BAB III STRUKTUR SASTRA LISAN WOLIO
3.11 Putri Sata rina
Cerita ini dianalisis berdasarkan urutan peristiwa. alur cerita. dan pelaku dengan uraian sebagai berikut.
a. Peristiwa
1) Sepasang suami-istri yang memiliki seorang anak perempuan, bernama Putri Satarina.
2) Ibu dari Putri Satarina itu telah meninggal karena menderita sakit payah.
3) Ayah Putri Satarina kawin Jagi dengan perempuan lain karena iba terhadap putri satu-satunya.
4) Putri Satarina memiliki saudara tiri yang disamakan Putri Katarina.
5) Satarina dan Katarina berbeda fisik. Satarina cantik dan menawan. sedangkan Katarina tidak cantik. Jagi pula berperilaku jorok. Oleh karena itu, Putri Satarina cepat menemui jodohnya, sedangkan Putri Katarina membujang terus.
6) lbu Katarina menenggelamkan putri Satarina di sungai dengan jalan mendorongnya ke tempat yang dalam.
7) Katarina mengganti posisi Satarina di balik gelapnya sambil menunggu kedatangan suami Satarina; semua ini adalah ide ibunya.
8) Sementara itu, putri Satarina diselamatkan oleh tujuh bidadari.
9) Putri Satarina dibawa ke langit oleh bidadari yang tujuh-tujuh itu.
10) Putri Satarina menceritakan penderitaannya kepada bidadari yang tujuh-tujuh itu.
11) Putri Satarina kembali ke rumahnya untuk menyusui anaknya atas izin bidadari yang tujuh-tujuh itu.
12) Kehadiran berikutnya, putri Satarina dihadang dan diterkam oleh suaminya lalu disuruh bercerita akan keadaan yang sesungguhnya.
13) Suami Satarina menghukum Katarina beserta ibunya dengan cara memasukkannya ke dalam lubang kayu kemudian menggulingkannya ke jurang.
14) Putri Satarina kembali menyatu dengan suaminya.
b. Alur Cerita
Cerita ini diawali dengan kehidupan sepasang suami-istri berserta seorang anak perempuannya yang cantik. Anak ini bernamakan Putri Satarina. Berselang, beberapa lama kemudian, ibu Satarina menderita sakit, lalu meninggal. Keadaan ini memaksa ayah Satarina untuk kawin lagi untuk mengurus Putri Satarina. Perkawinan yang kedua in telah lahir pula seorang anak perempuan. tetapi wajahnya kurang cantik. Anak ini bernama Putri Katarina.
Ketika Katarina sudah dewasa, ia bersama ibunya mengakali Putri Satarina yang telah berkeluarga dengan jalan menenggelamkan ke sungai yang dalam. Alhasil Putri Satarina itu diselamatkan oleh tujuh bidadari. Putri Satarina bersatu kembali dengan keluarganya setelah terlebih dahulu menghukum Putri Katarina beserta ibunya yang jahat itu.
Cerita ini menggambarkan perlakuan jahat dari seorang ibu tiri terhadap anak tirinya. Perbuatan ibu tiri yang jahat itu mencelakakan diri si ibu tiri itu sendiri. Peristiwa diawali dengan kawinnya kembali
ayah Satarina; kemudian, peristiwa itu berkembang pada saat ibu tiri Satarina berusaha membunuh Satarina. Puncak cerita terjadi saat Putri Satarina hidup kembali karena ditolong oleh bidadari tujuh.
Selanjutnya, cerita kembali menurun ketika putri Satarina bertemu kembali dengan suami dan anaknya.
Pola alur cerita ini dapat digambarkan berupa garis yang menanjak.
/ /
/
71
/
Yang menonjol dalam cerita ini adalah (1) sifat buruk dari seorang ibu tiri; (2) kebahagiaan dari pasangan hidup suami-istri; serta (3) bencana bagi mereka yang berbuat jahat. Melihat jalannya alur, cerita in dapat digolongkan ke dalam the important of final position.
c. Pelaku
1) Pasangan suami-istri dengan seorang anak perempuan cantik yang sangat disayanginya.
2) Putri Satarina, cantik, jujur, dan berbelas kasih.
