BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.6 Analisis Statistik Deskriptif
4.6.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
konservasi 1. Pada tingkat pendapatan > Rp 4.000.000 sebanyak 17 orang memilih konservasi 3 sisanya sebanyal 2 orang memilih konservasi 2, dan 1 orang memilih konservasi 1.
= 5% maka item pertanyaan tersebut valid dan sebaliknya. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel Tingkat Pengetahuan dengan 7 item pertanyaan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
Variabel Item pertanyaan
Nilai Corrected item Total Correlation/ r
hitung
Sig. Hasil
Tingkat Pendapatan
1 0.295 0.003 VALID
Tingkat pendidikan
1 0.265 0.008 VALID
Usia 1 0.245 0,014 VALID
Frekuensi Kunjungan
1 0.272 0.006 VALID
Tingkat Pengetahuan
1 0.510 0.000 VALID
2 0.629 0.000 VALID
3 0.602 0.000 VALID
4 0.537 0.000 VALID
5 0.542 0.000 VALID
6 0.533 0.000 VALID
7 0.517 0.000 VALID
Sumber: Data Primer diolah, 2019.
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel metode pelatihan memiliki status valid. Karena nilai rhitung (corrected Item-Total Correlation) > r tabel sebesar 0.1654.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap pertanyaa n selalu konsisten. Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat konsistensi jawaban item-item pertanyaan yang diberikan oleh responden.
Adapun alat analisisnya menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasi total skor ganjil dan genap, selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunalan rumus Alpha Cronbach. Adapun reliabilitas untuk variabel tingkat pengetahuan sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
No Variabel r alpha R kritis Kriteria
1 Tingkat Pendapatan 0.718 0,6000 RELIABEL
2 Tingkat Pendidikan 0.668 0,6000 RELIABEL
3 Usia 0.706 0,6000 RELIABEL
4 Frekuensi Kunjungan 0.634 0,6000 RELIABEL
5 Tingkat Pengetahuan 0.615 0,6000 RELIABEL
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.10 Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien reliabilitas
instrumenpenelitian ternyata memiliki nilai “Alpha Cronbach” lebih besar dari 0.6000, yang berarti variabel penelitian dinyatakan reliabel datau memenuhi syarat.
4.5.1. Hasil Uji Hipotesis
Menurut Ghozali (2006) regresi logistik hampir serupa dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel variabel bebasnya. Namun demikian asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel independen merupakan campuran antara variabel metrik dan non metrik. Untuk itu tidak diperlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Jadi regresi logistik umum digunakan jika asumsi multivariate normal distribution tidak terpenuhi.
a) Uji Keseluruhan Model
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji dan 1 , L ditransformasikan menjadi -2LogL. Test ini dapat juga digunakan untuk menentukan jika variabel bebas ditambahkan ke dalam model apakah secara signifikan memperbaiki model fit. Peniliaian keseleluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block 0: Beginning Block) dimana model hanya memasukan konstanta, dengan -2LL pada akhir (Block 1; Method = Enter) dimana model konstanta dan bebas.
Tabel 4.11 Overall Fit Model Iteration -2 Log
likeliho od Step
0
1 86.083
2 84.556
3 84.542
4 84.542
Step 1
1 56.603
2 42.444
3 38.096
4 37.096
5 37.001
6 37.000
7 37.000
8 37.000
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Pada penelitian ini nilai -2LL awal adalah sebesar 84,542. Setelah dimasukan lima variabel independen, maka nilai -2LL mengalami penurunan menjadi sebesar 37,000. Penurunan nilai -2LL ini menunjukan model regresi yang baik, dimana variabel bebas yang ditambahkan ke dalam model secara signifikan memperbaiki model fit. Dengan kata lain diterima, model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b) Uji Goodness of Fit
Digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai hosmer and lemeshows goodness of fit test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesisi nol di tolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan observasinya. Jika nilai hosmer and lemeshow goodness of fit test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dengan kata lain model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Dapat dilihat nilai signifikan uji hosmer dan and lemeshow pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12
Uji Hosmer dan Lemeshow
Step Chi-square df Sig.
1 8.338 8 .401
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Tabel Hosmer and Lemeshow test di atas juga dapat menguji kelayakan model serentak, hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Model Sesuai (tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil
pengamatan dengan prediksi model
1 Model tidak sesuai (ada perbedaan yang signifikan antara hasil
pengamatan dengan prediksi model) Tolak jika nilai sig. < 0,05
Nilai Chi-square mendekati 8,338 dengan nilai signifikan sebesar 0,401 maka terima , sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan pada regresi logistik biner, yaitu kesediaan membayar konservasi dan pelestarian sumber daya air objek wisata alam Umbul Ponggok diperngaruhi oleh berbagai faktor variabel independen. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengamatan dengan prediksi model karena terlihat dari tabel bahwa nilai sig = 0,401 yang berarti lebih besar dari 0,05 (terima ).
