• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurangnya rasa percaya diri

BAB III PEMBAHASAN

B. Dampak Penelantaran Anak Terhadap Perkembangan Sosial

3. Kurangnya rasa percaya diri

Kepercayaan diri merupakan aspek yang sangat penting bagi sesorang untuk dapat mengembangkan potensinya. Jika seseorang memiliki bekal kepercayaan diri yang baik, maka individu tersabut akan dapat mengembangkan potensinya dengan mantap. Namun jika seseorang memiliki kepercayaan diri rendah, maka individu tersebut cenderung menutup diri. Orang akan melakukan perbuatan kurang baik ketika menghadapi kesulitan, canggung dalam menghadapi orang, dan sulit menerima realita dirinya.

Penolakan yang dirasakan dapat mengakibatkan mereka menarik diri dari lingkungan sosial, menutup diri, tidak mampu menaruh kepercayaan terhadap orang lain dan akhirnya kemampuannya untuk bersosialisasi tidak berkembang dengan baik. Anak yang kurang

56

merasakan kasih sayang akan merasa bahwa kehadiran meraka tidak dianggap sehingga membuat mereka menjadi pribadi yang individual.

Ketika anak usia 0-6 tahun mendapatkan perlakuan diabaikan mereka belum bisa menjelaskan apa yang mereka rasakan, namun seiring beranjak dewasa mereka akan paham bahwa tindakan tidak acuh yang mereka terima akan membekas dan membuat mereka percaya bahwa tidak ada yang bisa menerima mereka dimanapun.

Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, terdapat 1 anak yang sering menyendiri dan tidak mau bergabung bersama teman-temannya, setelah ditelusuri kembali ketika di tanya kepada ibu asuh nya, anak tersebut adalah korban penelantaran, yang diasingkan oleh orangtuanya, ia ditemukan di jalan oleh warga yang berada di dekat perdesaan lingsar, saat sampai di YPA anak tersebut tidak mau berbicara sedikitpun dan ketika di kelas anak tersebut lebih memilih bermain sendiri, tetapi pihak yayasan juga masih berupaya untuk menumbuhkan rasa percaya diri, memberikan lingkungan yang nyaman dan aman agar anak tersebut bisa secara perlahan membuka dirinya untuk bergaul bersama teman-temannya.

Adapun upaya yayasan dalam menangani kasus tersebut adalah : a) Penanganan oleh psikolog

Dalam bimbingan psikologi anak, perilaku anak yang nampak pada sesi pemeriksaan, akan dikaitkan dengan faktor-faktor yang diperkirakan memengaruhi kemunculannya, seperti lingkungan, sosial, genetik, dan emosional anak. Selain itu, tumbuh kembang anak dari

57

sejak lahir hingga usia saat pemeriksaan dilakukan juga akan dinilai, untuk melihat adanya gangguan tumbuh kembang yang mungkin memengaruhi kondisi anak.

Yayasan Peduli Anak memberikan layanan kepada anak-anak yang memiliki hambatan dalam perkembangan sosial-emosional berupa kelah khusus setelah jam belajar selesai. Anak akan diminta mengerjakan beberapa kuis, menceritakan apa saja kegaiatan yang dilakukan hari ini serta hal yang membuatnya senang, sehingga secara perlahan menumbuhkan rasa nyaman dan aman kepada anak.

b) Pemberian kasih sayang oleh Ibu asuh

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, bahwa tidak selamanya anak-anak yang diberikan tempat tinggal dan makan bergizi tidak merasakan menjadi korban penelantaran. Kurangnya kasih sayang orang tua juga menjadi salah satu dari bentuk penelantaran.

Sebagai orang terdekat anak, orang tua hendaknya mampu memberikan kasih sayang yang utuh kepada anak-anaknya. Namun sangat disayangkan bahwa orang tua yang melakukan tindak penelantaran tidak mampu memberikan hal tersebut. Anak-anak yang belum mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuanya merupakan anak-anak yang sejak dini sudah berada di Yayasan Peduli Anak.