3) Ibu tiri yang jahat.
4) Putri Katarina, jelek, perilaku tak terpuji.
5) Putri Bidadari tujuh-tujuh, penolong dan manusiawi. 6) Bayi mungil putri Satarina yang tidak berdosa. 3.12 Ubi Karea-Rea
Cerita ini dianalisis berdasarkan urutan peristiwa, alur cerita, dan pelaku dengan uraian sebagai berikut.
a. Peristiwa
1) Sepasang suami-istri selalu bertengkar dalam rumah tangganya.
2) Sang istri selalu dimarahi suaminya.
3) Seorang suami yang selalu memarahi istrinya.
4) Setiap istrinya dimarahi, sang istri selalu membanting- bantingkan dirinya ke tanah sampai terbenam seluruh tubuhnya.
5) Tempat bekas kepalanya yang tertanam ke tanah itu muncul tumbuhan menjalar.
6) Ancaman yang tumbuh itu berisi umbi, yakin sejenis ubi jalar yang disebut ubi karea-rea yang wamanya kemerah-merahan.
b. Alur
Ada seorang suami yang selalu memarahi istrinya. Setiap melampiaskan kemarahan kepada istrinya, sang istri itu selalu membanting-bantingkan dirinya ke tanah. Sang istri semakin dimarahi, semakin keras pula membantingkan pantat atau pinggulnya;
akhirnya, seluruh badannya bagaikan diisap ke dalam tanah. Pada tanah bekas kepalanya yang tertanam itu hiduplah tumbuhan yang menjalar. Tumbuhan itu disebut karea-rea yang isinya berwarna merah.
Cerita ini menggambarkan suatu rumah tangga yang tidak pernah aman dan tidak tenteram. Peristiwa ini dimulai dengan suatu pertengkaran dan berakhimya dengan keadaan yang sangat tragis, yakni tertanamnya seorang istri bagaikan diisap ke dalam tanah. Peristiwa ini diakhiri dengan penjelmaan sang istri menjadi ubi karea-rea.
Peristiwa ini dapat digambarkan dengan sebuah garis yang menanjak sebagai berikut.
/ /
/
71
/
Dalam cerita ini dipertentangkan dua tokoh yang tidak pernah ada kesesuaian paham, yakni sang suami yang selalu marah, sedangkan istri itu berusaha menghentikan perbuatan yang tidak terpuj i dari suamninya dengan membating-bantingkan dirinya ke tanah. Cerita in dapat digolongkan "the law of contrast."
c. Pelaku
1) Suami, seorang pemarah;
2) lstri, suka membanting-bantingkan dirinya dan yang selalu menangis;
3) Ubi Karea-rea, sejenis tanaman menjalar yang Ismya berwama merah.
3.13 Si Kera dan Si Bangau
Cerita ini dianalisis berdasarkan urutan peristiwa, alur cerita, dan pelaku dengan uraian sebagai berikut.
a. Peristiwa
1) Kera mengajak si Bangau turun ke !aut untuk menari ikan. si Bangau menolak karena merasa kecil, sedangkan si Kera itu selalu mendesak, akhirnya si Bangau menurut.
2) Si Bangau memperoleh ikan banyak, sebaliknya si Kera tidak berhasil karena ia tidak berpengalaman.
3) Si Kera merampas ikan milik si Bangau, dan ia pun melucuti bulu-bulu Kera sampai habis, kemudian si Kera pulang ke rumahnya untuk menikmati ikan rampasannya.
4) Si Kera didatangi oleh induk si Bangau menanyakan hal- ihwal anaknya, tetapi si Kera berdalih tidak mengetahui.
5) Si Bangau melaporkan kekurangajaran si Kera kepada induknya. 6) Induk si Bangau marah dan berusaha membalas perlakuan Kera dengan jalan mengajak mencari ikan disebuah pulau. Mereka menumpangi perahu.
7) Rombongan Bangau melaksanakan aksi pembalasannya dengan cara mematuk perahu hingga berlubang, lalu mereka beterbangan meninggalkan kera-kera, tetapi si Kera jahat masih mampu berenang dan selamat tiba di pantai.