Dengan tingkat keyakinan 95% dapat diyakini bahwa model regresi logistik yang digunakan telah cukup mampu untuk menjelaskan data/sesuai.
c) Uji Simultan
Pengujian simultan pada model regresi logistik ditunjukan dengan nilai Omnibus Test of Model Coefficients, dengan hipotesis sebagai berikut :
: α >0,05 Variabel Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Usia, Frekuensi Kunjungan, Tingkat Pengetahuan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kesediaan membayar Konservasi dan Pelestarian Sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok.
1 : α<0,05 Variabel Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Usia, Frekuensi Kunjungan, Tingkat Pengetahuan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesediaan membayar
Konservasi dan Pelestarian Sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok.
Tabel 4.13
Uji Omnibus Koefisien model Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 47.542 5 .000
Block 47.542 5 .000
Model 47.542 5 .000
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh nilai signifikansi model sebesar 0.000 karena nilai ini lebih kecil dari 5% maka tolak sehingga disumpulkan bahwa variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, usia, frekuensi kunjungan, tingkat pengetahuan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesediaan membayar Konservasi dan Pelestarian Sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok.
d) Uji Koefisien Determinasi
Besarnya nilai koefisien derterminan pada model regresi logistik ditunjukan dengan nilai Nagelkerke R Square.
Tabel 4.14 Pseudo R Square Step -2 Log
likelihood
Cox &
Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 37.000a .378 .663
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Di atas pada tabel Model Summary: Untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, digunakan nilai Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai-nilai tersebut disebut juga dengan Pseudo R-Square atau jika pada regresi linear (OLS) lebih dikenal dengan istilah R-Square.
Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,663 dan Cox & Snell R Square 0.378, yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 0,663 atau 66,3% dan terdapat 100% – 66,3%
= 33,7% faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel dependen.
e) Uji Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi menunjukan kekuatan dari model regresi untuk memprediksi probabilitas kesediaan membayar konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok oleh responden. Kekuatan prediksi tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase. Hasil pengujian pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.15 Tabel Klasifikasi
Observed Predicted
Kesediaan Membayar Percentage Correct Tidak
Bersedia
Bersedia Step
1
Kesediaan Membayar
Tidak Bersedia 11 4 73.3
Bersedia 2 83 97.6
Overall Percentage 94.0
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Dari Tabel 4.15 diketahui kekuatan model regresi untuk memprediksi probabilitas Kesediaan membayar konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok pada penelitian ini sebesar 97,6 persen. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model regresi, diprediksi sebanyak 83 pengunjung akan bersedia membayar dari total 85 pengunjung yang bersedia membayar. Sedangkan kekuatan model regresi untuk memprediksi ketidak sediaan membayar adalah sebesar 73,3 persen, yaitu sebanyak 11 pengunjung tidak bersedia membayar dari total 15 pengunjung yang tidak bersedia membayar.
f) Uji Multikolinieritas
Pada regresi logistik pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi antar variabel independen untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah regresi
dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel independennya.
Hasil pengujian di tampilkan pada Tabel 4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16 Matriks Korelasi konstanta Tingkat
Pedapatan
Tingkat Pendidikan
Usia Frekuensi Kunjungan
Tingkat Pengetahuan
konstanta 1.000 -.512 -.494 -.421 -.515 -.711
Tingkat Pendapatan
-.512 1.000 .224 -.108 .075 .111
Tingkat Pendidikan
-.494 .224 1.000 -.206 .049 .183
Usia -.421 -.108 -.206 1.000 .255 .306
Frekuensi Kunjungan
-.515 .075 .049 .255 1.000 .226
Tingkat Pengetahuan
-.711 .111 .183 .306 .226 1.000
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Dari Tabel 4.16 hasil pengujian multikolinieritas penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada nilai koefisien korelasi antara variabel independen yang lebih besar dari angka 0,8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas yang kuat antara variabel independen tersebut.