Yayasan Peduli Anak sendiri beranggapan bahwa ibu sangat berperan dalam pertumbuhan anak. Guna memberikan figur seorang Ibu, Yayasan Peduli Anak menggunakan foster mother atau ibu asuh

58

yang ditempatkan pada tiap-tiap rumah. Selayaknya seorang Ibu, foster mother berperan dalam memberikan anak-anak tersebut kasih sayang, menyiapkan makanan, membantu anak-anak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dari sekolah, dan memberikan pendisiplinan jika memang anak-anaknya melanggar aturan.

59 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Yayasan Peduli Anak Desa Langko, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, ada beberapa hal yang dapat peneliti simpulkan:

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi penelantaran di Yayasan Peduli anak adalah masalah perceraian orang tua, ekonomi yang tidak stabil dan konflik yang bekelanjutan yang mengakibatkan anak-anak tersebut tidak dapat di perhatikan sehingga mereka harus berada di Yayasan Peduli Anak.

2. Dampak penelantaran terhadap perkembangan sosial-emosional anak di Yayasan Peduli Anak yang paling sering terlihat adalah anak masih sering menangis, belum dapat mengendalikan emosi sehingga beberapa kali mengalami tantrum, dan kurangnya percaya diri untuk mulai berinteraksi dengan orang baru.

B. Saran

1. Bagi instansi terkait

Dalam mengurangi resiko perkembangan sosial-emosional yang buruk maka pihak sekolah sebaiknya membererikan pembelajaran yang sesuai sebagaimana dengan PAUD pada umumnya dengan menentukan RPPH agar pembelajaran lebih terstruktur dan dapat mengevaluasi perkembangan anak sesuai dengan usianya. Terlepas dari itu, peneliti

60

berharap untuk instansi tersebut mampu memberikan pendidikan anak usia dini yang sama dengan PAUD yang lainnya.

2. Bagi orang tua

Perlunya edukasi tetang parenting kepada orang tua yang akan dan sudah memiliki anak untuk mengurangi resiko penelantaran serta melakukan perlindungan terhadap anak sedini mungkin oleh keluarga dan orang tua dengan menjauhkan anak dari bahaya, memberikan kasih sayang yang penuh, pemberian Pendidikan, fasilitas Kesehatan, dan menerapkan pola asuh yang positif.

61

DAFTAR PUSTAKA

Ainy Kartika, “Fenomena Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Studi Kasus Penganiayaan yang Menyebabkan Kematian di Dusun Kayunan Kabupaten Sleman)”, G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol. 2 No. 1 Tahun 2017, hlm. 64.

Alit Kurniasari, “Dampak Kekerasan Pada Kepribadian Anak”. Sosio Informa, Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. hlm. 19-20.

Anne Ahira, Terminologi Kosa Kata. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. hlm. 77.

Ani Mardiyati, “Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindakan Kekerasan” PKS, Vol. 14, Nomor 4, Desember 2015.

hlm. 460.

Anissa Nur Fitri, et.al. “Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak”. Prosiding KS: Riset & PKM, Vol. 2, Nomor 1, 2015.

hlm. 46.

Ariani, “Kekerasan dan Penelantaran Anak”, (Malang: UB Press,2021), 154, hlm.

4.

Bagong Suyatno, “Masalah Sosial Anak”, (Jakarta : Prenada Media, 2010), hlm.

99.

Barker, The Social Work Dictionary, (1987:1) dalam Abu Huraerah “Child Abuse (kekerasan terhadap anak)”, (Jakarta: Nuansa, 2007).

Ella, Langko : 09 Agustus 2022

Erinda Dayani, “ Kajian Kriminologi Terhadap Penelantaran Anak Sebagi Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, Dinamika Hukum, Vol. 2, No. 1, April 2018, hlm 48

Helda Nur, “Psikologi Perkembangan Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah”, Vol 2, No. 1, September 2018, hlm 38.

Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini, Kencana : Jakarta 2016, hlm. 143.

62

Hijriati, “Tahapan Perkembangan Kognitif Pada Masa Early Chilhood”, Vol. 1, No. 2, Juni 2016, hlm. 33.

Ina Maria,Eka Rizkia Amalia “Perkembangan Aspek Sosial-Emosional dan Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun”, Journal of Development and Social Change, Vol. 1, Nomor 1, Oktober 2018, hlm.

10

Intan, Langko : 11 agustus 2022

Jaja Suteja, “Dampak Kekerasan Orang Tua Terhadap Psikologis Anak Dalam Keluarga”, Equalita, Vol.2, No. 1, Desember 2019, hlm 170.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Arti Kata Dampak”, dalam https://www.kbbi.web.id/dampak diakses tanggal 6 Juni 2022, pukul 01.56.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Arti Kata Penelantaran”, dalam https://www.kbbi.web.id/penelantaran diakses tanggal 3 Maret 2022, pukul 21.15.

Kementerian Sosial Republik Indonesia “Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga: Pencegahaan Kekerasan, Penelantaran, dan Eksploitasi Anak.”

Namira Tami Rukmana, “ Perspektif Viktomologi Terhadap Penelantaran Anak Diluar Nikah Yang Dilakukan Orang Tua Dihubungkan Dengan Asas Perlindungan Hukum”, ( Sripsi, FH Universitas Pasundan, Bandung, 2020), hlm. 66.

Nunung Suryana Jamin, “Pengembangan Afektif Anak Usia Dini”, (Sukabumi:

CV Jejak, 2020), hlm. 15.

Parah Patonah, Dampak Gadjet Terhadap Perkembangan Koginitif Anak usia 5-6 Tahun, Jurnal AUDHI, Vol 1, No. 2, Juni 2020, hlm. 3

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & B, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.244.

Rabiatul Al Adawiyah, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak”, Jurnal Keamanan Nasional, Vol. 1, Nomor 2, Desember 2015, hlm 21.

Radar Lombok, “214 Kasus Kekerasan Anak, Terbanyak di KLU”, dalam https://radarlombok.co.id/214-kasus-kekerasan-anak-terbanyak-di-klu.html

diakses tanggal 04 Januari 2021, pukul 14.30.

63

Ratna Dewi, Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia 4-6 Tahun di Panti Asuhan Benih Kasih Kabupaten Sragen, Jurnal ECEP, Vol 3, No. 2, 2014, hlm. 8.

Ritzer, George. “Teori Sosiologi Modern”, Tarjamahan oleh: Alimandan.

(Jakarta: Prenada Media Group, 2004).

Sandy Pradimata,” Kekerasan terhadap Anak Dalam Perspektif Sosial”, PKS, Vol.2, No. 4, Desember 2010, hlm 15.

Siskandar, “Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Anak Usia Dini”, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia “Menu Pembelajaran PADU”, Vol 2, No. 01, April 2003, hlm.7.

Suwandi, Dampak Kekeranan Verbal Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak, Jurnal Chilhood, Vol 2. No. 1, 2017, hlm. 19.

Undang – undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, Pasal 1 ayat 14.

Unicef Indonesia, “Buku Pedoman Pelatihan Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Korban Child Abuse and Neglect” 2004.

Unicef Indonesia, “Konvensi Hak Anak: Versi Anak-anak”, dalam https://www.unicef.org/indonesia/id/konvensi-hak-anak-versi-anak-anak diakses pada tanggal 4 Juni 2022, pukul 22.38. WITA

Zulfahmi Alwi, “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang Dampak Penelantaran Anak Akibat Perceraian Orang Tua”, QADAUNA, Vol. 3, No.3, Agustus 2022, hlm. 3.

