• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku berjudul "Implementasi Value Stream Mapping pada Perumahan Sederhana di Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Buku berjudul "Implementasi Value Stream Mapping pada Perumahan Sederhana di Indonesia"

Copied!
269
0
0

Teks penuh

PROLOG: MENILIK TENTANG VALUE

WASTE PADA PROYEK KONSTRUKSI

Definisi Waste Konstruksi

Dalam Simonsson, et al., (2012), Womack, et al., (2003) mendefinisikan pemborosan sebagai aktivitas manusia yang menyerap sumber daya tanpa menciptakan nilai apa pun, yaitu waktu tunggu, produksi berlebih, inventaris yang tidak perlu, proses yang salah, pergerakan, dan transportasi yang tidak perlu. . , produk dengan kesalahan dan yang tidak memenuhi persyaratan pelanggan. Keuntungan dapat ditingkatkan sambil mengurangi biaya sambil menghilangkan pemborosan yang tidak diinginkan (Tersine, et al., 2004).

Jenis-Jenis Waste Konstruksi

Haggard dkk. (2005) menyebutkan jenis-jenis pemborosan konstruksi sebagai 1) material handling yang berlebihan, 2) rework, 3) kesalahan desain, 4) sengketa antar pembeli (conflict between buyer), 5) konflik antar kontraktor (konflik antar kontraktor), 6) tidak efektif rantai pasokan. Lim, et al., (2009) menyebutkan beberapa jenis pemborosan konstruksi, yaitu cacat, overproduksi, persediaan yang tidak perlu, pemrosesan yang tidak memadai, transportasi, gerakan (movement) yang tidak perlu dan menunggu (waiting).

Tabel 2.   Jenis Waste Konstruksi
Tabel 2. Jenis Waste Konstruksi

Penyebab Terjadinya Waste

Sumber pemborosan yang terkait dengan manajemen profesional meliputi perencanaan dan penjadwalan yang buruk, manajemen informasi yang buruk, koordinasi yang buruk dalam rantai pasokan konstruksi, proses pengambilan keputusan yang lambat. Sumber pemborosan terkait material antara lain ketidaksesuaian standar kualitas, keterlambatan pengiriman material, penanganan material yang kurang baik, penggunaan material yang tidak sesuai.

Pentingnya Eliminasi Waste dalam Suatu

18 M_W Pergerakan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll) mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material keluar dari gudang penyimpanan. 18 M_W Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) menyebabkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material.

Gambar 1.   Produksi sebagai Aliran (Flow) (Ismail, et al., 2015)  Dalam  Lim,  et  al.,  (2009),  eliminasi  waste  seperti  gambar  tersebut  hanya  bisa  dilakukan  setelah  waste  diidentifikasi  (Tersine,  2004) dan upaya eliminasi waste fokus pada pr
Gambar 1. Produksi sebagai Aliran (Flow) (Ismail, et al., 2015) Dalam Lim, et al., (2009), eliminasi waste seperti gambar tersebut hanya bisa dilakukan setelah waste diidentifikasi (Tersine, 2004) dan upaya eliminasi waste fokus pada pr

VALUE STREAM MAPPING (VSM)

Definisi dan Konsep Value Stream Mapping

Dalam Wenchi, et al., (2015), Seth, et al., (2005) mengungkapkan manfaat VSM sebagai alat untuk aplikasi lean dan pengurangan waktu siklus. Sementara itu, Abdulmalek, et al., (2007) menemukan bahwa VSM dapat mengurangi waktu tunggu dan mengurangi persediaan selama waktu kerja (work in process/WIP) dengan mengembangkan model simulasi.

Gambar 2.   Langkah-Langkah  dalam  Suatu  Proses  (Sondalini,  2005)
Gambar 2. Langkah-Langkah dalam Suatu Proses (Sondalini, 2005)

Teknik-Teknik Implementasi Value Stream

Sedangkan aktivitas yang tidak mendatangkan nilai (Non-value activities) semuanya dilakukan dalam proses yang tidak memberikan nilai kepada pelanggan (Sondalini, 2005). VSM harus didokumentasikan sehingga pemborosan dapat diidentifikasi secara akurat dalam aliran nilai dan kondisi masa depan untuk mengeliminasi pemborosan dengan mengambil langkah-langkah yang meninjau pemahaman tentang aliran nilai dan meningkatkan aliran secara keseluruhan dan tidak hanya mengoptimalkan aliran secara parsial (Burton, et al. , 2003).

