• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII

SMPN 5 JANAPRIA LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh CANDRAWATI NIM. 15.1.11.5.066

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

MATARAM 2017

(2)

ii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII

SMPN 5 JANAPRIA LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

oleh CANDRAWATI NIM. 15.1.11.5.066

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

MATARAM 2017

(3)

iii

(4)

iv

(5)

vi

(6)

vii Motto:

























Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.1

1 Departemen Agama RI.2004. Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Jumanatul ‘Ali. (Jakarta: CV Penerbit J-Art). hal.

(7)

viii PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Thanks to Allah SWT,

Ama dan Ma tercinta Arahman Yadam dan Harisah, terimakasih saya ucapkan atas ketulusan do’a, nasehat, dukungan dan seluruh pengorbanan yang telah diberikan juga kesabaran dalam membimbing dan membesarkan saya. Sehingga saya bisa meraih cita-cita yang mulia ini, dan semoga saya bisa membahagiakan dan membayar semua jasa- jasa kalian yang telah kalian berikan kepada saya selama ini ketika saya sukses nanti. Amin.

Bapak/ibu guru dari SD-perguruan tinggi terimakasih atas ketulusan dan keikhlasan dalam membimbing saya selama ini, dan saya tidak akan pernah melupakan jasa yang sangat mulia ini.

Kakak tercinta saya (Ahmad, Abdulsalam, Atiah, Jumiati, Nuraini, Abdullah, dan adik saya Saripah) dan ponakan saya (Salsa, fendi dan yang lainnya) yang banyak membantu dan seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan dan mensupport saya dalam menghadapi berbagai macam persoalan sehingga saya masih bisa bertahan sampai saat ini.

Teman-teman kelas B 2011 (Mila. Pazah, Yupita, Ira, Yayuk) dan yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semuanya, terimakasih atas canda tawa, kebaikan, dan support yang kalian berikan selama ini.

Almamater dan kampus putihku IAIN Mataram.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam, sehingga kita bisa merasakannya sampai saat ini. Sehingga penulis tertuntun untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016”. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Yusuf M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan penuh perhatian dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sejak awal hingga terwujudnya skripsi ini.

2. M. Zulfiani Hamdi M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membantu dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Pendidikan IPA Biologi yang pernah membimbing dan mengajarkan penulis selama penulis berada di IAIN Mataram.

4. Dr. Suhirman, M.Si selaku dosen wali kelas B yang juga banyak memberikan bimbingan selama ini.

5. Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.

6. Dr. H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor IAIN Mataram.

(9)

x

7. Kepala Sekolah SMPN 5 Janapria Lombok Tengah beserta guru, siswa dan semua pegawai SMPN 5 Janapria Lombok Tengah, yang memberikan izin penelitian untuk melaksanakan observasi di sekolah bersangkutan.

8. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih atan bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga tercapai hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Mataram, Januari 2017

Penulis

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

NOTA DINAS ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 11

3. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Langkah-Langlah Pembelajaran Kooperatif ... 14

B. Model Pembelajaran STAD ... 15

1. Pengertian STAD ... 15

2. Komponen-Komponen Pembelajaran STAD ... 19

(11)

xii

3. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD ... 21

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran STAD... 25

C. Hasil Belajar ... 28

1. Pengertian Hasil Belajar ... 28

2. Macam-Macam Hasil Belajar ... 28

3. Peranan Hasil Belajar ... 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 30

D. Kerangka Berfikir ... 33

E. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Desain dan Pendekatan Penelitian ... 36

B. Populasi Dan Sampel ... 38

C. Instrumen Penelitian ... 39

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 40

E. Tehnik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

1. Profil Sekolah SMPN 5 Janapria Lombok Tengah ... 47

2. Visi Misi Sekolah SMPN 5 Janapria Lombok Tengah ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Validitas Instrumen ... 48

2. Reliabilitas Instrumen ... 50

C. Penyajian dan Analisis Data ... 51

1. Paparan Hasil Temuan ... 51

2. Analisis Data ... 52

D. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 61

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Desain Penelitian ... 27 Tabel 3.1 Uji Validitas Tes Hasil Belajar dan Kategori Tiap Item Soal ... 42 Tabel 4.1 Uji Reliabilitas Item Soal Ganjil Genap ... 43 Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Postest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 45 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postest Dengan Chi Kuadrat ... 45 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Homogenitas Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol 46 Tabel 4.5 Analisis Hasil Belajar Dengan Uji-t Pada Taraf Signifikan 5% ... 47