Zulfiani, Langko : 09 Agustus 2022

64 LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini dibuat guna menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Berikut kumpulan daftar pertanyaan yang akan diajukan ketika melakukan pengambilan data saat penelitian ini berlangsung.

Identitas Informan : Tanggal Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1. Menurut Ibu, apa saja bentuk- bentuk penelantaran anak usia dini di PAUD Yayasan Peduli Anak ?

2. Apa saja yang faktor penelantaran anak di PAUD Yayasan Peduli Anak ?

3. Apakah ada anak-anak yang terlihat murung selama berada di PAUD Yayasan Peduli Anak ? 4. Apakah anak-anak korban

penelantaran memiliki hambatan dalam perkembangan sosial- emosionalnya ?

65 5. Berapa banyak anak korban

penelantaran di PAUD Yayayasan Peduli Anak ?

6. Apakah anak-anak korban penelantaran yang berada di PAUD memiliki masalah dalam kegiatan menerima pembelajaran

?

7. Apakah anak-anak korban penelntaran yang berada di PAUD susah dalam bersosialisasi

?

8. Apakah anak-anak yang berada di PAUD sering mengalami tantrum

?

66

Pencapaian Tahap Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia 4-5 Tahun

ASPEK PERKEMBANGAN

STANDAR PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN DASAR

INDIKATOR

SOSIAL DAN EMOSIONAL

Anak mampu berinteraksi, mulai dapat

mengendalikan emosinya, mulai menunjukkan rasa percaya diri, serta mulai dapat menjaga diri sendiri.

a. Dapat

berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa

1. Mulai mengajak teman untuk bermain.

2. Meminta izin bila menggunakan benda milik orang lain.

3. Mau bekerja sama dengan teman atau kelompok ketika diberikan tugas.

4.Berbicara dengan teman sebaya tentang rencana dalam bermain.

(Misal : membuat aturan bermain).

4. Berkomunikasi dengan orang-orang yang ditemuinya.

5. Mendengar dan berbicara dengan orang dewasa.

6. Mengadukan masalah kepada orang dewasa ketika merasakan

ketidaknyamanan.

dari lingkungan sekitar.

7. mau menyapa teman dan orang

67

dewasa.

b. Dapat menjaga keamanan diri sendiri.

1. menghindari benda-benda berbahaya.

c. Menunjukkan rasa percaya diri.

1. Menunjukkan kebanggan terhadap hasil kerjanya.

d. Menunjukkan rasa percaya diri.

1. Berani bertanya dan menjawab pertanyaan.

2. Menunjukkan kebanggan terhadap hasil kerjaannya.

3. Berani

mengungkapkan perasaannya.

4. Meminta perhatian dengan mengangkat tangan, membuat

permintaan verbal, atau dengan cara lainnya.

e. Dapat menunjukkan kemandirian.

1.Memasang kancing atau resleting sendiri.

2.mulai

mengerjakan tugas sendiri.

3. Mulai mengurus dirinya sendiri.

(contoh : makan, minum dan pakai baju sndiri) 4. Mulai memilih

68

sendiri benda untuk bermain.

5.Melakukan kegiatan kebersihan diri dan leingkungan sekitarnya. (contoh : gosok gigi, cuci tangan)

Pencapaian Tahap Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia 5-6 Tahun

ASPEK PERKEMBANGAN

STANDAR PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN DASAR

INDIKATOR

SOSIAL DAN EMOSIONAL

Anak mampu berinteraksi, dan menunjukkan reaksi yang wajar, mengenal tanggung jawab, mulai menunjukkan kemandirian, disiplin dan percaya diri.

a. Dapat

berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang dikenal.

1. Bersedia bermain dengan teman sebaya tanpa membedakan ( warna kulit, keturuan, rambut, agama, dll.) 2. Mau memuji teman atau orang lain.

3. Menngajak teman bermain atau

belajar.