Tabel 4.   Prinsip-Prinsip VSM  No
Tabel 4. Prinsip-Prinsip VSM No

Langkah-Langkah Implementasi Value

Yu, et al., (2009) mengungkapkan bahwa Peta Kondisi Saat Ini menggambarkan kondisi eksisting proyek pembangunan perumahan dan analisisnya, sedangkan Peta Kondisi Masa Depan merupakan usulan perbaikan dari permasalahan yang diuraikan dalam Peta Kondisi Saat Ini. Selanjutnya Yu et al., (2009) kembali menjelaskan tentang Future State Map, setelah sebelumnya dilakukan analisis mendalam terhadap Current State Map yang dibuat pada Gambar di atas.

Gambar 3.   Langkah-Langkah dalam Membuat VSM (Munlyappa,  et al., 2014)
Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Membuat VSM (Munlyappa, et al., 2014)

Keuntungan (Benefit) Implementasi Value

22 T_M Meningkatnya pengangkutan (perpindahan) material dari gudang menyebabkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (mengobrol, merokok, dll.). 18 M_W Pergerakan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll) mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material dinding keluar dari gudang penyimpanan.

WASTE ASSESSMENT MODEL (WAM)

Seven Waste Relationship (SWR)

3 O_M Kelebihan produksi mengarah pada perilaku non-ergonomis di mana perilaku tersebut tidak sesuai dengan standar kerja. 7 I_D Peningkatan persediaan (bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi) akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan sampai pada titik kurangnya perhatian dan kondisi yang tidak sesuai.

Gambar 7.   Hubungan Tujuh Waste (Rawabdeh, 2005)
Gambar 7. Hubungan Tujuh Waste (Rawabdeh, 2005)

Waste Relationship Matrix (WRM)

Hasil konversi ini kemudian digunakan untuk menghitung derajat pengaruh masing-masing jenis sampah terhadap jenis sampah lainnya dan dihasilkan dalam bentuk Waste Relation Matrix (WRM) (Rawabdeh, 2005). Hasil perhitungan dijumlahkan dan diketahui tingkat pengaruhnya yang dinyatakan dalam bentuk persentase (%), seperti terlihat pada tabel berikut.

Waste Assessment Questionnaire (WAQ)

18 M_W Gerakan kerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material pondasi dan perancah dari gudang penyimpanan. 22 T_M Meningkatnya pengangkutan (pemindahan) material langit-langit dari gudang penyimpanan menyebabkan perpindahan karyawan yang tidak perlu (mengobrol, merokok, dll.).

Tabel 10.   Waste  Assessment  Questionnaire  (WAQ)  (Modifkasi  Berdasarkan Rawabdeh, 2005)
Tabel 10. Waste Assessment Questionnaire (WAQ) (Modifkasi Berdasarkan Rawabdeh, 2005)

ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)

Definisi Root Cause Analysis (RCA)

Untuk menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami akar penyebab masalah (Root Cause), karena merupakan hal yang paling mendasar dalam suatu sistem (Hendley, 2000 cit. Yuniarto, 2012) Oleh karena itu, identifikasi dan langkah-langkahnya harus memiliki langkah-langkah diambil untuk menghilangkan penyebabnya. Alat yang membantu mengidentifikasi akar penyebab suatu masalah dikenal sebagai analisis akar penyebab (Doggett, 2005).

Gambar 9.   Prosedur  Penerapan  RCA  (Quality,  Mangement  &
Gambar 9. Prosedur Penerapan RCA (Quality, Mangement &

Cause and Effect Diagram sebagai Tools RCA

30 W_I Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.) mengakibatkan peningkatan penumpukan material di gudang. 22 T_M Peningkatan pengangkutan (perpindahan) material dinding dari gudang penyimpanan menyebabkan perpindahan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.).