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Berlangsungnya pree-test pada kelas eksperimen ... 70 Gambar 1.2 berlangsungnya pree-test pada kelas control ... 70 Gambar 1.3 Berlangsungnya pembelajaran dengan menggunkan tipe STAD 70 Gambar 1.4 Berlangsunya proses pembelajaran pada kelas control ... 71 Gambar 1.5 Berlangsungya post test pada kelas eksperimen ... 71 Gambar 1.6 Berlangsungnya post test pada kelas kontrol ... 71

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 1

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan I) ... 3

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan II) ... 6

Lampiran 4 RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan III)... 9

Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan IV) ... 12

Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol (Pertemuan I ... 15

Lampiran 7 RPP Kelas Kontrol (Pertemuan II) ... 18

Lampiran 8 RPP Kelas Kontrol (Pertemuan III)... 21

Lampiran 9 RPP Kelas Kontrol (Pertemuan IV) ... 24

Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal... 27

Lampiran 11 Soal Lembar Tes Hasil Belajar Preetest (Eksperimen dan Kontrol) ... 28

Lampiran 12Soal Lembar Tes Hasil Belajar Postest (Eksperimen dan Kontrol) ... 29

Lampiran 13 Kunci Jawaban Lembar Tes Hasil Belajar Pree test dan Post Test ... 30

Lampiran 14 LKS Kelas Eksperimen ... 33

Lampiran 15 Daftar Nilai pree-test kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol ... 39

Lampiran 16 Daftar Nilai post-test kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol ... 40

Lampiran 17 Tabel Analisis Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 41

Lampiran 18 Tabel Analisis Hasil Postes Kelas Kontrol ... 42

Lampiran 19 Tabel Analisis Item Untuk Perhitungan Validitas ... 43

Lampiran 20 Analisis Uji Coba Tes Biologi Siswa (Uji Validitas)... 44

Lampiran 21 Tabel Analisis Butir Soal Ganjil... 45

Lampiran 22 Tabel Analisis Butir Soal Genap ... 46

Lampiran 23 Analisis uji coba soal ganjil genap (uji reliabilitas) ... 47

Lampiran 24 Uji Normalitas Pree-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 48

Lampiran 25 Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

Lampiran 26 Uji Homoginitas Hasil Pree Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 64

Lampiran 27 Uji Homoginitas Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol... 66

Lampiran 28 Analisis Hipotesis Hasil Belajar ... 68

Lampiran 29 Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 70

(15)

xvi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII

SMPN 5 JANAPRIA LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

oleh CANDRAWATI NIM: 151.115.066

ABSTRAK

Kurangnya minat belajar merupakan salah satu penyebab rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran berakibat pada rendahnya hasil belajar Biologi. Hal ini menjadi bahan pertimbangan peneliti memberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi pada pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian true experimental. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu VIIIA dan VIIIB sebanyak 40 orang. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes hasil belajar. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh untuk kelas eksperimen sebesar 69,5 dan kelas kontrol sebesar 55,95. Hasil belajar siswa dianalisis dengan uji t sehingga diperoleh nilai thitung sebesar 1,30 dan ttabel sebesar 2,04. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel = 1,30 > 2,04. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Tipe STAD dan Hasil Belajar

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri untuk hidup di dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari itu, yaitu mampu berperan bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Wawasan tentang pendidikan sebagai proses belajar sepanjang hayat menekankan pentingnya pergeseran tanggung jawab belajar ke arah peserta didik, sehingga perancangan dan implementasi kegiatan belajar mengajar harus dilandasi oleh pengkonsepsian keseimbangan antara otoritas pendidik dengan subyek didik. Inilah esensi hakikat dan tujuan pendidikan yang dengan sendirinya menjadi tanggung jawab guru untuk membantu peserta didik untuk mencapai kemampuan dalam pembelajaran.2 Dalam mengajar seorang guru biasanya menjumpai siswa yang tidak menunjukkan kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan seperti yang diharapkan karena seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan pembelajaran, siswa yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemampuan dan bakat, namun guru tidak dapat belajar untuk siswanya.