4.Berkomunikasi dengan orang dewasa ketika ingin melakukan sesuatu 5. Mendengar dan berbicara dengan orang dewasa.

6. Mengadukan

69

7. Mau menolong teman.

8. Menunjukkan perhatian terhadap orang lain.

9. Tidak menggangu teman.

b. Dapat

menunjukkan reaksi emosi yang wajar.

1. Dapat dibujuk ketika menangis.

2. Menunjukkan ekpresi emosi ketika mengalami

ketidaknyamanan.

(contoh : diganggu temannya).

3. Menunjukkan ekpresi emosi ketika mendapatkan

kesenangan. (contoh : saat mendapatkan hadiah).

c. Mulai dapat bertanggung jawab.

1. Melaksanakan tugas yang diberikan.

2. Menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menjaga barang milik sendiri dan orang lain.

4. Menggunakan barang orang lain dengan hati-hati.

70

d. Menunjukkan rasa pecaya diri

1. Berani bertanya dan menjawab pertanyaan.

2. Mau mengemukakan pendapat secara

sederhana.

3. mengam bil keputusan secara sederhana.

4. bercerita secara sederhana.

e. Menunjukkan sikap kedisiplinan.

1. Melaksanakan tata tertib yang ada.

2. Mengikuti aturan permainan.

3. Mengembalikan permainan pada tempatntya.

4. Sabar menunggu giliran.

5. Berhenti bermain pada waktunya.

6. Membuang sampah pada tempatnya.

f. Dapat menunjukkan kemandirian.

1.Mengurus dirinya tanpa bantuan.

2.Mampu mengerjakan tugas sendiri.

3. Mampu mengurus dirinya sendiri. (contoh : makan, minum dan pakai baju sndiri) 4. Mampu memilih

71

sendiri benda untuk bermain.

5.Melakukan kegiatan kebersihan diri dan leingkungan sekitarnya.

(contoh : gosok gigi, cuci tangan)

72 LAMPIRAN 2

HASIL WAWANCARA Verbatim dan Koding Kualitatif

Kegiatan wawancara di lakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at, dimulai dari tanggal 09 Agustus 2022 sampai 18 Agustus 2022 dengan berbagai sumber, sebagai berikut:

Narasumber 1 (N.1) yaitu Mbak Zulfiani (Guru PAUD Yayasan Peduli Anak) Narasumber 2 (N.2) yaitu Mbak Aini (Terapis/Konselor Yayasan Peduli Anak) Narasumber 3 (N.3) yaitu Mbak Ela (Staf administrasi Yayasan Peduli Anak) Narasumber 4 (N.4) yaitu Mba Intan (Ibu Asrama)

Berikut pertanyaan-pertanyaan yang sudah peneliti reduksi:

1. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan penelantaran anak?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan Fakta 09-

08- 22

Anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya dan menjadi korban dari perpisahan orang tua..perlindungan anak itu ya segala perlindungan secara hukum terutama bagi anak terlantar dan terlindungi dari segala macam kekerasan.

Anak terlantar adalah anak yang kurang diberikan kasih sayang dan menjadi korban dari perceraian orang tuanya.Perlindunga n anak adalah segala bentukperlindungan hukum khusunya bagi anak-anak

1.N.1 Kurang kasih sayang, korban perceraian, dan perlindungan hukum sehingga terhindar dari bahaya yang mengancam

73 10-

08- 22

Penelantaran itu bentuk tidak bertanggung jawabnya orang tua terhadap anak yang dimiliki… kalau perlindungan anak segala bentuk

perlindungan yang harus diberikan untuk anak, yang sesuai dengan undang-undang.

Penelantaran anak adalah bentuk ketidak bertanggung jawabnya orang tua dalam melindungi anak mereka.

Perlindungan adalah segala bentuk

perlindungan yang harus diberikan pada setiap anak dan sesuai dengan Undang-undang RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

1.N.3 Orang tua yang tidak

bertanggung jawab, memberikan perlindungan yang sesuai dengan sesuai dengan Undang- undang RI No.

