu berbagai madu yang ada di Indonesia, serta dapat mengakomodasi lebih luas berbagai kepentingan semua pihak terkait (BSN, 2018).

Tabel X.Persyaratan Mutu Madu

7.2.4. Sweet Almond Oil

Minyak almond yang dihasilkan dari proses ekstraksi kacang almond. Kualitas minyak almond dapat terjaga dengan menggunakan proses cod-pressed dalam proses ekstraksinya karena mempertahankan kandungan zat didalamnya. Minyak almond dengan ualitas tinggi biasa diberi tanda khusus oleh lembaga sertifikasi organik berstandar internasional dianteanya melipuri ECOCERT standard atau COSMOS standard yang diberikan oleh Ecocert Green Life kepada produk yang telah menjalani sertifikasi organik (Ahmad,2010).

7.2.5. Glycerin

Gliserin yang sering digunakan pada produk kosmetik harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar dalam penggunaan produk tidak membahayakan pengguna/kosumen serta dapat meningkatkan kepercayaan pengguna/konsumen terhadap produk. Berikut adalah spesifikasi gliserol menurut SNI 06-1564-1995 (Aritadkk, 2019)

Tabel X.Spesifikasi Gliserol Menurut SNI 06-1564-1995 7.2.6. Niacinamide

Penggunaan niasiamida telah diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia terkait batas maksimum penggunaan dalam sehari.

Pengaturan batas maksimum ini tertera pada BPOM RI nomor HK.00.05.23.3644 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan. Pengatutan terkait batas maksimum penggunaan vitamin dan mineral pada makanan dapat dilihat padaGambar X.

7.2.7. Collagen Sodium Hyaluronate dan Phonexythanol

Penggunaan collagen sodium hyaluronate atau collagen peptide dan phenoxyethanol pada produk kecantikan memiliki fungsi yang berbeda. Collagen sodium hyaluronate untuk mengencangkan kulit wajah, mencerahkan wajah dan membantu mempercepat penyembuhan luka. Sedangkan, phenoxyethanol berguna sebagi pengawet agar produk tidak berjamur dan mudah rusak. Pada penggunaanya collagen sodium hyaluronate dan phenoxyethanol masih di toleransi pada produk kosmetik ataupun skincare dengan konsentrasi maksimal sebesar 1% (Safithri dkk, 2019)

7.3 Lead Time

Dalam kegiatan memproduksi, banyak hal yang diperhitungan dan menjadi pertimbangan salah satunya adalah lead time. Lead time disebut juga replenishment delay, yang merupakan jeda waktu antara pengiriman pesanan dan penerimaannya.

Literatur menunjukkan bahwa lead time merupakan faktor kunci yang mempengaruhi kinerja rantai pasokan. Jika lead time tidak pasti, dapat menyebabkan situasi yang kompleks dari perspektif biaya dan layanan (Li dkk., 2019). Sehingga mendapatkan lead time yang efektif perlu dimanajemen karena dapat mengurangi biaya rantai pasokan dengan menurukan tingkat persediaan, tetapi juga dengan meningkatkan kinerja karyawan dan memberikan pelayanan yang baik serta menawarkan layanan meningkatan kualitas produk. Untuk mendapatkan lead time yang efektif perlu dilakukan perhitungan, elemen yang dibutuhkan di perhitungan lead time adalah waktu set up, waktu produksi dan waktu transportasi. Contoh pengurangan lead time yang memungkinkan oleh logistik yang kooperatif, maksudnya adalah ketika perusahaan operator bertukar pesanan untuk memotong waktu tunggu ke tingkat yang akan mustahil untuk dicapai secara individu. Dengan menggabungkan proses distribusi perusahaan mitra, efisiensi yang penting dapat diperoleh pengirim (Ghaderi, 2016).

Pada produksi Peperomia Night Mask dipilih supplier daun sirih yang lokasinya di Kecamatan Singosari, sedangkan produksi sendiri dilakukan di lokasi Kota Malang sehingga butuh waktu yang lumayan lama untuk bahan sampai ke lokasi produksi. Pada perhitungan lead time produksi Peperomia Night Mask dibutuhkan waktu set up mesin selama 30 menit/ shift, waktu produksi 8 jam/shift dan waktu transportasi sebanyak 45 menit dalam sekali pengiriman. Sehingga pada kasus ini

Total lead time = waktu set up + waktu produksi + waktu transportasi

= 30 + (8x60) + 45

= 30 + 480 + 45 = 555 menit

Jadi lead time yang dibutuhkan untuk waktu antara pengiriman pesanan dan penerimaannya 555 menit.

No Bahan Waktu Produksi

Waktu Distribusi

Waktu Set Up

Lead Time

1 Daun Sirih Cina 72 45 30 105

2 Ekstrak lidah buaya 69 45 30 105

3 Ekstak madu 62 45 30 105

4 Sweet Almond Oil 45 45 30 105

5 Gliserin 66 45 30 105

6 Niacinamide 27 45 30 105

7 Collagen sodium Hyaluronate

75 45 30 105

8 Phenoxyethanol 64 45 30 105

Total 480 45 30 555 menit

Dalam dokumen TUGAS PROPOSAL PROYEK AGROINDUSTRI (Halaman 36-41)

Dokumen terkait