Adapun permasalahan yang timbul saat ini adalah proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran biologi yang bertanggung jawab dikelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,

2 Hasibuan, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandun : Remaja Rosdakarya.

1985 ) ,hal. 10

(17)

pengetahuan yang didapatkan dijadikan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kemudian ceramah sebagai pilihan utama sebagai metode belajar.3 Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Artinya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, guru mengelola kelas membentuk sebuah tim yang bekerja sama. Dengan demikian siswa dapat menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru.

Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Di samping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna. Akibatnya bagi guru melakukan pembelajaran tidak lebih hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Asal tugasnya sebagai guru dalam melakukan perintah yang terjadwal sesuai dengan waktu yang telah dilaksanakan tanpa peduli apa yang telah di ajarkan itu bisa dimengerti atau tidak.4

Kondisi di atas juga terjadi di SMPN 5 Janapria yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan

3 Yatim Rianto. Paradigma Baru Pembelajaran. ( Jakarta : Kencana. 2009 ) Hal.160

4 Hmzah B. Uno dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:

KDT. hal: 75

(18)

diperoleh keterangan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian tengah semester ganjil kelas VIII A dengan nilai rata – rata 63,50 dan kelas VIII B dengan nilai rata-rata 61,50, sementara nilai standar kelulusannya 68.5

Selain dilihat dari Ujian Tengah Semester, dapat juga dilihat dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah khususnya pada mata pelajaran biologi. Metode ceramah ini menyebabkan kejenuhan belajar pada siswa, siswa menjadi mengantuk, melamun, kelas menjadi pasif, interaksi hanya berlangsung satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga siswa hanya mencatat penjelasan dari guru selain itu juga dengan menggunakan metode ceramah pembelajaran menjadi kurang efektif karena tidak mempertimbangkan kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan, pemahaman dan motivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang disampaikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tidak adanya partisipasi dari siswa secara langsung dan aktif menyebabkan suasana kelas menjadi monoton dan membosankan. Akibatnya, motivasi siswa menurun dan tentunya akan berdampak pula pada menurunnya hasil belajar siswa.6

Rendahnya hasil belajar biologi tersebut disebabkan karena guru kurang melibatkan interaksi sosial yang dapat menimbulkan kebosanan siswa dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga

5 Data nilai rata-rata ujian tengah semester mata pelajaran biologi SMPN 5 Janapria Lombok Tengah, Dokumentasi Tanggal 13 Januari 2015

6 Dita. Wawancara siswa, SMPN 5 Janapria Lombok Tengah 13 Januari 2015

(19)

motivasi siswa selama proses pembelajaran masih kurang. Walaupun pembelajaran sudah dimulai, namun masih ada siswa yang masih bercerita, mengantuk, tidur dan melamun.

Berdasarkan kondisi tersebut maka guru dituntut untuk menemukan alternatif yang harus diambil, guna meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan di atas yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan motivasi siswa. Untuk itu penulis mencoba memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran cooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Pembelajaran cooperatif tipe STAD merupakan sebuah tipe pembelajaran yang menyebabkan siswa saling bekerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab terhadap kelompoknya.7 Tipe STAD merupakan tipe belajar diskusi kelompok. Dengan demikian tipe STAD yaitu sebuah tipe pembelajaran cooperatif dengan menggunakan diskusi kelompok. Pembelajaran dengan tipe STAD diharapkan siswa merasa nyaman untuk bertanya kepada siswa lain bila dibandingkan bertanya kepada guru, karena bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami dan dapat belajar menghargai pendapat siswa lain. Pembelajaran menjadi tidak searah sebab ada transfer ilmu dari guru ke siswa dan ada transfer ilmu antar siswa itu sendiri. Siswa juga tidak merasa bosan karena pembelajaran yang diterapkan membuat mereka tidak selalu duduk ditempat duduknya,

7Rizki. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran cooperative tipe stad Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Instrumental dan Relasional Siswa SMP Kelas VII Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. th

(20)

pembelajaran seperti ini perlu intervensi guru untuk membimbing siswa agar kegiatan pembelajaran menjadi terarah.8

Seperti pada tipe STAD seorang guru bisa saja menyampaikan pelajaran tentang membaca peta, kemudian memberikan waktu kepada siswa untuk bekerja dengan peta dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan soal itu bersama anggota timnya. Anggota timnya heterogen yang terdiri dari siswa berprestasi tinggi, sedang dan rendah, laki-laki dan perempuan dan berasal dari latar belakang etnik berbeda. Setelah mendapatkan kesempatan untuk belajar dengan tim mereka, para siswa mengerjakan kuis mengenai membaca peta secara sendiri-sendiri. Skor kuis dari semua siswa dicatat. Semua tim yang skor rata-rata kuisnya tinggi mendapatkan penghargaan khusus, seperti sertifikat yang menarik atau menepatkan foto anggota tim mereka diruang kelas.

Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif semacam ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya.

Peneliti berharap dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat memberikan solusi dalam kegiatan belajar mengajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam bidang ilmu biologi. Penelitian yang akan peneliti lakukan berjudul pengaruh model

8 Ibid.th

(21)

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut, maka peneliti mengajukan rumusan masalah untuk mendukung hasil penelitian yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016 ?

2. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih berfokus dan tidak menyimpang dari apa yang diteliti, penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bertempat di SMPN 5 Janapria Lombok Tengah Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016.

b. Objek Penelitian yang diteliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar Biologi siswa pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016.

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan penelitian skripsi ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk

(22)

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

b. Siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran sehingga diharapkan agar tujuan pembelajaran Biologi dapat tercapai secara optimal.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di sekolah yang bersangkutan, khususnya mata pelajaran Biologi.

E. Penegasan Istilah

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang aktif sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada

(23)

siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, pada sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

2. Pembelajaran STAD

Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Dengan karakter STAD yang menekankan pada kerjasama dalam kelompok, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), dan adanya penghargaan bagi tim terbaik akan membuat siswa lebih meningkatkan aktivitas dan semangat siswa, dalam berkomunikasi dengan sesama teman anggota kelompok belajarnya. Kemudian dengan adanya penghargaan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan motivasi siswa yang tentunya partisipasi aktif tersebut berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

(24)

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa dalam hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar IPA Biologi dengan menggunakan pokok bahasan system pernapasan pada manusia.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Atau dalam pengertian lain, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.9

Sependapat dengan pengertian tersebut, Roger, dkk. Menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok- kelompok belajar yang di dalamnya setiap belajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.10

9Isjoni. Cooperative learning. ( Bandung : Alfabeta. 2013 ),h. 15

10 Huda, Miftahul. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur Dan Model Terapan. (Yogyakarta : PT Pustaka Pelajar. 2010),h. 29

10

(26)

Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa yang mempunyai kemampuan heterogen yang saling bekerja sama dalam kelompok.

2. Manfaat, Unsur-unsur, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

a. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sadker dan Sadker dalam Huda menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Menurut mereka selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar antara lain : 1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif

akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi

2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi lebih besar untuk belajar.

3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti.

4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.11

11 Ibid. hal.29

(27)

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Para siswa harus memiliki presepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam materi yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.

4) Para siswa berbagi tugas da tanggung jawab diantara anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.12 c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif a) Saling ketergantungan yang positif

b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan

kelas

d) Suasana yang rileks dan menyenangkan

e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

12 Rusman. Model-model Pembelajaran Pengembangan Profesional Guru. (Jakarta : PT: Raja Grafindo.2011).h 208.

(28)

f) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan13

2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang.

b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.14

3. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) Student teams Achievement Division ( STAD ) yaitu model pengajaran yang memilih siswa dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin,dan suku. (2) Jigsaw yaitu model pembelajaran yang dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen, bahan pelajaran dibagi-bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari materi yang sama, berkumpul untuk berdiskusi materi yang sama. (3) Think Pair Share yaitu tipe pembelajaran yang bertukar pikiran dimana siswa mengerjakan soal secara sendiri baru dibagi atau ditukar dengan teman kelompok lain.(4) Numbered Heads Together yaitu tipe pembelajaran yang memberikan nomor pada gambar yang telah disiapkan oleh guru.

(5)Make A Match (mencari pasangan kartu) adalah suatu tipe

13 Ibid, h.209

14 Isjoni, Op. cit. h. 25

(29)

pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif dan bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas. 15

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat langkah-langkah atau fase pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk tes bukan verbal selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar.