35 Tahun 2014 Tentang

Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

74 13-

08- 22

Anak-anak yang ndak diurus sama Ibu Bapaknya…kasihan saya liat mereka itu, kalau mereka minta susu, saya buatkan, kadang kalau saya pulang saya bawain mereka makanan…saya perlakukan mereka itu seperti anak saya sendiri.

Anak terlantar adalah anak yang tidak diurus oleh kedua orang tuanya.

.

1.N.4 Anak yang tidak diurus atau kurang memiliki kasih sayang.

75

2. Saya akan melakukan penelitian dengan subjek penelitian yang berusia 4-6 tahun, kira-kira berapa jumlah anak yang berusia 4-6 tahun?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan Fakta 09-

08- 22

Widya usia 6,5 tahun tapi baru masuk SD tahun bulan kemarin mbak, Zidan yang usianya 5 tahun, Abdul 6 tahun, Ahmad 6 tahun, Al 6 tahun juga.

.

Zidan yang berusia 4 tahun, Abdul, Ahmad, dan Al yang berusia 6 tahun.

2.N.1 4 anak yang masuk sebagai kategori subjek penelitian usia 4-6 tahun.

3. Dari mana anak-anak ini berasal?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan Fakta 09-

08- 22

Beberapa anak yang asalnya dari panti Paramitha punya pemerintah, tapi saya ndak bisa kasih tau siapa

aja. Kalau alamat mereka baru bisa saya kasih tau, misalnya kayak Zidan itu dari Lombok Barat, Abdul dari Lotim, Ahmad dari Malaysia, kalau Al…

dari Mataram.

Beberapa anak berasal dari panti Paramitha.

Zidan

berasal dari Kab.

Lombok Barat,

3.N.1 Semuanya berasal dari tempat yang berbeda-beda.

Beberapa anak ada yang berasal dari kabupaten Lombok Barat.

76 10-

08- 22

Kalau data pastinya itu kita gak bisa kasih tahu, karena rahasia, tapi ada beberapa yang dari Paramitha.

Data bersifat rahasia sehingga tidak dapat dipublikasikan.

Namun, beberapa anak berasal dari Panti Paramitha milik pemerintah.

3.N.3 Berasal dari Panti

Paramitha.

77

4. Menurut anda, berapa jumlah anak PAUD yang terlantar di Yayasan Peduli Anak (YPA)?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan

Fakta 09-

08- 22

Anak-anak disini itu kebanyakan anak- anak yang masih punya keluarga, tapi karena orang tuanya kawin cerai jadi anaknya di asuh sama kakek dan neneknya. Gimana ya..

kasihan kalau orang tua yang udah lansia gitu masih ngasuh anak- anak PAUD gini, jadi daripada di telantarkan ya ditaruh di Yayasan Peduli Anak. Intinya dari 7 anak itu ada 3 yang bukan anak

terlantar.

Kebanyakan anak yang berada di Yayasan Peduli

Anak (YPA)

merupakan anak- anak terlantar yang disebabkan oleh perceraian kedua orang tua sehingga anak-anak tersebut diasuh oleh kakek dan neneknya yang sudah sepuh dan 3 dari 7 anak bukan merupakan anak terlantar.

4.N.1 Penempatan sementara di Panti

Paramitha dan 4 dari 7 anak PAUD adalah korban

penelantaran akibat perceraian orang tua.

10- Anak-anak disini sudah diobservasi oleh Dinas Sosial, kalau Dinsos bilang anak ini benar- benar terlantar maka akan ditaruh di Panti Paramitha.

