• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Sastra Lisan Bahasa Wolio

N/A
N/A
Ichall Paits

Academic year: 2023

Membagikan "Struktur Sastra Lisan Bahasa Wolio"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah

Tujuan Penelitian

Kerangka Teori

Metode dan Teknik

KEDUDUKAN DAN FUNGSI CERITA

Kesempatan Bercerita

Selain itu juga terjadi transformasi tumbuhan menjadi ikan seperti dalam cerita “Tawana Kaluku Mengbali lkane”. Aabakimea o anana La Hoo-hoo sii, "0 ikaneku aramasia ndoke-ndoke kasiimpo ahobutia buluku hingga amapupu.". Perkataan Bangun Merah disampaikan Bangun Hijau kepada ayahnya: “Alangkah baiknya ayah jika ayah menjadi suami ibu Bangun Merah.”

34;Jika kamu La Mbatambata tidak mau memakan ikan kawole ayahmu, aku tidak akan menderita seperti ini. “Oleh karena itu, hari ini adalah hari terakhir pertemuan kita, izinkan aku tinggal di sini selamanya.” Monyet berpikir, “Baiklah, aku ambil tipnya karena pasti akan berbuah dan aku akan memberikan tipnya pada kura-kura.”

Demikianlah asal usul ubi karea-real) merah, kerana muka wanita yang dimarahi suaminya merah. "Jadi. Nasihat saya kepada anak-anak saya. kalau awak menangis, jangan sesekali hempas pantat ke lantai, nanti awak jadi macam perempuan yang diberitahu dia akan bertukar menjadi kentang karea-rea." .. kebanyakan isinya berwarna ungu/putih merah. Apabila monyet itu mendengar kata-kata ulat itu, dia menjadi marah dan berkata dalam hatinya: "Awas, saya akan menyeksa kamu seperti burung bangau."

Tujuan Bercerita

Hubungan Cerita dengan Lingkungannya

Komunitas pendukung sastra lisan Wolio meyakini bahwa cerita-cerita tersebut tidak boleh hanya didengar dan diceritakan secara turun temurun. Namun mereka beranggapan bahwa cerita tersebut terjadi di masa lalu, sehingga cerita tersebut juga dapat mempengaruhi perilaku mereka. Cerita tersebut dibuktikan secara konkrit dengan adanya nama-nama tempat dan gunung atau mengapa sesuatu diberi nama demikian, seperti yang terjadi dalam cerita tersebut.

Dengan demikian, cerita-cerita tersebut dianggap erat kaitannya dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya.

Jenis Cerita

Keyakinan mereka terhadap cerita yang mereka ketahui begitu besar sehingga mereka menaati larangan dan petunjuk yang terkait dengan cerita tersebut, misalnya mengapa tidak boleh menjatuhkan diri ke tanah saat menangis. kenapa kita tidak bisa berjuang, kenapa kita harus tabah menghadapi hidup ini. Perintah dan larangan tersebut erat kaitannya dengan cerita-cerita dalam sastra lisan Wolio, misalnya cerita “Ubi Karea-rea” dan cerita “Lancudu Bale”. Namanya mengingatkan orang akan kebenaran cerita. seperti pada cerita “Kadangiana Gununa Sabampolulu Te Gun una Nepa-nepa” dari cerita “Kaminaana Puuna Konau”.. benda yang berupa batu juga menjadi bukti kebenaran cerita tersebut, misalnya pada cerita “Gununa Sambikamboka” aku Kaedupa".