Gambar 10.   Diagram  Ishikawa/Fishbone  Diagram  (Reprinted  dari  https://gc21.giz.de/ibt/en/opt/site/ilt/ibt/regionalp ortale/sadc/downloads/ishikawa_diagram.pdf)  Pada  Gambar  10  diketahui  bahwa  untuk  melihat  akar  permasalahan  dapat  dipandang
Gambar 10. Diagram Ishikawa/Fishbone Diagram (Reprinted dari https://gc21.giz.de/ibt/en/opt/site/ilt/ibt/regionalp ortale/sadc/downloads/ishikawa_diagram.pdf) Pada Gambar 10 diketahui bahwa untuk melihat akar permasalahan dapat dipandang

PERUMAHAN SEDERHANA (LOW COST

Definisi Perumahan Sederhana (Low Cost

Sedangkan penyelenggaraan kawasan pemukiman dan permukiman merupakan kegiatan perencanaan, pengembangan, pemanfaatan dan pengendalian, termasuk pengembangan kelembagaan, pembiayaan dan sistem pembiayaan, serta peran serta masyarakat secara terkoordinasi dan terpadu. Pengembang perumahan yang bersangkutan harus berbadan hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia yang bergerak di bidang penyediaan rumah dan kawasan pemukiman dan kawasan pemukiman.

Proses Kepemilikan Rumah bagi Konsumen

Rumah berpasangan atau coupled house adalah dua rumah yang saling berhubungan dan masing-masing memiliki kavling sendiri. Pada rumah bertingkat, salah satu atau kedua dinding bangunan utama menyatu dengan dinding bangunan utama lainnya.

Gambar 12.   Proses  Kepemilikan  Rumah  pada  Proyek  Perumahan  (Diolah, 2019)
Gambar 12. Proses Kepemilikan Rumah pada Proyek Perumahan (Diolah, 2019)

Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Rumah

15 M_I Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.) mempengaruhi akumulasi material tangki septik di area penyimpanan. 15 M_I Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) berdampak pada penumpukan material pondasi dan sloof di gudang. 22 T_M Peningkatan transportasi (pemindahan) material instalasi keramik dari gudang menyebabkan perpindahan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll).

22 T_M Peningkatan transportasi (pemindahan) bahan pengecatan dan pemasangan dari gudang menyebabkan perpindahan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll). 28 P_W Proses penyelesaian pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu bahan datang dari tempat penyimpanan. 31 W_D Pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari gudang mengakibatkan kerusakan hasil pekerjaan finishing.

Gambar 13.   Paradigma Konsep
Gambar 13. Paradigma Konsep

PARADIGMA KONSEP

TINDAK LANJUT

Strategi Pendalaman

Relationship matrix (WRM) dan pemborosan. M), Pengangkutan (T), Pemrosesan (P), Penantian (W) pada setiap pekerjaan dan keterkaitan antar pemborosan 2. Pemeringkatan pemborosan. 4 Menganalisis solusi dan rekomendasi untuk limbah yang dituangkan dalam peta keadaan Masa Depan dari proses pembangunan rumah di perumahan sederhana.

Gambar 14.   Langkah-Langkah
Gambar 14. Langkah-Langkah

Mengenal Lapangan

Kemudian hasilnya dianalisis dan dilanjutkan dengan validasi Peta keadaan masa depan yang dibuat dengan melakukan FGD (Focus Group Discussion) terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses pembangunan rumah tinggal yaitu mandor dan pengawas lapangan. Pengamatan berlangsung selama enam bulan, mengamati proses konstruksi yang dilakukan oleh para pekerja konstruksi di empat perumahan yang menjadi subjek penelitian dan dilakukan setiap hari dari pekerjaan awal (penggalian tanah & septic tank) hingga pekerjaan akhir (finishing), kemudian dilakukan penelitian.

Generalisasi dan Representasi

Pengintegrasian Informasi

28 P_W Proses pemasangan keramik yang tidak sesuai spesifikasi mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari gudang. 31 W_D Pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari gudang menyebabkan rusaknya hasil pekerjaan pemasangan keramik.

Tabel 12.   Daftar  Pertanyaan  untuk  Analisis  WRM  (Rawabdeh,  2005)
Tabel 12. Daftar Pertanyaan untuk Analisis WRM (Rawabdeh, 2005)

PAPARAN KOMPREHENSIF

Proyek dan Area Utama di Perumahan

Mirip dengan perusahaan, lokasi bangunan ini bisa dikatakan sebagai 'pabrik' tempat para kontraktor bisa berproduksi. Di kawasan pembangunan perumahan, terdapat kantor sementara bagi kontraktor untuk mengarahkan dan mengontrol proses produksi pembangunan rumah, termasuk perencanaan pekerja konstruksi, material, koordinasi antara mandor dan kontraktor, dan sebagainya.

Gambar 15.   Area Pada Proyek Perumahan Green New Residence,  Pondok Afi  1,  Pondok  Afi  2,  Pakubuwono  Residence
Gambar 15. Area Pada Proyek Perumahan Green New Residence, Pondok Afi 1, Pondok Afi 2, Pakubuwono Residence

Pengadaan Kontraktor oleh Pengembang di

Tahapan pembangunan rumah kontraktor di Perumahan Green New Residence, Pondok Afi 1, Pondok Afi 2 dan Pakubuwono Residence (diolah, 2019). Waktu pembangunan rumah di keempat perumahan ini umumnya disesuaikan dengan jumlah unit rumah yang akan dibangun.

Gambar 16.   Tahapan  Pembangunan  Rumah  oleh  Kontraktor  di  Perumahan  Green  New  Residence,  Pondok  Afi  1,  Pondok  Afi  2,  dan  Pakubuwono  Residence  (Diolah,  2019)
Gambar 16. Tahapan Pembangunan Rumah oleh Kontraktor di Perumahan Green New Residence, Pondok Afi 1, Pondok Afi 2, dan Pakubuwono Residence (Diolah, 2019)

Identifikasi Proses Pembangunan Rumah di

28 P_W Proses pengerjaan dinding yang tidak sesuai spesifikasi mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari tempat penyimpanan. 23 T_W Meningkatnya pengangkutan (perpindahan) material plafon dari gudang berdampak pada pekerja yang menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material. 18 M_W Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) mengakibatkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu pengecatan dan material pemasangan.

23 T_W Meningkatnya pengangkutan (pemindahan) material finishing dari gudang penyimpanan berdampak pada pekerja yang menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material.

Tabel 16.   Cycle  Time  dan  Tenaga  Kerja  Enam  Kontraktor  di  Perumahan Green New Residence
Tabel 16. Cycle Time dan Tenaga Kerja Enam Kontraktor di Perumahan Green New Residence

VALIDASI PETA KONDISI PERBAIKAN

Karakteristik Peserta FGD

Hasil Validasi Peta Kondisi Perbaikan

VALUE STREAM MAPPING (VSM) PADA

PETA KONDISI AWAL (CURRENT STATE

HASIL ASSESSMENT WASTE

Pekerjaan Galian Tanah dan Septictank

12 D_M Kerusakan pekerjaan tanah dan tangki septik yang mengakibatkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.). 31 W_D Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) mengakibatkan kerusakan hasil galian dan pekerjaan septic tank.

Tabel  26.  Skor  dan  Tingkat  Keterkaitan  Waste  Pekerjaan  Galian  Tanah dan Septictank
Tabel 26. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Galian Tanah dan Septictank

Pekerjaan Pondasi dan Sloof

12 D_M Rusaknya fondasi dan pekerjaan miring yang menyebabkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.). 16 M_D Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) berdampak pada kerusakan pondasi dan pekerjaan sloof.

Tabel 33.   Skor dan Tingkat Keterkaitan  Waste Pekerjaan Pondasi  dan Sloof
Tabel 33. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Pondasi dan Sloof

Pekerjaan Dinding

27 P_M Proses pekerjaan dinding yang tidak terdefinisi menyebabkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.). 31 W_D Pekerja sedang menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari gudang sehingga menyebabkan kerusakan pada bagian dinding.

Tabel 40.   Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Dinding  No  Tipe Pertanyaan  Skor  Tingkat Keterkaitan
Tabel 40. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Dinding No Tipe Pertanyaan Skor Tingkat Keterkaitan

Pekerjaan Pemasangan Atap

17 M_P Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) mempengaruhi proses pemasangan atap yang tidak sesuai dengan spesifikasi. 22 T_M Meningkatnya pengangkutan (perpindahan) material atap baja ringan menyebabkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll).

Tabel 47.   Skor  dan  Tingkat  Keterkaitan  Waste  Pekerjaan  Pemasangan Atap
Tabel 47. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Pemasangan Atap

Pekerjaan Pemasangan Plafon

5 O_W Material pekerjaan plafon yang melebihi persyaratan dapat menyebabkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material plafon. 31 W_D Pekerja sedang menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material datang dari gudang sehingga menyebabkan kerusakan plafon.

Tabel 54.   Skor  dan  Tingkat  Keterkaitan  Waste  Pekerjaan  Pemasangan Plafon
Tabel 54. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Pemasangan Plafon

Pekerjaan Plester dan Acian

12 D_M Kerusakan plester dan plester menyebabkan pergerakan karyawan yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll.). 16 M_D Pergerakan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll) berdampak pada kerusakan plester dan plester.

Tabel 61.   Skor  dan  Tingkat  Keterkaitan  Waste  Pekerjaan  Plester  dan Acian
Tabel 61. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Plester dan Acian

Pekerjaan Pemasangan Keramik

14 D_W Rusaknya instalasi keramik menyebabkan pekerja harus menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material. 25 P_I Proses pemasangan ubin yang tidak sesuai spesifikasi mengakibatkan penumpukan material di gudang meningkat.

Tabel 69.   Waste Matrix Value Pekerjaan Pemasangan Keramik
Tabel 69. Waste Matrix Value Pekerjaan Pemasangan Keramik

Pekerjaan Pemasangan Pintu dan Jendela

  • Pekerjaan Cat dan Instalasi

15 M_I Pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll) berdampak pada menumpuknya material untuk pengecatan dan pemasangan. 16 M_D Pergerakan karyawan yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll.) menyebabkan kerusakan cat dan pemasangan.

Tabel di atas lalu diberikan bobot dan ditabulasi ke dalam  tabel berikut.
Tabel di atas lalu diberikan bobot dan ditabulasi ke dalam tabel berikut.

Pekerjaan Finishing

14 D_W Rusaknya pekerjaan finishing menyebabkan pekerja menunggu instruksi kerja dari mandor dan menunggu material 15 M_I Perpindahan pekerja yang tidak perlu (ngobrol, merokok, dll). 27 P_M Proses pekerjaan finishing yang tidak ditentukan menyebabkan pergerakan pekerja yang tidak perlu (berbicara, merokok, dll).

Tabel 88.   Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Finishing  No  Tipe Pertanyaan  Skor  Tingkat Keterkaitan
Tabel 88. Skor dan Tingkat Keterkaitan Waste Pekerjaan Finishing No Tipe Pertanyaan Skor Tingkat Keterkaitan

AKAR PENYEBAB TERJADINYA WASTE

PETA REKOMENDASI PERBAIKAN

EPILOG

Gambar

Tabel 2.   Jenis Waste Konstruksi
Tabel 3.   Uraian Waste Konstruksi
Tabel 5.   Simbol Informasi VSM (Strategos, 2007)
Gambar 4.   Lima  Langkah  Utama  Metode  Value  Stream  Mapping  (Langstrand, 2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merasa tergugah untuk menyikapi keadaan ini dan berkeinginan untuk berusaha mencari solusi yang

Kedua setelah dilakukan rekomendasi dan implementasi maka didapatkan hasil bahwa alur proses barang terlihat lebih baik serta total waktu proses secara keluruhan mengalami

Usulan Perbaikan Untuk Pengurangan Waste Pada Proses Produksi Dengan Metoda Lean Manufacturing Studi Kasus Di PT PLN Persero Jasa Dan Produksi , Unit Produksi Bandung.. Upaya