8) Si Kera jahat bertemu dengan ulat bulu, mereka pun bersilat lidah, lalu mengancam untuk menghukum ulat bulu dengan jalan memasukkan ke lubang hidung kera.
9) Si ulat bulu mengamuk di dalam hidung si Kera, dan merayap hingga ke otak. Matilah si Kera jahat itu.
b. Alur Cerita
Cerita ini terdiri atas dua episode, keduanya menggunakan pola alur linear. Episode alur yang pertama dapat dikemukakan sebagai berikut.
Awal perternuan antara si Kera dan si Bangau kecil bersahabat sangat akrab. Tidak lama berselang, si Kera mengajak si Bangau mencari ikan di taut. Si Bangau banyak memperoleh ikan yang ditangkapnya; Sedangkan si Kera tidak berhasil. Namun, si Kera itu menguasai hasil tangkapan ikan milik si Bangau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa si Kera itu merarnpas hasil ikan milik si Bangau; bahkan, ia pun sampai hati menyiksa si Bangau. Dalam hal ini, si Kera tidak memperlihatkan persahabatan lagi dengan si Bangau.
Kejadian itu diketahui oleh induk si Bangau. Oleh karena itu, induknya oun segera membalas perbuatan jahat si Kera dengan cara tipu daya, ia mengajak si Kera untuk berlayar. Di tengah lautan, perahu dibocorkan. Si Bangau terbang, sedangkan si Kera tersiksa di tengah lautan, tetapi si Kera dapat menyelamatkan dirinya.
Alur cerita ini menggambarkan perilaku dua jenis makhluk yang berbeda alamnya. Makhluk yang satu, Bangau, berbudi baik dan tutus ikhlas, sedangkan makhluk yang lain, Kera, berbuat tidak jujur dan selalu berbuat kecurangan terhadap sahabatnya.
Peristiwa cerita ini dimulai dengan perkenalan dan disambung persahabatan sehingga mereka berdua berhasil untuk mengadakan usaha bersama, cerita ini mencapai pada puncaknya pada saat keduanya berselisih paham. Pola akhir seperti ini dapat digambarkan sebagai berikut.
/ /
/ /
71
Si Kera yang jahat itu sempat menyelamatkan diri di !aut walaupun ia telah terdampar kedinginan di pantai. Sementara itu, ia menggigil karena kedinginan; saat itu pula, ulat bulu datang kepadanya, dan bertanya masalah yang sedang dialami si Kera. Si Kera berbohong, bahkan ia mengancam si Ulat Bulu. Ancaman tersebut ditentang oleh si Ulat Bulu. Namun. si Kera yang jahat itu tetap mengerang dan menyambar si Ulat Bulu. Oleh karena itu, si Ulat Bulu mengarnuk di dalam hidung si Kera; dengan demikian, si Kera yang jahat itu mati karena tersiksa oleh ulahnya sendiri.
Pola alur cerita 101 melukiskan keadaan makhluk (Kera) yang tidak mau bersahabat dengan makhluk lain. Namun, Sang Kera itu tidak mau menerima kenyataan yang dialami. Oleh karena itu, dia sendiri yang menderita.
Peristiwa dimulai pada saat si Kera yang jahat itu berlayar bersama si Bangau. Di tengah lautan, perahu yang ditumpanginya itu tenggelam. Cerita berkembang pada saat si Kera bertemu dengan Ulat Bulu dan meningkatkan pada saat si Ulat Bulu berada di dalam hidung Kera. Bahaya maut pun menimpa Kera. Pola alur kedua ini digambarkan dengan garis menanjak sebagai berikut.
/ /
/ /
71
Cerita ini dapat tergolong ke dalam bentuk "the important of final position".
c. Pelaku
1) Seekor anak Bangau yang lugu dan tulus serta j ujur.
2) Seekor Kera yang bermuka dua. suka memandang enteng terhadap makhluk hidup.
3) lnduk si anak Bangau yang geram terhadap perlakuan si Kera jahat, dan ia berusaha membalas kejahatan Kera dengan mematuk perahu yang di tumpangi mereka hingga perahu bocor di tengah laut.
4) Ulat Bulu yang kecil dan cerdik diperlakukan tidak senonoh oleh si Kera jahat.