BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Model Pembelajaran STAD
3. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif tipe STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum
24Slavin, R.E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. (2005). h.143-146
menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut 25 :
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.
c) Membagi Siswa Dalam Kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.
Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja Sama Kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini
25 Made Wena, Startegi Pembelajaran Inovatif Kontenporer, (Jakarta : Bumi Akasara),h.193
merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.26
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka- teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran. 27
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya. 28
3) Praktek Terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
26 Ibid,h.19
27 Ibid,h.20
28 Ibid,h.21
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan. 29
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya.
Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
e) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi. 30
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.31
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
29 Slavin, R.E. Cooperative Learning.(Bndung: Nusa Media,2005),h.155
30 Ibid,h,156
31 Ibid,h.159
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
Poin kemajuan ditentukan setelah melaksanakan kuis, adapun untuk menentukan skor kemajuan berdasarkan kemajuan kriteria sebagai berikut :
Tabel : 1.1
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 32 2) Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.33
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe STAD
Menurut Jarolimek dan parker kelebihan yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a) Saling ketergantungan yang positif
b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d) Suasana rileks yang menyenangkan
e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
f) Memiliki banyak kesempetan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.34
32Slavin, R.E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. (2005). h.159
33http://www.mystartsearch.com/?type=hp&ts=1429501784&from=wpc&uid=ST320LM001XHN- M320MBB_S2TJJ9EC416439,tgl.18 juni 2015.
34Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung : Alfabeta,2010),h.24-25
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam yaitu
a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukaan banyak tenaga,pemikiran dan waktu
b) Agar proses pembelajaran berlangsung secara lancer maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada
kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
d) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.35
Menurut Slavin dalam Hartati cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a) Kelebihan:
(1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
(2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
(3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. 36
b) Kekurangan
Menurut Slavin dalam Hartati cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut:
(1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
(2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.
35 Isjoni, (2010),Cooperative Learning (Bandung : Alfabeta),h.24-25
36Ibid,h.27
(3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik- konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.37
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. 38
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
37 Ibid,h.29
38 http://www.mystartsearch.com/?type=hp&ts=1429501784&from=wpc&uid=ST320LM001XHN- M320MBB_S2TJJ9EC416439,tgl.18 juni 2015.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.
Perubahan perilaku disebabkan karena peserta didik mencapai penguasaan atas sejumlah bahan pelajaran yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.39 Pengertian hasil menunjukkan suatu perolehan setelah melakukan perbuatan. Dan belajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga hasil belajar merupakan suatu perolehan setelah melakukan suatu perbuatan seperti belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 40
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat tersebut adalah hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar.41
39 Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009 ) hal: 46
40 Nana sudjana, Peneliaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke 14, hal. 22
41 Purwanto, Op. Cit., hal. 47
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang terbagi menjadi 3 (tiga) ranah yaitu:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 (enam) aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 (lima) aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, internalivasi.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keretampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 (enam) aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan perveptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspesif dan interpretatif.42
3. Peranan Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yng baik dan memenuhi syarat.
Pengukuran demikian dimungkinkan, karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.43
42Nana sudjana, Op. Cit., hal.23
43 Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009 ) hal: 44
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).
Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.44
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.45 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pendekatan sistem kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:
44 Ibid.
45 Ibid.
Bagan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar.
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah (siswa), dalam hal ini diberi pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (teaching-learning process). Dalam pembelajaran turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environment input), baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input), misalnya kurikulum, sarana dan fasilitas, dan lain-lain guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) yaitu hasil belajar. 46
Keberhasilan seseorang dalam pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:
1) Faktor fisiologis yang meliputi, cacat tubuh dan jasmani seperti kesehatan akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-
46 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,1996), Cet. 11, hal.106
Instrumental
Raw Input Output
Environment Input Teaching-Learning Process
faktor fisiologis seperti kurang bersemangat, cepat lelah, buta, patah tulang.
2) Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik, yang meliputi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 47
b. Faktor Eksternal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu:
1) Faktor keluarga, meliputi cara mendidik orang tua terhadap anaknya dan keadaan rumah akan mempengaruhi keberhasilan belajar.
2) Faktor sekolah, meliputi kualitas guru dan metode pengajarannya lebih baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar.
3) Faktor masyarakat yaitu apabila terdiri dari orang-orang berpendidikan maka mendorong anak giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila dalam lingkungan tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat untuk belajar.
4) Faktor lingkungan sekitar yaitu keadaan yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar ini akan mempengaruhi kegairahan belajar peserta didik.48
47 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2009), Cet.5, hal. 58
48 Ibid,h.59
Berdasarkan uraian tersebut faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik yang sedang belajar meliputi fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri peserta didik meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkung sekitar. Kedua factor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, keduanya tidak dapat berdiri sendiri.
D. Kerangka Berfikir
Diagram tersebut diuraikan secara singkat, bahwa dalam proses belajar mengajar awalnya guru menerapkan pembelajaran langsung (metode ceramah) kepada siswa. Dimana dengan metode ini siswa merasa jenuh, bosan, bahkan tidak jarang dari siswa banyak yang mengantuk. Hal ini terjadi karena kurangnya dorongan atau motivasi baik dari diri siswa maupun dari guru dan
Guru
Pembelajaran tipe STAD
Motivasi meningkat Motivasi menurun
Model pembelajaran langsung
S i s w a Hasil belajar rendah
Hasil belajar tinggi
ini tidak akan menutup kemungkinan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal.
Sedangkan pada saat guru (peneliti) menerapkan model pembelajaran yang berbeda seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada siswa, ternyata siswa merasa senang dan bersemangat dalam belajar karena tipe STAD ini didalamnya terdapat unsur diskusi yang aktif dan diakhir pembelajaran ada penghargaan yang akan diberikan kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yang dapat melibatkan siswa berperan secara aktif dalam mengikuti pembelajaran dimana dengan menggunakan tipe ini siswa merasa lebih tertarik dan bersemangat sehingga siswa tidak merasa bosan, jenuh dan ngantuk untuk mengikuti pembelajaran. Dengan siswa merasa lebih senang dan bersemangat dapat membuat siswa merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar juga semakin meningkat.
E. Hipotesis
Istilah hipotesa berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan
‘thesa” yang berarti pendapat. Menurut maknanya dalam suatu penelitian hipotesa merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.49 Pendapat lain mengatakan, bahwa “ hipotesa adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpul”.50
49Riyanto.Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC . 2001.h.22
50 Ibid h. 64
Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan hipotesa adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan yang diangkat dalam suatu penelitian yang masih harus diuji nilai kebenarannya.
1. Ha: ada pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII di SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.
2. Ho: tidak ada pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII di SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Pendekatan Penelitian 1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu bentuk gambaran untuk mempermudah langkah-langkah pemecahan masalah atau menguji hipotesis.51 Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perancanaan dan pelaksanaan penelitian. Menurut Malhotra desain penelitian adalah kerangka atau cetak biru dalam melaksanakan suatu proyek riset.52 Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi dilihat dari segi baik atau tidak baik saja. Karena desain juga mencakup rencana studi, maka di dalamnya selalu ada frade of antara kontrol atau tanpa kontrol, antara objektivitas dan subjektivitas.
Desain tergantung dari derajat akurasi yang diinginkan, level pembuktian dari tingkat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan.53
Di dalam buku metodologi penelitian, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan uintuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang berkendalian.54 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperimental design dengan pola desain pre-test dan post-test
51Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. (Bandung : Alfabeda, 2006), hal:18
52 Juliansyah, Noor. Metode Penelitian,(Jakarta: Karisma Putra Utama,2011), hal: 107.
53 Nazir, Metode Penelitian.(Bogor: Ghalia Indonesia,2013), hal: 85.
54 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,….hal: 72
36
group.55 Desain ini, kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (x) dan kelompok kontrol dalam pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi dengan menggunakan pembelajaran langsung yaitu ceramah dan tanya jawab (y). Jadi penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen yaitu eksperimen yang menggunakan dua kelas (kelas kontrol/pembanding dan kelas eksperimen).56
Tabel 2.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest (a) Eksperimen O1 Xa (dengan perlakuan) O2 (b) Kontrol O3 Xb (tanpa perlakuan) O4
Keterangan :
O1 = Pretest kelompok eksperimen O2 = posttest kelompok eksperimen O3 = pretest kelompok kontrol O4 = posttest kelompok kontrol.57
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengadakan pretest baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol.
b. Menyiapkan materi sistem pernapasan pada manusia yang digunakan.
55Nana Syaodih ,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011), hal: 204
56 Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R dan D. (Bandung :Alfabeda, 2006), hal: 18
57 Suharsimi Arikunto. Desain Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hal: 38
c. Pemberian perlakuan untuk kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
d. Mengadakan posttest untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan jumlah dan bobot yang sama.
e. Menganalisis data hasil pretest dan posttest baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang kemudian digunakan dalam menguji hipotesis.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif jenis eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.58 Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data berupa nilai atau angka.59
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sugiyono dalam penelitian kuantitatif, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh
58Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012). hal: 107
59 Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian.(Bandung: Alfabeta, 2010).hal: 137