79
a. persiapan dan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama,
b. memberikan rangkuman materi kepada tiap kelompok siswa sehingga biaya relatif mahal, c. dalam penilaian, siswa yang pandai merasa tidak
adil,
d. dalam proses belajar mengajar, guru tidak banyak bicara,
e. menimbulkan rasa minder apabila tidak dapat mengerjakan tugas,
f. meningkatkan rasa bersaing antara kelompok yang negatif,
g. menimbulkan rasa iri cenderung menonjol, dan h. munculnya rasa ketergantungan yang negatif
pada anggota kelompok lainnya (Muslimin Ibrahim, 2000).
G. Langkah-Langkah Penerapan Model
80
membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung,
2. guru memberikan subpokok bahasan pada tiap- tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir,
3. siswa bekerja sama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Jadi akan ada saling keterkaitan dan kerja sama yang baik antara setiap anggota kelompok maupun dengan kelompok lainnya,
4. setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Tujuannya supaya mereka dapat bertukar informasi satu sama lain, 5. dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Berarti tuan rumah harus benar- benar memahami apa yang akan mereka sampaikan supaya apa yang mereka sampaikan itu merupakan informasi yang memang dapat membantu tamunya agar dapat diberitahukan kepada anggota kelompoknya masing-masing, 6. tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Setelah tamu berhasil
81
mencari informasi dari kelompok lain, kemudian mereka memberitahukan apa yang telah mereka temukan kepada kelompoknya masing-masing, 7. kelompok mencocokkan dan membahas hasil-
hasil kerja mereka, dan
8. masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
82
Two Stay Two Stray merupakan salah satu tipe model yang ada dalam Cooperative Learning. Penerpannya, siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar dalam pembelajaran di kelas. Two stay Two stray menuntut siswa untuk lebih efektif mencapai tujuan belajarnya. Namun Two Stay Two Stray juga memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Two Stay Two Stray adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangannya model pembelajaran Two stay Two stray adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar ini membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal.
Selain itu, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.
83
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.http://modelpembelajaran8.blogspot.com/2016/04/
model pembelajaran-two-stay-two-stray.html (di akses 20 April 2021)
Darmadi. 2017. Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta : Deepublish.
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: UNESA, University Press.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Kajian Pustaka. 2016.
https://www.kajianpustaka.com/2016/03/model-
pembelajaran-tipe-two-stay-two-stray.html (di akses 06 Mei 2021)
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Kelas-kelas .Jakarta :Grasindo.
Nurhayati, Ai. 2012.
https://studylibid.com/doc/283402/makalah-ts-ts- ainurhayati (di akses 06 Mei 2021)
84 Pratama, Ade. 2016.
http://dedepa.blogspot.com/2016/03/sejarah-munculnya- pembelajaran.html (di akses 06 Mei 2021)
85
TENTANG PENULIS
Ema Wulandari Wahyuni, dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1994. Anak keempat dari lima bersaudara, pasangan bapak Zainal Abidin dan Ibu Sunarti.
Mulai mengenal pendidikan tahun 2000 di SD Inpres Minasa Upa I Kecamatan Rappocini Kota Makassar dan tamat pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan ke MTs.
Negeri Model Makassar dan tamat pada tahun 2009.
Selanjutnya, melanjutkan Pendidikan Menengah Atas pada tahun 2009 di MAN 1 Makassar dan tamat pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Negeri Makassar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan tamat pada tahun 2016. Kemudian melanjutkan studi Magister Pendidikan Dasar di Universitas Bosowa hingga sekarang (2020).
86
87
MODEL PEMBELAJARAN MAKE and MATCH
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran di kelas, komponen penting yang dapat menentukan kualitas pendidikan adalah guru, karena peran mereka sangat sentral, terutama sebagai pemegangkendali dalam proses pembelajaran. Berdasarkan UU RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen bab I pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.” (Undang- Undang Guru dan Dosen, 2009: 3). Untuk mengoptimalkan peran guru tersebut, peningkatan kualitas guru menjadi sebuah keharusan. Di antara tanda-tanda guru yang berkualitas, apabila dapat menunjukkan kemampuan pengelolaan pembelajaran yang bermutu. Dengan demikian, penguasaan konsep dan pengalaman empirik menguasai strategi pembelajaran inovatif menjadi penting bagi guru.
Sebagian besar dari seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah diisi dengan ceramah oleh guru, bahkan untuk mata pelajaran keterampilan sekalipun seperti penjas dan seni budaya. Dampaknya sekolah lebih banyak menghasilkan siswa yang berpengetahuan tetapi minim keterampilan/kompetensi.
88
Pengetahuan diperoleh dari proses menghafal dua informasi yang disampaikan guru/buku, bukan dari hasil menemukan (discovery) atau konstruksi berdasarkan aktivitas yang dialaminya. Hasilnya siswa menjadi generasi yang miskin keterampilan dan kreativitas. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, siswa hanya dijadikan sebagai pendengar dari ceramah guru saja. Hal ini menjadikan siswa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dampaknya menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami suatu konsep dari materi yang diajarkan. Seorang guru yang menginginkan proses pembelajaran berhasil dengan baik harus memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikannya dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya. Jadi jelas bahwa penentuan metode dalam proses pembelajaran itu memang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Metode atau model pembelajaran make and match merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran. Penerapan model ini dapat dilakukan dalam kelas besar yang berjumlah 30 atau 40 orang. Model pembelajaran ini memerlukan kartu-kartu, yang berisi pertanyaan, dan kartu berisi jawaban. Teknik model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Cooperatif learning tipe Make and Match merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
89
Metode pembelajaran ini dapat digunakan oleh para guru sebagai upaya melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan pembelajaran Cooperatif learning tipe Make and Match diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.