• Tidak ada hasil yang ditemukan

Da un Ke lapa yang Menj adi Ikan

Dalam dokumen Struktur Sastra Lisan Bahasa Wolio (Halaman 63-68)

BAB III STRUKTUR SASTRA LISAN WOLIO

3.17 Da un Ke lapa yang Menj adi Ikan

3) Si Kepiting adalah binatang yang cerdik dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhapad temannya.

4) Perahu sebagai alat penyeberangan yang rusak karena dilubangi si Ayam.

berlangsung secara berulang dan bersifat horizontal dan dapat digaQlbarkan dengan sebuag garis mendatar sebagai berikut.

---i

Dalam cerita ini peristiwa atau kejadian·yang digambarkan dapat digolongkan ke dalam tipe the law of repetition.

c. Pelaku

1) Raja, pemilik perkebunan kelapa dan penguasa 2) Kelapa gading, sakti, daunnya berubah menjadi ikan. 3) Rakyat senang mencari ikan.

4) Laut, tempat mengapungkan daun kelapa yang menjadi ikan.

3.18 Lowu-Lowu Morikana

Cerita ini dianalisis berdasarkan urutan peristiwa, alur cerita, dan pelaku dengan uraian sebagai berikut.

a. Peristiwa

1) Orang Lowu-Jowu berasal dari Luwu;

2) Mereka sengaja dibawa ke Wolio untuk mengajar orang Wolio cara menanam padi;

3) Keang (koloumang) menyerbu penduduk;

4) Penduduk bersepakat meninggalkan tempat itu dan mencari tempat pemukiman baru;

5) Tempat atau kampung yang mereka tempati berpindah dinamakan kampung Lowu-Jowu;

6) Orang Lowu-lowu selalu diganggu dengan olokan "orang tertimpa koloumang."

b. Alur Cerita

Pada zaman dahulu, orang Wolio mendatangkan orang-orang dari Luwu untuk mengajar penduduk Wolio tentang cara bercocok tanam, terutama, teknik, menanam padi. Dalam suatu peristiwa, penduduk

kampung diserbu oleh keong yang cukup besar. Keong-keong itu rata- rata sama besarnya dengan guci. Keong-keong ini naik di atas atap lalu menjatuhkan diri; dan setiap benda yang dijatuhinya itu menjadi hancur. Apabila keong itu menimpa manusia, seketika itu juga, orang langsung mati. Dengan adanya mala petaka ini, penduduk bermusyawarah untuk meninggalkan kampung mereka. Dalam hasil musyawarah itu diputuskan untuk mencari permukiman baru. Daerah baru tempat mereka tinggal dinamakan Lowu-lowu. Olok-olokan bagi orang Lowu-lowu hingga saat ini ialah "Orang-orang yang tertimpa keong."

Cerita ini menggambarkan suatu peristiwa perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain. Pada awalnya cerita ini menggambarkan kedatangan orang-orang dari Luwu ke Wolio untuk mengajar tentang cara bercocok tanam, terutama teknik menanam padi. Karena tanaman mereka terserang oleh marabahaya, akhirnya mereka berpindah ke kampung yang Jain. Rangkaian peristiwa dalam cerita ini bersifat horizontal yang dapat digambarkan dengan sebuah garis mendatar sebagai berikut.

---7

Dalam cerita ini terjadi peristiwa yang berulang, yaitu perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang Jain secara berurutan. Jadi, cerita ini dapat digolongkan ke dalam tipe the law of repetition.

c. Pelaku

1) Orang-orang Luwu, pintar bertani;

2) Orang-orang Wolio, masih ketinggalan dalam hal teknik bertanam padi;

3) Koloumang, keong yang besar-besar, sumber malapetaka;

4) Luwu, negeri asal penduduk Lowu-lowu;

5) Wolio, laban pertanian yang baru.

3.19 Cerita La Sirimbone

Cerita ini dianalisis berdasarkan urutan peristiwa, alur cerita, dan pelaku dengan uraian sebagai berikut.

a. Peristiwa

I) Seorang janda cantik bernama Wa Roe beserta anak laki- lakinya, bernama La Sirombone. Janda ini dilamar oleh seorang pedagang, bernama La Patamba.

2) La Patamba berangsur-angsur membenci anak tirinya, La Sirombone; kemudian, La Patamba memaksakan istrinya agar membuang La Sirimbone.

3) La Sirimbone dibuang dengan bekal ketupat ke negeri yang jauh: perjalanan La Sirimbone itu memakan waktu tujuh hari tujuh malam dan melintasi beberapa gunung dan lembah.

4) La Sirimbone berjalan mengikuti jalanan kerbau, ia juga menyusuri bekas telapak kaki manusia.

5) La Sirimbone melihat seekor raksasa betina dan ia bergan- tung pada betis raksasa itu.

6) La Sirimbont> diperlakukan dengan manis oleh raksasa.

Beberapa permintaan La Sirimbone dipenuhinya sebab La Sirimbone rajin mencari nafk:ah.

7) La Sirimbone menemukan jin di sungai sedang mengangkat bubu ikan milik La Sirimbone. Kedua makhluk itu berkelahi sampai malam dan La Sirimbone mengalahkan j in jahat itu dengan jalan bergantung pada janggot jin.

8) Siang harinya, La Sirimbone mengelabui seekor babi yang mampu berjalan di atas air, La Sirimbone mencoba memakai kalung babi, lalu pergi dan seterusnya.

9) Pada hari yang lain, La Sirimbone berjalan di atas air menuju ke prahu nelayan, ia pun mengelabui nelayan tersebut dengan mengambil keris pusakanya.

10) Di tempat lain, La Sirimbone membuka kain kafan seorang mayat yang sedang diusung; ia menekan pusatnya sambil meniup ubun-ubun may at tersebut · hingga hidup kembali.

11) Dalam perjalanan berikutnya, La Sirimbone memanfaatkan

keris pusaka milik nelayan tadi untuk menyelamatkan seorang gadis, bernama Wa Ngkaworio dari santapan ular naga.

12) La Sirimbone menikah dengan Wa Ngkaworio.

b. Alur Cerita

Cerita ini menggambarkan nasib seorang anak Jaki-laki yang dibenci oleh bapak tirinya. Atas desakan sang bapak tiri itu, ibu La Sirimbone bernama Wa Roe dengan berat hati nan pilu mengasingkan anak kesayangan satu-satunya itu ke negeri yang amat jauh dengan bekal ketupat secukupnya.

Di tempat pengasingan itu, La Sirimbone pada mulanya amat menegangkan karena ia takut melihat seekor raksasa. Akan tetapi, ternyata, La Sirimbone mampu menyesuaikan diri dan bersahabat dengan raksasa betina itu.

Dalam perkembangan cerita selanjutnya, La Sirimbone berhadapan dengan berbagai persoalan yang menimbulkan konflik- konflik baru. Di antaranya, ia berkelahi dengan jin jahat, ia pun dapat mengelabui seekor babi, dan juga dapat mengakali seorang nelayan, dan ia dapat membunuh seekor ular naga yang sering memangsa manusia.

Pola alur cerita ini melukiskan rangkaian peristiwa yang berlangsung secara horizontal yang dapat digambarkan sebagai sebuah garis mendatar seperti berikut.

---~

Masalah pokok yang menonjol dalam cerita ini terdapat pada bagian akhir cerita, y·a-itu rahmat Tuhan dilimpahkan kepada orang yang sabar dan bertawakal kepada-Nya. Jadi, cerita ini dapat digolongkan dalam the important of final position.

c. Pelaku

1) Wa Roe, seorang janda cantik yang sangat menyayangi putra satu-satunya.

2) La Patamba, seorang pedagang, mem~ristrikan Wa Roe, tidak adil; bahkan, ia membenci anak tirinya.

3) La Sirimbone, seorang laki-laki yang dibuang oleh bapak tirinya ke tempat yang jauh, jujur, manusiawi, cerdas.

bijaksana, dan tangkas.

4) Raksasa betina, penolong, ramah; dan pengasih.

5) Jin. jahat, suka mencuri.

6) Babi, mampu berjalan di atas air, memiliki kalung ajaib.

7) Nakhoda perahu (nelayan), jujur. dan dapat menyimpan rahasia.

8) Wa Ngkuworio, gadis cantik putri raja, terancam akan dimakan olehular naga, tertolong oleh La Sirimbone.

Dalam dokumen Struktur Sastra Lisan Bahasa Wolio (Halaman 63-68)

Dokumen terkait