Tahap ini diikuti bimbingan guru pada siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka, fase terakhir dalam pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok dan mengetes apa yang mereka pelajari serta memberikan penghargaan terhadap usaha- usaha kelompok maupun individu. 16

Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam konsep- konsep IPA yang sulit, pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa dalam menumbuhkan kerjasama (keterampilan, memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik), kemampuan berfikir kritis, kemampuan membantu teman dan mempunyai sifat toleransi. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif membutuhkan perencanaan dan keputusan yang dibutuhkan oleh peneliti untuk mempersiapkan diri mengajar dengan menggunakan pembelajaran

15Suprijono, Agus. Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi Paikem. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

2009) h. 89- 100

16 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inofatif Kontenporer,(Jakarta: Bumi Aksara,2009)h.192

(30)

kooperatif diantaranya sebagai berikut : pemilihan pendekatan, pemilihan materi yang sesuai pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan, mengenalkan siswa pada tugas dan tuntutan yang diterapkan, merencanakan waktu yang tepat.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik permulaan bagu para guru yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif.17 Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.18

Salah satu model pembelajaran yang berperan dalam meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Banyak jenis model pembelajaran kooperatif yang telah dikenal orang, antarta lain:

Jigsaw, Think Pair Share, Number Head Together, Two Stay Two Stray, STAD (Student Teams Achievement Division), dll. Salah satu model pembelajaran kooperatif tersebut adalah STAD. STAD adalah salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya kerjasama siswa secara berkelompok dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai tujuan belajar. Slavin menyebutkan bahwa ”gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan

17Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.h.143

18 Ibid.h.12.

(31)

membantu siswa lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru”.19

Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata- rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya.20

Student Teams Achievement Division sangat menekankan pada kerjasama dalam kelompok belajar. Hal ini akan menuntut siswa untuk saling membantu, memberi motivasi, dan saling percaya satu sama lain.

Pembelajaran yang menekankan pada kerjasama akan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar bekerjasama, berbagi pendapat, pengetahuan, pengalaman, mendengarkan pendapat orang lain, saling memotivasi dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk kerjasama dalam STAD diwujudkan dalam pembentukan tim belajar siswa. Tim

19Slavin, R.E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. (2005). h.12

20 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. (Jakarta: PT.Raja Grafindo.2011).h213-214.

(32)

terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi dibentuknya kelompok adalah agar siswa anggota kelompok dapat bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai materi dengan baik. Hal ini karena sesama siswa memiliki kesamaan bahasa, tingkat perkembangan intelektual dan pengalaman kedekatan sehingga membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.21

Sintaks dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadikan siswa sebagai pusat dalam kegiatan pembelajaran (Student Centered). Pembelajaran semacam ini akan meningkatkan intensitas keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Proses aktif dalam bertanya dan berargumen ini memberikan kesempatan siswa untuk mengekspresikan dirinya dan menumbuhkan pemikiran kritis pada siswa.

Siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran memungkinkan siswa untuk menghasilkan solusi yang baru atas suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Ekspresi diri, pemikiran kritis dan penemuan yang dilakukan oleh siswa tentunya akan menumbuhkan kreativitas dalam diri siswa. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap suasana pembelajaran yang menyenangkan karena tidak ada pemberian penekanan pada siswa. 22

Satu faktor lagi yang menjadikan STAD sebagai pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya penghargaan bagi tim terbaik. Penghargaan

21 Ibid,h.215

22 Ibid, h.216

(33)

ini menjadi motivator bagi siswa untuk menjadikan kelompoknya sebagai yang terbaik di kelas. Kondisi ini akan menciptakan suasana persaingan yang sehat diantara siswa. Selain itu, dengan adanya pemberian penghargaan akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Motivasi tinggi yang ada pada diri siswa akan memberikan pengaruh yang positif dalam proses pembelajaran yaitu terhadap hasil belajar siswa.

Student Teams Achievement Division juga mempunyai beberapa kelebihan lain, menurut Soewarso kelebihan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

d. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.

(34)

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siwa dalam belajar bekerja sama. 23

Berdasarkan uraian tersebut STAD merupakan pilihan yang tepat dalam pembelajaran karena model ini dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini akan membuat kegiatan pembelajaran di kelas menjadikan siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan karakter STAD yang menekankan pada kerjasama dalam kelompok, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), dan adanya penghargaan bagi tim terbaik akan membuat siswa lebih meningkatkan aktivitas dan semangat siswa, khusunya aktivitas dalam berkomunikasi dengan sesama teman anggota kelompok belajarnya. Kemudian dengan adanya penghargaan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan motivasi siswa yang tentunya partisipasi aktif tersebut berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

2. Komponen-komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Adapun komponen-komponen dari pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu : persentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekongnisi tim.

a. Presentasi Kelas

23 Isjoni, Cooperative Learning (Bandung : Alfabeta, 2010),h.24-25

(35)

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili dari seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.

c. Kuis

Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan

(36)

untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa. Tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dari memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekongnisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.24

3. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD a. Persiapan STAD

1) Materi

Materi pembelajaran kooperatif tipe STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum

24Slavin, R.E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. (2005). h.143-146

(37)

menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut 25 :

a) Merangking siswa

Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.

b) Menentukan jumlah kelompok

Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.

Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.

c) Membagi Siswa Dalam Kelompok

Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.

d) Mengisi lembar rangkuman kelompok

Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD).

3) Menentukan Skor Awal

Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.

Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.

4) Kerja Sama Kelompok

Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini

25 Made Wena, Startegi Pembelajaran Inovatif Kontenporer, (Jakarta : Bumi Akasara),h.193

(38)

merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.

5) Jadwal Aktivitas

STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.26

b. Mengajar

Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.

Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka- teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.

b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran. 27

2) Pengembangan

a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.

b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.

c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.

e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya. 28

3) Praktek Terkendali

a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.

c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.

26 Ibid,h.19

27 Ibid,h.20

28 Ibid,h.21

(39)

c. Kegiatan Kelompok

1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:

a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.

b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.

c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.

d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan. 29

2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:

a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.

b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.

c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya.

Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.

d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.

e) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi. 30

d. Kuis atau Tes

Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.31

e. Penghargaan Kelompok

1) Menghitung skor individu dan kelompok

29 Slavin, R.E. Cooperative Learning.(Bndung: Nusa Media,2005),h.155

30 Ibid,h,156

31 Ibid,h.159

(40)

Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.

Poin kemajuan ditentukan setelah melaksanakan kuis, adapun untuk menentukan skor kemajuan berdasarkan kemajuan kriteria sebagai berikut :

Tabel : 1.1

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 32 2) Menghargai hasil belajar kelompok

Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama

Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.33

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe STAD

Menurut Jarolimek dan parker kelebihan yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :

a) Saling ketergantungan yang positif

b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d) Suasana rileks yang menyenangkan

e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

f) Memiliki banyak kesempetan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.34

32Slavin, R.E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. (2005). h.159

33http://www.mystartsearch.com/?type=hp&ts=1429501784&from=wpc&uid=ST320LM001XHN- M320MBB_S2TJJ9EC416439,tgl.18 juni 2015.

34Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung : Alfabeta,2010),h.24-25

(41)

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam yaitu

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukaan banyak tenaga,pemikiran dan waktu

b) Agar proses pembelajaran berlangsung secara lancer maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada

kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

d) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.35

Menurut Slavin dalam Hartati cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a) Kelebihan:

(1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.

(2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.

(3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. 36

b) Kekurangan

Menurut Slavin dalam Hartati cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut:

(1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.

(2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.

35 Isjoni, (2010),Cooperative Learning (Bandung : Alfabeta),h.24-25

36Ibid,h.27

(42)

(3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik- konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.37

Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. 38

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

37 Ibid,h.29

38 http://www.mystartsearch.com/?type=hp&ts=1429501784&from=wpc&uid=ST320LM001XHN- M320MBB_S2TJJ9EC416439,tgl.18 juni 2015.

(43)

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena peserta didik mencapai penguasaan atas sejumlah bahan pelajaran yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.39 Pengertian hasil menunjukkan suatu perolehan setelah melakukan perbuatan. Dan belajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga hasil belajar merupakan suatu perolehan setelah melakukan suatu perbuatan seperti belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 40

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat tersebut adalah hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar.41

39 Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009 ) hal: 46

40 Nana sudjana, Peneliaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke 14, hal. 22

41 Purwanto, Op. Cit., hal. 47

(44)

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang terbagi menjadi 3 (tiga) ranah yaitu:

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 (enam) aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 (lima) aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, internalivasi.

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keretampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 (enam) aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan perveptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspesif dan interpretatif.42

3. Peranan Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yng baik dan memenuhi syarat.

Pengukuran demikian dimungkinkan, karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.43

42Nana sudjana, Op. Cit., hal.23

43 Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009 ) hal: 44

(45)

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).

Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.44

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.45 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pendekatan sistem kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:

44 Ibid.

45 Ibid.

(46)

Bagan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar.

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah (siswa), dalam hal ini diberi pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (teaching-learning process). Dalam pembelajaran turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environment input), baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input), misalnya kurikulum, sarana dan fasilitas, dan lain-lain guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) yaitu hasil belajar. 46

Keberhasilan seseorang dalam pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:

1) Faktor fisiologis yang meliputi, cacat tubuh dan jasmani seperti kesehatan akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-

46 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,1996), Cet. 11, hal.106

Instrumental

Raw Input Output

Environment Input Teaching-Learning Process

(47)

faktor fisiologis seperti kurang bersemangat, cepat lelah, buta, patah tulang.

2) Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik, yang meliputi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 47

b. Faktor Eksternal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu:

1) Faktor keluarga, meliputi cara mendidik orang tua terhadap anaknya dan keadaan rumah akan mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Faktor sekolah, meliputi kualitas guru dan metode pengajarannya lebih baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar.

3) Faktor masyarakat yaitu apabila terdiri dari orang-orang berpendidikan maka mendorong anak giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila dalam lingkungan tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat untuk belajar.

4) Faktor lingkungan sekitar yaitu keadaan yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar ini akan mempengaruhi kegairahan belajar peserta didik.48

47 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2009), Cet.5, hal. 58

48 Ibid,h.59

(48)

Berdasarkan uraian tersebut faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik yang sedang belajar meliputi fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri peserta didik meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkung sekitar. Kedua factor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, keduanya tidak dapat berdiri sendiri.

D. Kerangka Berfikir

Diagram tersebut diuraikan secara singkat, bahwa dalam proses belajar mengajar awalnya guru menerapkan pembelajaran langsung (metode ceramah) kepada siswa. Dimana dengan metode ini siswa merasa jenuh, bosan, bahkan tidak jarang dari siswa banyak yang mengantuk. Hal ini terjadi karena kurangnya dorongan atau motivasi baik dari diri siswa maupun dari guru dan

Guru

Pembelajaran tipe STAD

Motivasi meningkat Motivasi menurun

Model pembelajaran langsung

S i s w a Hasil belajar rendah

Hasil belajar tinggi

(49)

ini tidak akan menutup kemungkinan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal.

Sedangkan pada saat guru (peneliti) menerapkan model pembelajaran yang berbeda seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada siswa, ternyata siswa merasa senang dan bersemangat dalam belajar karena tipe STAD ini didalamnya terdapat unsur diskusi yang aktif dan diakhir pembelajaran ada penghargaan yang akan diberikan kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yang dapat melibatkan siswa berperan secara aktif dalam mengikuti pembelajaran dimana dengan menggunakan tipe ini siswa merasa lebih tertarik dan bersemangat sehingga siswa tidak merasa bosan, jenuh dan ngantuk untuk mengikuti pembelajaran. Dengan siswa merasa lebih senang dan bersemangat dapat membuat siswa merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar juga semakin meningkat.

E. Hipotesis

Istilah hipotesa berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan

thesa” yang berarti pendapat. Menurut maknanya dalam suatu penelitian hipotesa merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.49 Pendapat lain mengatakan, bahwa “ hipotesa adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpul”.50

49Riyanto.Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC . 2001.h.22

50 Ibid h. 64

(50)

Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan hipotesa adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan yang diangkat dalam suatu penelitian yang masih harus diuji nilai kebenarannya.

1. Ha: ada pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII di SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.

2. Ho: tidak ada pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII di SMPN 5 Janapria Lombok Tengah tahun pelajaran 2015/2016.

Gambar

Tabel 2.1 Desain Penelitian  ...............................................................................
Gambar  1.1 Berlangsungnya pree-test pada kelas eksperimen  .....................  70  Gambar   1.2 berlangsungnya pree-test pada kelas control .............................
Gambar  di  atas  menunjukkan  bahwa  masukan  mentah  (raw  input)  merupakan  bahan  baku  yang  perlu  diolah  (siswa),  dalam  hal  ini  diberi  pengalaman  belajar  dalam  proses  belajar  mengajar  (teaching-learning  process)
Diagram tersebut diuraikan secara singkat, bahwa dalam proses belajar  mengajar awalnya guru menerapkan pembelajaran langsung (metode ceramah)  kepada  siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata