• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 VALUE STREAM MAPPING (VSM)

C. Langkah-Langkah Implementasi Value

No Nama Lambang Fungsi

peningkatan dan merencana- kan lokakarya kaizen pada proses tertentu yang sangat penting untuk mencapai Peta Status Masa Depan dari aliran nilai.

C. Langkah-Langkah Implementasi Value Stream Mapping

Ketiga, proses dukungan konstruksi, yakni dengan menggunakan VSM untuk merekayasa ulang proses produksi.

VSM mempunyai potensi tetapi tidak bisa digunakan secara langsung dalam konstruksi karena setiap proyek mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk menggunakan VSM selama proses konstruksi, beberapa adaptasi diperlukan, di setiap tahap, seperti perubahan konsep dan kelompok produk, dan sebagainya.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa VSM yang dimodifikasi bisa meningkatkan proses produksi dalam konstruksi. (Li, et al., 2015).

Tujuan penting dari metode VSM ialah untuk mengidentifikasi peluang untuk perbaikan dalam periode waktu mendatang. Oleh karena itu, saat metode value stream akan digunakan, beberapa persiapan dibutuhkan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi berkenaan dengan situasi proyek/

perusahaan. Titik awal untuk proses perbaikan ialah mengetahui situasi saat ini dan tempat-tempat yang harus diperbaiki melalui (Munlyappa, et al., 2014): 1) penentuan nilai dari perspektif pelanggan, 2) mengidentifikasi aliran nilai, 3) menghilangkan muda (limbah/waste), 4) untuk membuat alur kerja, 5) pekerjaan harus

“ditarik” (Pull) daripada “didorong” (Push), 6) berusaha mencapai tingkat kesempurnaan, 7) VSM mencakup lima langkah dasar, sebagaimana gambar berikut:

Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Membuat VSM (Munlyappa, et al., 2014)

Identify the product

Create a Current State

VSM

Evaluate the Current Map

Create Future State Implement the

Final Plant

Lebih lanjut, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan metode VSM adalah 1) harus mencakup kegiatan yang memberikan nilai (Value Added/VA)

& kegiatan yang tidak memberikan nilai (Non-value Adding Activities/NVA), 2) setelah memetakan keadaan saat ini (Current State VSM), langkah selanjutnya adalah menganalisis Current State VSM guna mengidentifikasi area peningkatan dan membuat rencana perbaikan, 3) Current State VSM akan menjadi tolok ukur untuk proses peningkatan, 4) Value Stream Maps meliputi Current State VSM dan Future State VSM, dan 5) Future State VSM merupakan peta perbaikan dan peningkatan dari Current State VSM.

Untuk menggambar VSM, penting kiranya untuk melakukan observasi dan mendokumentasikan bagaimana situasi proyek terlihat dan tidak mengabaikan atau menyembunyikan situasi yang sebenarnya (Munlyappa, et al., 2014).

Langstrand (2016) mengemukakan bahwa VSM memberikan gambaran grafis dari aliran material dan informasi dalam proses produksi. Hal ini merupakan dasar yang baik untuk memahami bagaimana kegiatan dan operasi terhubung dan membentuk dasar untuk analisis proses. Namun, representasi grafis saja tidak cukup.

Penting untuk dicatat bahwa inti dari melakukan VSM adalah peningkatan. Terdapat lima urutan langkah dalam metodologi VSM pada gambar berikut:

Gambar 4. Lima Langkah Utama Metode Value Stream Mapping (Langstrand, 2016)

Pada Gambar 2-4, dari lima langkah yang ada, empat langkah awal mengarah ke peningkatan proses yang sebenarnya (Langstrand, 2016).

Sedangkan, Li (2015) menyebutkan terdapat lima langkah dasar untuk menerapkan VSM di berbagai industri, di antaranya 1) menentukan produk atau kelompok produk, 2) menggambar peta keadaan produk saat ini (Current State Map). 3) mengidentifikasi proses-proses yang tidak bernilai dan bernilai tambah, 4)

Value Stream Scope

Current State Map

Future State Map

Tentukan value stream yang akan ditingkatkan

Memahami bagaimana hal-hal saat ini beroperasi. Ini adalah fondasi untuk

kondisi masa depan (Future State)

Mendesain ulang proses sesuai dengan prinsip lean

Mengembangkan rencana implementasi untuk mewujudkan perbaikan (apa, siapa,

kapan)

Implementati on of Improvement

Plan Implementation

Plan

Tujuan dari pemetaan

brainstorming dengan pelaku yang berkepentingan dan menggabungkan konsep lean dengan nilai tambah untuk membangun peta keadaan masa depan (Future State Map), 5) menerapkan rencana aksi dengan peta proses terperinci untuk mencapai kondisi masa depan.

Namun demikian, secara umum, implementasi Value Stream Mapping pada suatu kegiatan/proyek mencakup dua hal utama, di antaranya 1) pembuatan peta kondisi saat ini (Current State Map), dan 2) pembuatan peta kondisi masa depan (Future State Map). Yu, et al., (2009) mengungkapkan bahwa Current State Map menggambarkan kondisi eksisting proyek pembangunan rumah beserta analisisnya, sedangkan Future State Map merupakan usulan perbaikan (improvement) terhadap masalah yang tergambar di Current State Map. Adapun implementasi penggambaran Current State Map terdapat pada gambar berikut:

Gambar 5. Current State Map (Reprinted dari Yu, et al., 2009)

Pada Gambar 4 bisa diketahui bahwa aliran informasi dan aliran material untuk setiap pekerjaan digambarkan secara jelas, termasuk waktu dan jumlah pekerja yang terlibat. Hal ini bisa dianalisis tentang terjadinya kelebihan waktu, dari rencana rata-rata 20 hari, menjadi rata-rata 73 hari untuk menyelesaikan pembangunan rumah. Alhasil, bisa dikatakan bahwa proses konstruksi yang dijalankan tidak efektif. (Yu, et al., 2009).

Lebih lanjut, Yu et al., (2009) menjelaskan kembali tentang peta kondisi masa depan (Future State Map), setelah dilakukan analisis secara mendalam terhadap Current State Map yang telah dibuat sebelumnya pada Gambar di atas.

Gambar 6. Future State Map (Reprinted dari Yu, et al., 2009) Future State Map digunakan untuk menghilangkan akar penyebab waste dan menempatkan arus nilai ke dalam arus yang

lancar. Pada proyek perumahan, variabilitas merupakan masalah utama yang berakibat pada fluktuasi arus produksi. Ini berarti pihak developer perlu mempertahankan jumlah tenaga kerja yang besar supaya aliran kerja yang dilakukan oleh kontraktor menjadi stabil. Guna mengurangi variabilitas, perlu dibuat Future State Map, melalui empat langkah, di antaranya 1) membuat aliran produksi dan menyinkronkannya ke takt time, 2) meratakan aliran produksi, 3) Restrukturisasi pekerjaan, dan, 4) meningkatkan keandalan operasi dengan standarisasi kerja dan TQM. Dengan membandingkan antara current state map dan future state map, diketahui peningkatan kinerja secara keseluruhan, melalui arus produk yang stabil, kapasitas setiap tugas yang sinkron dengan takt time dan respons yang cepat terhadap perubahan (Yu, et al., 2009).

Pada akhirnya, VSM akan mengarah pada suatu „kemenangan‟

melalui tindakan “lakukan saja”, tetapi tetap membutuhkan penyelaman yang lebih dalam untuk memecahkan masalah yang lebih besar dalam proses, seperti Root Cause Analysis (RCA) (Lean Construction Institute, 2015).

D. Keuntungan (Benefit) Implementasi Value Stream