Berdasarkan peristiwa yang terjadi dan aktor yang berperan dalam cerita tersebut. Sastra lisan Wolio dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

Fungsi Cerita

STRUKTUR SASTRA LISAN WOLIO

Bangun Hija u dan Bangun Merah

Mengapa Air Enau Disukai Orang

Pada waktu itu. Kedua pemuda yang datang untuk melamar itu kebetulan berada di hari yang sama, sehingga mereka semua bertemu di rumah gadis cantik tersebut.Para pemuda tersebut tidak saling mengenal dan saling bertanya mengapa ia datang ke rumah sang putri. Saat itu sang putri sedang kebingungan; Akhirnya. dia menjadi str~~s.. dan lambat laun sang putri berubah menjadi pohon palem. yaitu mulai dari kaki, badan. dan sampai ke kepala. Sebelum seluruh tubuhnya berubah menjadi pohon palem, ia bersumpah siapa pun yang meminum air palem tersebut akan pusing dan juga ketagihan mencari kelapa sawit.Pemuda yang datang melamarnya lambat laun menolak dan di hari terakhir, ketika tubuhnya berubah, berubah menjadi pohon, dan hanya tersisa satu orang yang datang untuk memenuhi janjinya.

Pola alur cerita ini dapat digambarkan sebagai dua garis simetris berbentuk segitiga tak beralas.

Wairiwondu dan Randasitagi

Cerita ini dapat digolongkan dalam konsentrasi pada tipe tokoh tunggal, yaitu konsentrasi pada satu tokoh dan tokoh. c.Pelaku. Akhirnya Randasitagi berhasil mendapatkan seorang putri raja dari seluruh pelosok negeri; ..mereka tinggal di istana yang penuh kebahagiaan. Kisah ini menggambarkan perjuangan seorang putra mahkota yang penuh tantangan dan cobaan, namun semua tantangan tersebut dapat diatasi dengan resiko yang besar.

Dalam cerita ini kita mendapat kesan bahwa segala permasalahan dapat diatasi dengan baik, asal permasalahan tersebut diselesaikan dengan keseriusan yang tuntas serta dibarengi dengan semangat yang membara dan kemauan yang kuat.

Wandiu-Diu

Me ngapa Ke lapa Bermata

Gunung Sambokamboka di Kalidupa

Seorang ibu tinggal bersama kedua putrinya dan pekerjaan sehari-hari sang ibu adalah bertani. Suatu ketika, sebelum ibunya berangkat ke ladang, ia terlebih dahulu meminta anak sulungnya memasak sayur labu. Sang kakak sedih sekali memasak untuk adiknya karena nama adiknya tertukar dengan nama sayur labu.

Batu besar tempat ditelannya anak tersebut masih berada di Gunung Sambokamboka di kawasan Kalidupa.

Kera dan Kura-Kura

Pada satu ketika, penyu dan monyet bersetuju untuk mengambil apa sahaja yang dihanyutkan oleh sungai yang dinaiki air. Monyet yang tidak jujur ​​itu akhirnya menemui kejatuhannya: dia mati kerana tamak, dan penyu itu menipunya. penyu dengan aka! yang licik dan tenang dalam menjalani hukuman, akhirnya paha raja dipotong, dan pada saat itu raja mati.

Kisah ini menggambarkan kura-kura yang masih licik walaupun telah ditipu oleh monyet dan akan dibunuh oleh raja.

Putri Sata rina

Burung bangau terbang, sedangkan kera tersiksa di tengah lautan, namun kera mampu menyelamatkan diri. Monyet jahat itu berhasil menyelamatkan diri di laut meski terdampar kedinginan di pantai. Oleh karena itu, Ulat berbicara ke hidung Monyet; Maka monyet jahat itu mati karena tersiksa oleh perbuatannya.

Cerita berkembang ketika si Monyet bertemu dengan Ulat Berbulu dan menjemputnya saat Ulat Berbulu berada di hidung si Monyet.

Pelanduk dan Harimau

Tuan Tanah ini memiliki tubuh yang kecil, namun ia dapat memanipulasi hewan yang lebih besar yaitu Harimau dan Buaya. Peristiwa klimaks cerita ini terlihat pada alur ceritanya yaitu ketika sang tuan tanah diusir dari sasaran harimau. Beruntung baginya, Buaya juga bisa tertipu dan dijadikan jembatan saat itu; untuk menyeberang, sedangkan Harimau tanpa pikir panjang segera mulai mengejar Tawon.