Pengobservasian 4.N.3 Rata-rata anak

78 08-

22

Anak-anak di Paramitha itu gak boleh lebih dari 6 bulan disana…karena dari UNICEF tidak membolehkan untuk menempatkan banyak anak dalam satu

ruangan yang sama, jadi dari Paramitha akan bekerjasama dengan beberapa yayasan, salah satunya Yayasan Peduli Anak (YPA) untuk menampung anak disini kalau gak ada yang adopsi di Paramitha iya, disini gak bisa ngadopsi anak, kalau mau adopsi itu harus ke Paramitha…

intinya anak-anak disini mayoritas merupakan anak-anak terlantar akibat perbuatan kawin cerai yang dilakukan oleh orang tuanya.

dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Mataram, apabila anak terbukti menjadi korban penelantaran, maka Dinsos akan bekerja sama dengan panti Paramitha untuk menempatkan anak- anak tersebut.

Apabila dalam kurun waktu 6 bulan tidak ada yang mengadopsi anak tersebut, maka anak-anak tersebut akan dipindahkan ke Yayasan yang bekerjasama dengan Paramitha untuk memberikan tempat tinggal yang layak.

yang berada di Yayasan Peduli Anak

merupakan anak terlantar yang

sebelumnya berasal dari Panti

Paramitha.

79

5. Siapa saja nama-nama anak yang menjadi korban penelantaran di PAUD Yayasan Peduli Anak?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan Fakta 09-

08- 22

Kalau untuk nama- namanya saya bisa kasih tau sih mba tapi kalau sampai terlalu dalam infromasinya mohon maaf sekali tidak bisa karena sudah aturan dari yayasan jugak. Untuk namanya nanti tolong di sensor aja ya, Si ***,

***, dan *** bukan anak terlantar sih. ***

dia ditaruh di Yayasan Peduli Anak karena akses menuju sekolah dirumahnya itu sulit dijangkau, rumahnya itu ada di kebun yang jauh banget dari sekolah dan si *** itu karena faktor ekonomi keluarganya yang buat dia ndak bisa sekolah, orang tuanya jadi pemulung, daripada anaknya ikut mulung terus ndak sekolah kan

Data privasi anak tidak boleh disebar luaskan karena bersifat tertutup dan

3 dari 7 anak bukan merupakan anak terlantar, melainkan orang tua yang permasalahan ekonomi dan konflik keluarga.

5.N.1 Data bersifat privasi (tidak boleh

disebarkan) dan 3 anak yang berasal dari

permasalahan ekonomi dan konflik

keluarga.

80 lebih baik ditaruh di

Yayasan. Kalau ***

karena konflik keluarga aja, jadi diamankan di YPA dulu.

81

6. Apakah kedua orang tua anak-anak yang berada di PAUD Yayasan Peduli Anak pernah mengunjungi anak-anak mereka?

Tgl. Transkrip Jawaban Verbatim Kode Pemadatan

Fakta 09-

03- 22

Semuanya udah pernah di jenguk sih, kecuali

***, ***, sama ***.

Kalau si *** belum di jenguk karena masih baru di YPA.

3 dari 7 anak PAUD Yayasan Peduli Anak belum pernah di jenguk oleh orang tua atau kerabat dekatnya.

6.N.1 3 dari 7 anak belum pernah di jenguk oleh orang tua atau kerbat

dekatnya.

10- 03- 22

Saya gak bisa kasih tahu Mbak, soalnya itu privasi anak…kita punya syarat kalau mau

jenguk anak-

anaknya…kalau

anaknya baru disini, itu gak boleh dijenguk selama 3 bulan dulu…takutnya anaknya itu gak betah terus mau pulang. Harapannya anak itu lebih baik ada disini, ada yang ngurusin, dapet sekolah, makan.

Data-data yang menyangkut privasi anak tidak dapat diberikan. Orang tua yang ingin menjenguk anak- anak mereka sangat diperbolehkan, apabila anak tersebut sudah berada di Yayasan Peduli Anak (YPA) selama 3 bulan pertama.

6.N.3 3 bulan pertama anak tidak boleh dijenguk oleh orang tua atau kerabat dekat guna

menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan.

Dokumen terkait