g) Uji Wald
Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat nilai estimasi parameter (B) dalam variabel in the question. Pada penelitian ini model regresi
yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam variabel in the question adalah sebagai berikut:
1 (
) 1 2 3 4 5
Tabel 4.17
Variabel in the Equation
Variabel Koefisien Sig. Odds
Ratio
Keterangan α = 0,05 Tingkat Pendapatan 1,053 0,129 2,87 Tidak Berpengaruh Tingkat Pendidikan 0,446 0,474 1,56 Tidak Berpengaruh
Usia 1,429 0,045 4,17 Berpengaruh
Frekuensi Kunjungan 0,301 0,538 1,35 Tidak Berpengaruh Tingkat Pengetahuan 2,313 0,000 10,10 Berpengaruh
Constant -11,205 0,001 0.000
Sumber: Data Primer diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.17 hasil pengujian hipotesisi pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil uji signifikansi parsial diatas menunjukan bahwa dari kelima variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini, ada dua variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar responden terhadap upaya konservasi dan pelestarian sumber air yaitu variabel usia dan variabel tingkat pengetahuan. Nilai signifikansi variabel usia sebesar 0,045. Tingkat signifikansi sebesar 0,045
adalah lebih kecil dari α (0,05). Karena nilai 0,045 < α (0,05) maka ditolak dan 3 diterima. Pada variabel tingkat pengetahuan nilai signifikansi variabel tersebut sebesar 0,000. Tingkat signifikansi sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari α (0,05). Karena nilai 0,000 < α (0,05), maka ditolak dan 5 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap kesediaan membayar konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok.
Pada penelitian ini variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan variabel frekuensi kunjungan tidak berpengaruh karena nilai signifikansi masing- masing variabel > α (0,05) sehingga menerima dan menolak yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan frekuensi kunjungan terhadap kesediaan membayar pengunjung terhadap upaya konservasi dan pelestarian sumber daya air Objek Wisata Umbul Ponggok.
Nilai koefisien masing-masing variabel bertanda positif hal ini menunjukan bahwa arah pengaruh variabel independen terhadap kesediaan membayar adalah positif. Dengan kata lain semakin tinggi nilai koefisien variabel independen maka peluang bersedia membayar responden terhadap upaya konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Umbul Ponggok semakin besar.
4.5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap kesediaan membayar
Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai odds ratio sebesar 2,87. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 2,87 kali, cateris paribus.
Hasil yang didapat dari pengujian variabel independen pendapatan terhadap kesediaan membayar diperoleh nilai signifikansi 0.129 > 0,05 (α = 5%). Hal ini menyimpulkan bahwa menerima dan ditolak. Model tersebut menunjukan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar dan nilai signifikan > 0,05 (α = 5%) berarti variabel independen tingkat pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan membayar.
Penelitian ini memperkuat hasil dari penelitian yang dilakukan Hasiani (2013) yang menemukan bukti empiris bahwa tingkat pendapatan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap kesediaan membayar. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa & Harini (2017) yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar.
Faktor lapangan yang terjadi pada penelitian ini adalah mayoritas jenis pekerjaan dari 100 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah pelajar/mahasiswa yang belum memiliki pendapatan sendiri, serta jenis pekerjaan wiraswasta dimana UMR daerah sekitar penelitian tegolong tidak tinggi dibandingkan dengan kota-kota besar seperti Kota Semarang, Kota Bandung dan lainnya. Alasan lainnya, bahwa preferensi kunjungan wisatawan berbeda-beda, preferensi wisatawan yang memiliki tingkat pendapatan rendah akan memilih jenis wisata yang murah dan jarak yang tidak terlalu jauh. Hal ini didukung dengan tingkat pendapatan responden pada penelitian ini mayoritas berada pada tingkat pendapatan Rp 2.000.000 – Rp 2.999.999. sebenarnya pada tingkat pendapatan 1 hingga 4 terhadap kemauan membayar selalu tinggi, namun peningkatan harga tiket yang di tambahkan dengan biaya konservasi yang dipilih menurunkan minat untuk membayar, hal tersebut terjadi karena responden beranggapan bahwa umbul ponggok merupakan objek wisata dengan biaya terjangkau selain itu metode pembayaran tiket dan penyewaan alat-alat snorkling yang tidak menjadi satu membuat responden berpendapat bahwa biaya wisata yang dihabiskan lumayan tinggi.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kesediaan Membayar
Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai odds ratio sebesar 1,56. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 1,56 kali, cateris paribus..Hasil yang didapat dari pengujian variabel independen tingkat
pendidikan terhadap kesediaan membayar diperoleh nilai signifikan 0.474 > 0,05 (α = 5%). Hal ini menyimpulkan bahwa menerima dan ditolak. Model tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar dan nilai signifikan > 0,05 (α = 5%) berarti variabel tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan membayar.
Penelitian ini memperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan Annisa &
Harini (2017) yang menemukan bukti empiris bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap kesediaan membayar. Selain itu penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016) yang menemukan bukti empiris bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan tidak signifkan secara parsial terhadap kesediaan membayar. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kesediaan membayar.
Fakta lapangan yang terjadi pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan responden beragam, responden di dominasi pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 56%. Hal ini terjadi waktu penelitian dilakukan pada masa libur sekolah dan pada tingkat pendidikan tersebut antusiasme untuk ikut berpartisipasi sangat tinggi. Pada dasarnya responden dengan tingkat pendidikan yang semakin
tinggi semakin sadar akan pentingnya upaya konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Umbul Ponggok. Namun, hal tersebut tertutup dengan masih baiknya kondisi Umbul Ponggok tanpa mempertimbangkan daerah lereng Gunung Merapi sebagai penyedia air. Sehingga mereka menilai tanpa harus adanya konservasi dan pelestarian sumber air, objek wisata alam umbul ponggok akan tetap terjamin untuk kedepannya.
3. Pengaruh Usia Terhadap Kesediaan Membayar
Variabel usia memiliki nilai odds ratio sebesar 4,17. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi usia responden maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 4,17 kali, cateris paribus. Hasil yang didapat dari pengujian variabel independen Usia terhadap kesediaan membayar diperoleh nilai signifikan 0.045 > 0,05 (α = 5%). Hal ini menyimpulkan bahwa menolak dan diterima. Model tersebut menunjukan bahwa usia berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar dan nilai signifikan < 0,05 (α = 5%) berarti variabel usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan membayar.
Penelitian ini memperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan Annisa &
Harini (2017) yang menemukan bukti empiris bahwa variabel usia memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kesediaan membayar.
Selain itu penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamri Dkk. (2017) yang menemukan bukti empiris bahwa variabel usia memiliki pengaruh negatif dan signifkan secara parsial terhadap kesediaan membayar.
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2009) menyatakan bahwa variabel usia memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap kesediaan membayar.
Sesuai teori yang dikemukakan Yulianti (2010) bahwa usia berpengaruh terhadap keaktifan seseorang untuk berpartisipasi, yaitu golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dalam menentukan keputusan. Menurut Nursalam (2013) bahwa semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir sehingga mempengaruhi dalam mengambil keputusan dimana semakin matang usia seseorang maka dorongan untuk bersedia membayar semakin tinggi.
Fakta Lapangan yang terjadi pada penelitian ini adalah tingkat usia mayoritas adalah pada 20 – 30 tahun, hal ini didukung oleh pendidikan terahir oleh responden dan jenis pekerjaan yang mayoritas masih pelajar/mahasiswa.
Variabel usia berpengaruh positif dan secara parsial signifikan terhadap kesediaan membayar, hal ini terjadi karena responden dengan tingkat usia semakin tinggi maka akan semakin sadar mengenai pentingnya pelestarian dan konservasi, mereka beranggapan bahwa wisata alam harus tetap terjaga alaminya dan mereka berharap agar objek wisata alam seperti Umbul Ponggok masih bisa dinikmati untuk masa mendatang.
4. Pengaruh Frekuensi Kunjungan Terhadap Kesediaan Membayar
Variabel frekuensi kunjungan memiliki nilai odds ratio sebesar 1,35. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi frekuensi kunjungan responden maka peluang
responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 1,35 kali, cateris paribus.
Hasil yang didapat dari pengujian variabel independen tingkat pendidikan terhadap kesediaan membayar diperoleh nilai signifikan 0.301 > 0,05 (α = 5%).
Hal ini menyimpulkan bahwa menerima dan ditolak. Model tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar dan nilai signifikan > 0,05 (α = 5%) berarti variabel tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan membayar.
Fakta lapangan yang tejadi pada penelitian ini pada dasarnya frekuensi kunjungan terhadap kesediaan membayar biaya konservasi dan pelestarian bernilai positif yaitu semakin banyak responden berkunjung akan semakin mempengaruhi kesediaan membayar karena tingkat kesadaran responden akan meningkat. Namun, secara parsial tidak berpengaruhnya signifikan frekuensi kunjungan terhadap kesediaan membayar disebabkan karena responden menilai biaya konservasi yang tambahkan pada harga tiket masuk akan mengurangi minat untuk berkunjung karena harga tiket yang meningkat. Responden akan memilih alternatif wisata lain yang sejenis.
5. Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap kesediaan membayar
Variabel tingkat pengetahuan memiliki nilai odds ratio sebesar 10,10. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 10,10 kali, cateris
paribus. Hasil yang didapat dari pengujian variabel independen tingkat pengetahuan terhadap kesediaan membayar diperoleh nilai signifikan 0.000 <
0,05 (α = 5%). Hal ini menyimpulkan bahwa menolak dan diterima.
Model tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar dan nilai signifikan < 0,05 (α = 5%) berarti variabel tingkat pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan membayar.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Soekanto (2007),dengan pikiran manusia mendapatkan ilmu (pengetahuan), dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya, dan dengan perasaan manusia dalam mencapai kesenangan. Dapat disimpulkan dari kemampuan untuk berfikir, berkehendak, dan merasa seseorang akan meningkatkan rasa kesadaran terhadap kondisi lingkungan. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan yang dimiliki pengunjung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung.
Fakta Lapangan yang terjadi pada penelitian ini adalah, tingkat pengetahuan responden dikategorikan dalam 4 kategori yaitu sangat tahu, tahu, kurang tahu, dan tidak tahu. Tingkat pengetahuan responden dikategorikan berdasarkan nilai dari 7 pertanyaan pendukung tingkat pengetahuan. Pada dasarnya responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, tingkat pengetahuan yang semakin tinggi tidak hanya berpengaruh terhadap kesediaan
membayar saja, namun juga tawaran konservasi yang dipilih juga semakin tinggi.
Rata-rata responden menjawab tahu mengenai kondisi ekosistem hutan dilereng Gunung Merapi yang mempengaruhi kesediaan air bagi Objek Wisata Alam Umbul Ponggok.
137 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
1. Responden pada penelitian ini sebanyak 52% berjenis kelamin perempuan dan 48% berjenis laki-laki. Sebagian besar responden berada pada tingkat usia antara 20-29 tahun sebanyak 59% dan sisanya berada pada tingkatan usia <20 tahun berjumlah 19%, tingkat usia 30-40 tahun berjumlah 15%
dan sisanya pada tingkat usia >40 tahun berjumlah 12%. sebanyak 56%
responden memiliki status belum menikah dan sisanya sebanyak 44%
berstatus sudah menikah. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sebagian besar berada pada tingkat SMA berjumlah 55% pada tingkat pendidikan SD-SMP dan Akademisi/Diploma masing-masing 5% dan pada tingkat pendidikan tertinggi strata sebanyak 35%. Status pekerjaan responden dalam kategori tidak bekerja sebanyak 30% berstatus pelajar/mahasiswa, dan ibu rumah tangga sebanyak 3% tanpa ada responden yang berstatus belum bekerja dan pensiunan, sedangkan untuk kategori bekerja didominasi pekerja wiraswasta sebanyak 29%, kemudian diikuti status pekerjaan PNS sebanyak 24%, sebanyak 10% responden berstatus bekerja sebagai TNI/Polri dan wirausaha tanpa ada pekerja berstatus sebagai petani, peternak, nelayan dan pekerja kasar. Sebanyak 34% responden memiliki tingkat pendapatan Rp 2.000.000- Rp 2.999.999,
pada tingkat pendapatan < Rp 2.000.000 berjumlah 14%, pada tingkat pendapatan Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 sebanyak 31%, dan sisanya pada tingkat pendapatan > Rp 4.000.000 sebanyak 21%.
2. Penelitian ini menghasilkan 3 (tiga) skenario konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok. pada Skenario 1 bernilai Rp 5.000/pengunjung menghasilkan penanaman 10.000 pohon rimba campuran dengan masa pemeliharaan 5 tahun. Skenario 2 bernilai Rp 8.000/pengunjung dengan program skenario 1 + pembibitan 5000 pohon rimba campuran pemeliharaan 5 tahun, skenario 3 bernilai Rp 10.000/pengunjung yang menghasilkan skenario 1 + skenario 2 dan pengembangan agroforestry penanaman pohon 2000 pohon kopi arabika pemeliharaan 5 tahun.
3. Sebesar 85% (85 orang) responden menjawab bersedia membayar, sedangkan sebesar 15% (15 orang) menjawab tidak bersedia membayar dalam upaya konservasi dan pelestarian sumber air Objek Wisata Alam Umbul Ponggok. Nilai Rata-rata WTP responden pengunjung Objek Wisata Alam Umbul Ponggok adalah Rp 4.358,32 yang kemudian di bulatkan menjadi Rp 5.000,- sedangkan nilai total WTP (TWTP) pengunjung adalah sebesar Rp 1.647.325.000,- /tahun.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden pengunjung Objek Wisata Alam Umbul Ponggok secara signifikan adalah variabel umur dan tingkat pengetahuan pengunjung. Sedangkan variabel