Oleh itu, Harimau itu pun lemas dan dicampakkan ke dalam sungai dan dimakan oleh Buaya; manakala Pelanduku selamat tiba di seberang sungai.

Kej ad ian Gunung Sabampolulu dan Gunung Ne pa- Nepa

Sebagai tanda ditentangnya wasiat Sangiang Nepanepa, Sangiang Poleang segera mengirimkan bungkusan yang diikat sangat erat dengan penutup rotan, panjangnya hanya satu sentimeter agar air tidak dapat menembusnya. Sanghiang Siontapina meminta Sangiang Nepanepa menundukkan kepalanya jika bola melayang di atas kepalanya. Peristiwa tersebut diawali oleh Sanghiang Nepanepa yang ingin menguasai Pulau Kabaena untuk dimasukkan ke dalam wilayah jajahan Wuna.

Peristiwa tersebut bermula dari tokoh Sanghiang Nepa-nepa yang ingin menguasai Sanghiang Poleang dan mencapai puncaknya ketika terjadi peperangan antara kedua tokoh tersebut.

Kera denga n Ayam

Sedangkan Kepiting berenang dengan gagahnya dan Ayam terbang ke darat, sedangkan Monyet langsung tenggelam karena tidak bisa berenang. Namun pada akhirnya si Monyet menunjukkan sikap tidak ramah karena ingin memakan Ayam tersebut. Sang Ayam mengundang Monyet dengan alasan ia akan pergi ke sebuah taman yang penuh dengan buah-buahan.

Akibatnya, perahu tersebut tenggelam bersama monyet tersebut. sedangkan ayam terbang ke darat dan kepiting dengan gembira berenang di air sungai.

Da un Ke lapa yang Menj adi Ikan

Beberapa permintaan La Sirimbone ia penuhi karena La Sirimbone bekerja keras mencari nafkah. 7) La Sirimbone menemukan hantu di sungai yang mengangkat perangkap ikan La Sirimbone. Kedua makhluk itu bertarung hingga larut malam dan La Sirimbone mengalahkan roh jahat tersebut dengan bersandar pada janggut roh tersebut. Di tempat pengasingan ini, La Sirimbone awalnya sangat gugup karena takut melihat raksasa.

Dalam perkembangan cerita selanjutnya, La Sirimbone menghadapi beberapa permasalahan yang menimbulkan konflik baru.

Batu Poaro

Kisah ini menggambarkan tingkah laku hakim yang menghukum seseorang yang kesalahannya tidak jelas. Sehubungan dengan itu, Almarhum Raja Maruhum Buton memberikan hukuman penyucian diri kepada Syeikh Abdul Wahid dengan menenggelamkannya di laut dengan muatan batu. Hukuman yang diberikan kepada Syeikh Abdul Wahid adalah akibat dari perbuatan Ratu Buton.

Walaupun jawapan dan pembelaan diri Syeikh Abdul Wahid dibantu oleh permaisuri raja, nampaknya bantuan pertahanan itu tidak lagi dapat dipertimbangkan oleh Raja. Akhirnya terzahirlah kebenaran pembelaan diri Seikh Abdul Wahid dalam bentuk terapung kembali ke permukaan air; sementara itu, batu bata pengecas kekal di bawah !aut. Peristiwa itu bermula apabila Syeikh Abdul Wahid datang ke bumi Buton di bawah pimpinan Raja Maruhum.

Peristiwa mula berkembang apabila permaisuri ingin melihat ketampanan Sheikh Abdul Wahid sehingga timbul konflik baru iaitu permaisuri menjatuhkan selendangnya di bilik Sheikh Abdul Wahid. Masalah utama yang ingin diketengahkan dalam cerita ini terletak pada bahagian akhir cerita iaitu hukuman terhadap orang yang dianggap melakukan kesalahan.

Kera dan Burun g Raj awali

Di satu sisi, Landoke-ndoke si monyet alis, cerdas, rajin, sabar dan gigih dalam pekerjaan menangkap ikan di laut; dan dia selalu berhasil menangkap ikan. Di samping itu. Elang merupakan makhluk yang tercela karena sering mencuri ikan kering pemberian Landoke-ndoke. Selain sifatnya yang tidak terpuji, ia juga bodoh, alhasil ia selalu tertipu hingga tersangkut di dahan pohon hingga tewas.

Wa Ngkause-Use dan Wa Sambangi

Roonamo bari-baria sumai of pewauana Wakinamboro rakisasa bawine minaaka en bula." Same as audaniakea of ​​​Randasitagi is Wairiwondo-achtige manga.

Wa Gulu panda

Bungaeja

Kisah ini mengungkap gambaran pertemuan jodoh seorang pemuda tampan bernama Jibirilu yang tinggal di sebuah negeri bersama seorang gadis bernama Bungaeja, putri seorang pemimpin kerajaan di luar negeri. Awal cerita ini adalah pemuda tampan Jibirilu tertidur... selama tujuh hari tujuh malam. Dalam tidurnya, Jibirilu bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik bernama Bungaeja.

Ketika Jibirilu terbangun dari tidurnya, ia segera meminta kepada orang tuanya untuk membuatkan sebuah perahu untuk berlayar menjemput gadis cantik itu. Kejadian tersebut bermula saat Jibirilu sedang bermimpi dalam tidurnya; Saat itulah Jibirilu bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik rupanya. Permasalahan utama yang ingin kami soroti dalam cerita ini tersembunyi di bagian akhir cerita, yakni bertemunya semangat yang sama antara sepasang pemuda dari dua negara berbeda.

Seorang lelaki mengeluarkan Puteri Ganta dari perut ikan; kemudian diserahkan kepada seorang nenek tua yang kehidupan sehariannya seperti sejambak bunga. Puteri Ganta kembali bergembira di istana di Lakina Jawa, dan Pangeran Garangan dinobatkan sebagai raja muda dan hidup damai bersama rakyatnya. Dia mendapat hadiah pilihan gurunya, yang diterima oleh Puteri Ganta itu sangat baik dan memberikan nilai yang tersendiri iaitu nilai istimewa yang berupa jodoh antara Puteri Ganda dengan putera Raja Jawa.

Kisah ini mengungkap sikap keilmuan seorang gadis yang sangat menonjol dibandingkan teman-teman sekelasnya yang sedang mengaji. Masalah utama yang menonjol dalam cerita ini terpecahkan di akhir cerita, yaitu rasa tanggung jawab yang membawa kebahagiaan.

La Laengu

Ande umaeka manusia daampo kupakia." Iti umuna a gundaway a napapatay ni Ndoke-ndoke, saan pay a Ndoke-ndoke ni Hoo-hoo.

SIMPUI...AN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tradisi sastra Melayu lama, prosa adalah seluruh hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang, baik yang berbentuk cerita ataupun bukan cerita, dengan bahasa Melayu

Ieu tésis mangrupa hasil panalungtikan ngeunaan Sastra Lisan Anu Aya di Sapanjang Sisi Walungan Citanduy Kabupatén Ciamis ditingali tina Ulikan Struktur jeung Ajén

Karya sastra di Indonesia menurut zaman pembuatannya dibagi menjadi dua, yaitu: a) karya sastra lama Indonesia, dan b) karya sastra baru Indonesia. Masing-masing karya

Atas dasar uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk (1) memahami struktur naratif sastra lisan tanduk dalam masyarakat Genaharjo di Tuban,

Tulisan kelima membahas tentang karya sastra yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat tutur bahasa Bali yang terdapat di Bali dan enklave-enklave Bali di Pulau Lombok..

” Sinandong sebagai salah satu produk sastra lisan yang merupakan bagian dari tradisi lisan orang Melayu, hidup di dalam masyarakat Melayu di Tanjungbalai.. Sinandong ini

Bahasa Wolio sebagai bahasa dearah yang memiliki fungsi sama dengan bahasa lain pada umumnya yaitu sebagai alat komunikasi khususnya interkasi dalam lingkungan keluarga harus

Modul ini membahas tentang materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra