BAB III METODE PENELITIAN
G. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini yang dilakukan sebagai berkut:
1. Tahap pra penelitian lapangan
Adalah permulaan tahap yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Diawali dengan pengajuan judul penelitian, latar belakang, dan fokus penelitian, serta mengamati langsung lokasi yang akan menjadi objek penelitian. Kemudian menyusun proposal untuk dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Adalah tahap kedua setelah tahap awal yang dilakukan oleh peneliti. pada tahap ini peneliti mulai turun kelapangan secara langsung untuk memperoleh data-data yang akan dicantumkan dalam laporan hasil penelitian dengan teknik, observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Tahap analisis data
Adalah tahap pamungkas atau akhir dari sebuah penelitian, pada tahap ini peneliti mengolah data yang telah terakumulasi dari berbagai sumber penelitian. Kemudian membuat konklusi sebagai hasil yang akan disusun dalam laporan hasil penelitian.
39 BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian
Peneliti memilih Pondok Pesantren Al-Bidayah menjadi objek penelitian.
lokasi ini terletak di Jl. Moh Yamin No. 3b Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, supaya memahami keadaan lokasi penelitian dan gambaran secara holistik tentang objek penelitian, maka dapat dipaparkan gambaran objek penelitian secara sistematis secara sistematis sebagai berikut.
1. Profil Pondok Pesantren Al-Bidayah
Pondok pesantren Al-Bidayah merupakan salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Kabupaten Jember, lebih tepatnya di Jl. Moh Yamin No. 3b Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember. Pondok Pesantren Al-Bidayah memiliki daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan pondok pesantren lainnya di Kabupaten Jember, disebabkan pondok pesantren ini terkenal memiliki banyak apresiasi terutama dalam hal membaca kitab kuning yaitu ilmu nahwu dan sharf.
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Bidayah
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Bidayah merupakan hasil kegelisahan sebagian kecil Mahasiswa UIJ dan STAIN Jember yang merasa kering akan intelektual keagamaan khususnya dalam pemahaman kitab kuning, karena yang terjadi di UIJ dan STAIN Jember materi perkuliahan serta pergaulan intelektual yang ada tidak banyak menyentuh terhadap pemahaman serta cara baca kitab kuning yang mana aksesnya
40
terhadap out put yang dihasilkan, karena harus disadari, pemahaman dan pembacaan terhadap kitab kuning menjadi hal yang penting bagi mahasiswa dalam meneruskan jenjang, eksplorasi kandungan kitab serta pengabdian terhadap masyarakat dalam hal masalah keagamaan.43
Untuk mewujudkan harapan para mahasiswa tersebut, Dr. H. Abdul Haris, M.Ag, yang kerap disapa dengan Ustadz Abdul Haris merupakan sosok yang mereka pilih sebagai pembimbing untuk mengarahkan dan sekaligus sebagai pembina mereka dalam mengkaji kitab kuning, terutama akan gramatikal pembacaannya.
Alasan mereka cukup beralasan menunjuk beliau sebagai pembimbing dan pembina, karena Ustadz Abdul Haris merupakan sosok orang yang memiliki latar belakang pesantren yang kuat, yang mana beliau memang ahli dalam bidang ilmu alat (Ilmu Nahwu dan Sharf) dan Ilmu Fiqh.
Bidang keahlian yang dimiliki oleh Ustadz Abdul Haris itu diketahui oleh para mahasiswa berdasarkan forum perkuliahan yang diisi oleh beliau di UIN Kiai Achmad Shiddiq Jember, yang mana beliau merupakan salah satu dosen yang mengajar mata kuliah Qowaid pada jurusan Bahasa Arab yang metodologi pengajaran Qowaidnya bersifat rasional, sistematik, dan telah berhasil mensistematiskan metodologi pengajaran Qowaid yang disebut dengan pengajaran nahwu aplikatif. Mereka juga mengetahui figure Ustadz Abdul Haris ini dalam setiap forum Bathsul Masail, dialog Agama di Radio RRI serta menjadi Ketua Umum Fatwa MUI Jember.
43 Abdul Haris, wawancara, Jember, 5 Agustus 2022
Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi alasan mereka untuk mengkaji kitab terutama dalam hal gramatikal Bahasa Arab. Kitab yang pertama kali dikaji adalah kitab Ushul Fiqh karya dari Syekh Abdul Wahhab Khollaf yang awal pengajiannya bertempat di serambi dalem (rumah) nya beliau yaitu di Jl. Moh. Yamin no. 3b Desa Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
Dalam proses selanjutnya jumlah santri yang mengaji di tempat beliau mulai bertambah, dan ngajinya pun juga ditambah mulai ba’da Shubuh dan ba’da Ashar, tetapi kondisi santri pada saat itu masih sebagai santri kalong (Bahasa Jawa yang berarti: berangkat dari rumah dan setelah ngaji langsung pulang rumah). Ternyata kendala kalong itu menyebabkan santri- santri kurang istiqomah dalam belajar dan sebelum bisa menguasai target yang ditetapkan yaitu membaca dan mengartikan kitab kuning, sudah banyak santri yang berhenti mengaji.
Pada situasi diamana santri yang ngalong tinggal sedikit, yaitu sekitar 3-4 santri, maka ada seorang santri yang berasal dari Jambi dan juga berstatus sebagai mahasiswa STAIN Jember berniat untuk menetap dan mendirikan gota’an (tempat tinggal santri yang) di belakang dalem (rumah) Ustadz Abdul Haris, santri tersebut bernama Muhammad Iqbal.44
Setelah menetapnya Muhammad Iqbal itu, proses penambahan gota’an sudah mulai bertambah dengan I’tiqod yang kuat dari para Santri yang lain yang memang merasa butuh terhadap pengetahuan keagamaan, kemudian
44 Abdul Haris, wawancara, Jember, 5 Agustus
42
I’tiqod tersebut ditindak lanjuti dengan pembuatan Musholla. Dari banyaknya santri yang berminat dan menetap untuk menuntut ilmu agama tersebut, kemudian Ustad Abdul Haris berniat untuk memformulakan eksistensi lembaga pengajiannya tersebut menjadi sebuah lembaga kajian pembelajaran kitab kuning.
Maka disusunlah perangkat lunak mulai dari penentuan lembaga atau Pondok Pesantren, Nama, Lambang serta infrastruktur lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, dari pertimbangan yang matang maka dipilihlah lembaga Pondok Pesantren yang bernama Al-Bidayah.
Proses selanjutnya, sebagaimana sebagai seorang pengasuh seperti di Pondok Pesantren lainnya, beliau memiliki fungsi sebagai administrator, artinya beliau malakukan hal seperti: perencanaan, perorganisasian, mengkomunikasikan, supervise, evaluasi dan memberikan sistematika kerja dalam mengelola pendidikan untuk memajukan lembaganya serta terlaksananya pendidikan yang dimiliki secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mensukseskan pembelajaran kitab kuning.45
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Bidayah a. Visi
1) Menjadikan santri berkualitas dari sisi moralitas dan berkualitas dari sisi intelektualitas.
45Abdul Haris, wawancara, Jember, 5 Agustus
b. Misi
1) Membekali santri dengan ilmu-ilmu agama (Ilmu Fiqih, Ilmu Alat, Ilmu Akidah, dan Ilmu Akhlak
2) Memebekali santri dengan cara mempersiapkan diri untuk hidup ditengah-tengah masyarakat dan menjadi seseorang yang berguna.
4. Letak geografis Pondok Pesantren Al-Bidayah
Lokasi penelitian yang menjadi objek penelitian oleh peneliti adalah lembaga Pondok pesantren Al-Bidayah berlokasi di daerah yang dekat dengan kota Jember dan dikelilingi beberapa lembaga pendidikan seperti, Pondok Pesantren Darus Sholah, SMPN 5 Jember, dan MTsN 1 Jember.
Lokasi Pondok Pesantren Al-Bidayah di Jl. Moh. Yamin no. 3b desa Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Pondok pesantren ini berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 3.600 m².
Lebih jelasnya, berikut merupakan rincian batas-batas Pondok Pesantren Al-Bidayah dengan sekitarnya.46
a. Batas bagian utara berbatasan dengan rumah penduduk
b. Batas bagian selatan berbatasan dengan lahan kosong dan Pondok Pesantren Darus Sholah
c. Batas bagian barat berbatasan dengan jalan raya, persawahan & rumah penduduk
d. Batas bagian timur berbatasan dengan pemukiman penduduk
46 Observasi, 6 Agustus 2022
44
Karena letak geografis Pondok Pesantren Al-Bidayah, maka pondok pesantren ini memiliki keuntungan yang mungkin sulit untuk untuk didapatkan oleh pondok pesantren lainnya. Keberadaan pondok pesantren ini selain mudah untuk dijangkau, juga mudah diketahui masyarakat luas.
Gambar
Denah Lokasi Pondok Pesantren Al-Bidayah
5. Data Pendidik Pondok Pesantren Al-Bidayah Tabel 4.1
Daftar Pendidik Pondok Pesantren Al-Bidayah
No Nama Mapel
1 Dr. KH. Abdul Haris, M.Ag Nahwo Shorrof
2 Ahmad Suyono Tilawah
3 Ari Dwi Widodo, M.Pd Fiqih
4 Bahiruddin Fiqih
5 Dairobi Najih Tafsir
6 Faiz Fiqih
7 Farrij Jauhari Fiqih
8 Fuad Fiqih
9 M. Huzair Damairi Aswaja
10 Sholihin Fiqih
11 Yusuf Nur Fiqih
6. Data Santri Pondok Pesantren Al-Bidayah
Santri yang menetap di pondok pesantren al-Bidayah hanya terkhusus pada santri putra. Santri tersebut terakumulasi dari berbagai jenjang pendidikan formal, diantaranya SD, SMP/MTs, SMA/MA dan Mahasiswa.
Dimana dari keseluruhan santri mayoritas adalah santri siswa. Jumlah keseluruhan santri sebanyak 316 santri. Serta ditambah dengan santri baru sebanyak 36 santri, sehingga total jumlah santri 352 santri.
Tabel 4.2 Daftar Santri
No Nama NIS
1 M. Abbas 20210141
2 Ahmad Melvin Nur Hidayat 20210063
3 Ahmad Catur Yulianto 20210056
4 Ibrahim Ulin Nuha 20210129
5 M. Badar Ali Idris Al Anshori Purba 20210146 6 Kharisma Shofiudin Ma'sum Alwi 20210136
7 Bisyri Atho'Illah Ghozali 20210091
8 Ali Fikri 20210081
9 Fauzan Kahfi Hanjoto Djati Suryanto 20210118
10 Fani Ramadhan 20210114
11 Ahmad Mufarrijul Badrus Salam 20210064
12 Ayub Riyanto 20210087
13 Daffa Akbar Pradana 20210095
14 Fikki Fathus Surur 20210121
15 Fakhri Ahmad Laqia Robby 20210112
16 Jauhariko Fadlha Maulahilla 20210134
17 Jeffry Mirza As-Shiddiqy 20210135
18 Ahmad Royhan Abdus Salam 20210069
19 M. Da'i Zainul Mukhtar 20210148
20 Akmal Syahrur Rizal 20210077
21 M. Aditya Saputra 20210142
22 Farihussubah Al Maziz 20210117
23 Ahmad Nuri Qolby 20210066
24 Edwin Ananda Ramadani 20210106
46
25 Ahmad Maulana Hikam 20210062
26 Farhan Attabik Mujtaba 20210116
27 Ahmad Irfan Maulana 20210061
28 Hibban Basyron Suadi 20210126
29 Fadhil Mursyid Al-Ghazali 20210108
30 Delailul Khoir 20210100
31 Iqbal Fatullah 20210131
32 Bayu Firdaus Bustomi 20210090
33 Davin Ramadhani 20210099
34 Fajar Hidayat 20210111
35 Ahmad Bahaudin Al Mujib 20210054
36 Febriant Marvel 20210119
37 Ahmad Qoys Jamalallail 20210067
38 Dani Alwi 20210098
39 Ahmad Zuhdi Wisam 20210074
40 Lutfi Nizar Adib Al Hamid 20210139
41 Dlaifallah Nasnur 20210102
42 Ahmad Tajudin Farhan 20210071
43 Ahmad Daffa Dhiyailhaq 20210058
44 Azka Arsy Kaavien Biilmi Ali 20210088
45 Ahmad Tuba Ainus Salsabil 20210072
46 Fahmi Idris Mubarok 20210109
47 Choiru Soleh 20210094
48 Ahmad Salman R 20210070
49 Laiqul Mahbub Ramadhan 20210138
50 Ahmad Fathor Rizal Fatawi 20210060
51 Ahmad Dani Hamdan Fadloilur Rohim 20210059 52 Dliya'ul Haq Muhammad Al Mukhtar 20210103
53 Haikal Faiz 20210123
54 Basyri Musthofa 20210089
55 Luthfi Hakim 20210140
56 Brian Hidaya 20210092
57 M. Beryl Albaihaqi 20210147
58 Alif Bagus Radinata 20210082
59 Ahmad Mughni Labib 20210065
60 Helmy Fahikal Dwi Juniarwan 20210125
7. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Bidayah
Untuk mencapai tujuan bersama, yakni tujuan pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Bidayah, maka didapati adanya susunan hubungan personalia dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban dan hak-hak sesuai dengan kedudukannya dalam struktur organisasi sebagai berikut.
Tabel 4.3
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Bidayah
Pembina
Dr. KH. Abdul Haris, M.Ag
Penasehat pengurus Budianto, S. Int Penasehat ponpes
Nuruddin, M.Pd.I
Ketua Moch. Nasiruddin
Sekretaris Ahmad Qoys jamalallail
Bendahara Ikhsan faqih
Seksi-seksi Bisnis Pondok : Tirto Ubudiyah : Huda Multimedia : Syafi’
Kebersihan : Iqbal Keamanan : Fauzi Pendidikan : Syibli
Kantin : Mufid
Kesehatan : Ifton Sarpras : Wahid Perpustakaan : Mutawalli
48
8. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Bidayah
Sejak awal berdirinya, secara bertahap Pondok Pesantren Al-Bidayah berusaha untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan demi menunjang pencapaian tujuan pendidikan serta demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Al- Bidayah sebagian besar dari bantuan ustadz dan selebihnya berasal dari orang tua santri dan masyarakat. Sehingga dapat dipastikan bahwa semua sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Al-Bidayah ini berasal dari Ustadz, orang tua santri dan masyarakat, bukan dari bantuan pemerintah.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Al- Bidayah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Bidayah
No Sarana Jumlah
1 Musholla 2 lokal
2 Kamar santri 24 lokal
3 Perpustakaan 1 lokal
4 Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) 1 lokal
5 Kantin 1 lokal
6 Garasi mobil 2 lokal
7 Parkiran 2 lokal
8 Ruang Belajar Terbuka 4 lokal
9 Toko Kitab Al-Bidayah 1 lokal
10 Proyektor (Lcd) 1 shet
11 Sound 6 buah
12 Mikrophone 6 buah
13 Mading 2 buah
14 Kamar mandi 13 buah
15 Komputer 3 buah
16 Kamera Shoting 1 Shet
B. Penyajian Data dan Analisis
1. Implementasi Metode Demonstrasi Pada Materi Fiqih An-Najasaat Di Pondok Pesantren Albidayah
Didalam pembelajaran yang baik dibutuhkan metode yang baik pula untuk mempermudah peserta didik untuk memahami serta menerima materi yang disampaikan. Dalam proses kegiatan belajar pada materi fiqih an-najasaat yang berlangsung di pondok pesantren, guru selalu berusaha memberikan pemahaman kepada seluruh peserta didiknya agar mudah memahami setiap materi yang diajarkan. Dengan seperangkat teori dan pengalaman sebagai seorang guru yang selalu berusaha mempersiapkan program pengajaran dengan baik serta sistematis. Salah satu bentuk untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajar. Alasan dalam pembelajaran materi fiqih an-najasaat dilaksanakan dengan metode demonstrasi lebih disebabkan karena pengetahuan mengenai najis karena berkaitan dengan sholat, ustadz bahir menyatakan,
“Pemilihan metode demonstrasi ini saya pilih (1) karena mengikuti Rosulullah, (2) karena menghilangkan najis adalah sesuatu yang dialami oleh seluruh umat islam khususnya orang yang sudah baligh yang punya kewajiban sholat, maka ketika sholat harus terlebih dahulu suci, suci badannya, suci dari hadast kecil & hadast besar. Jadi nanti kalau tidak tahu cara menghilangkan najis padahal salah satu syarat yang menjadi keabsahan sholat adalah harus thohir anin najasah. Maka saya memilih metode demonstrasi karena urusan menghilangkan najis adalah urusan yang sangat sering dialami oleh umat islam, disisi lain setiap dia sholat diwajibkan untuk suci dari najis. Makanya praktek izalatun najasah
50
menjadi penting jadi tidak cukup hanya sebatas teori-teori saja tanpa dipraktekkan maka tidak cukup.”47
Pengetahuan mengenai masalah najis menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena berdampak pada keabsahan sholat. Sholat tidak akan menjadi sah kecuali memenuhi beberapa syarat sebelum melaksanakan sholat yaitu suci dari hadas, suci tempat serta pakaian dari najis.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, tentunya melalui beberapa tahapan seperti persiapan, pelaksanaan dan lain sebagainya yang mampu menunjang keefektivan proses pembelajaran. Pembelajaran fiqih an- najasaat di Pondok Pesantren Al-Bidayah dilaksanakan sesuai dengan waktu luang guru pembina fiqih. Ustadz Bahir mengungkapkan
“Untuk pembelajaran fiqih an-najsaat dipondok pesantren Al- Bidayah dilaksanakan setiap malam jumat. Tapi terkadang kalau saya tidak bisa datang pada malam jum’at, saya mengcalling panitia karena udzur."48
Hal serupa juga disampaikan oleh KH. Abdul Haris selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Bidayah yang menyampaikan:
“Jadi untuk pelaksanaannya kita koordinasikan dulu dengan guru pembina, kalau seandainya pada hari yang diminta oleh kami beliau tidak bisa maka, disesuaikan dengan kondisi beliaunya.”49 Koordinasi antara guru pembina fiqih, pengasuh serta pengurus bidang pendidikan senantiasa dilakukan supaya persiapan pembelajaran bisa diminimalisir kekurangannya serta mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini senada dengan Sibli selaku pengurus bidang pendidikan, ia menyatakan:
47 Bahir, Wawancara, Jember 7 Agustus 2022
48 Bahir, Wawancara, Jember 7 Agustus 2022
49 Abdul Haris, Wawancara, Jember, 6 Agustus 2022
“Dalam pengalokasian waktu itu intruksi dari kyai dan menyesuaikan dengan waktu luang beliau. Untuk kegiatan pembelajaran fiqih dilaksanakan sebanyak satu kali dalam satu minggu yakni hari kamis malam jum’at.50
Dari hasil koordinasi antara pengasuh, pengurus bidang pendidikan serta guru pembina fiqih bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqih an- najasaat menggunakan metode demonstrasi dilaksansakan pada malam jum’at, pemilihan waktu tersebut lebih disebabkan karena disesuaikan dengan waktu luang guru pembina fiqih.
Karena posisi peniliti disini sebagai partisipatif moderat. Maka peneliti melaksanakan observasi sekaligus mengikuti pembelajaran fiqih an-najasaat. Pada 5 Agustus 2022 peneliti menemukan bahwa pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Bidayah dimulai setiap malam jumat pada jam 19.30 WIB setelah kegiatan sholat isya’ berjamaah sampai pukul 20.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh santri yang tidak mengikuti kelas Al-Qur’an dan kelas takhossus. Para santri memasuki ruangan terlebih dahulu sebelum guru datang.51 Hal ini bisa dilihat pada tabel jadwal kegiatan santri pondok Pesantren Al-Bidayah sebagai berikut.
50 Sibli, Wawancara, Jember, 7 Agustus 2022
51 Observasi, 5 Agustus 2022
52
Tabel 4.5
Jadwal Umum Santri Al-Bidayah
Jam Malam senin
Malam selasa
Malam rabu
Malam kamis
Malam jum’at
Malam sabtu
Malam minggu 18:30-
19:30
Teori dasar
Teori dasar
Teori dasar
Teori dasar
Mauidhoh hasanah
Teori dasar
Sholawatan/
ubudiyah 19:30-
20:30
akhlaq Mufrodat/
al-quran
tasrif Mufrodat/
alqur’an Fiqh praktik dan aswaja
Mufrodat/
al-qur’an Jam Senin
shubuh
Selasa shubuh
Rabu shubuh
Kamis shubuh
Jum’at shubuh
Sabtu shubuh
Minggu shubuh 04:30-
05:30
mufradat Mufradat dan evaluasi
Nadzom aswaja
Nadzom Bekal
bermasyarakat
Mufradat dan evaluasi
Libur
Jam Senin sore
Selasa sore
Rabu sore
Kamis sore
Jum’at sore Sabtu sore
minggu sore 15:30-
16:30
NGAJI BANDONGAN DAN TENAGA PENGAJARNYA ASATIDZ DARI LUAR UNTUK KITABNYA TERGANTUNG KEBUTUHAN
Libur
Pada tabel tersebut bisa dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqih an-najasaat di Pondok Pesantren Al-Bidayah dilaksanakan pada malam Jum’at pukul 19.30 - 20.30 WIB.
Sebelum proses pembelajaran dimulai, Ustadz Bahir selaku guru pembina fiqih juga menyiapkan beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran diantaranya media atau fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti mushola, lcd proyektor, papan tulis, speaker serta beberapa sumber referensi kitab kuning dan lain-lain. Ustadz Bahir menyatakan:
“Pertama kita melengkapi sarana dan prasarananya. Misalkan kalau untuk materinya kita ambilkan dari refrensi kitab-kitab mu’tabaroh, kemudian apapun yang direkomendasikan oleh kitab mu’tabaroh itu alat-alatnya kita siapkan, misalnya air, kadarnya berapa, kemudian dalam menghilangkan najis perlu apa saja, untuk bantuan sabun atau penggosok atau apapun sekiranya bisa lebih berjasa dalam membuang najis. Koordinasi dengan pengurus pondok, sarana prasarananya dipersiapkan dan terlebih dahulu biasanya kalau dirumah saya praktekkan dengan temen-temen dirumah, jadi misalkan nanti malam prakteknya menghilangkan najis mugholladzho. Itu saya pertama kali praktek dulu kepada santri dirumah, kemudian waktu di Al-Bidayah saya sebelumnya sudah mengcalling panitia atau pengurus pendidikan untuk menyiapkan sarana dan prasarananya dan pada saat pengajaran
langsung masuk semua. Insyaallah untuk persiapan kematangannya seperti itu.” 52
Koordinasi antara guru pembina fiqih dan pengurus pendidikan perlu dilakukan seperti menyiapkan beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran fiqih an-najasaat sesuai dengan arahan kitab-kitab fiqih seperti air yang digunakan untuk alat bersuci, benda-benda yang memiliki tesktur kasar yang mampu untuk menghilangkan najis seperti sikat, sabun dan lain sebagainya.
Hal ini selaras dengan ungkapan Sibli selaku pengurus bidang pendidikan:
“Terkait dengan materinya itu seluruhnya kami pasrahkan ke ustadz bahir, kemudian mengenai apapun yang dibutuhkan nanti dalam pembelajarannya beliau menghubungi kami untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.”53
Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pembina fiqih khususnya dalam pembelajaran fiqih an-najasaat dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk mensukseskan kegiatan pembelajaran.
Tanpa adanya persiapan yang matang maka pembelajaran pasti berjalan secara sangat tidak efektif.
Pondok Pesantren Al-Bidayah pada materi fiqih an-najasaat menggunakan metode demonstrasi. Mengenai pelaksanaannya kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan sama seperti pada umumnya yaitu kegiatan pembuka, kegiatan ini, dan kegiatan penutup.54
52 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022
53 Sibli, Wawancara, Jember, 7 Agustus 2022
54 Observasi, 18 Agustus 2022
54
Pada tahap pertama, setiap pelaksanaan metode demonstrasi pada materi fiqih an-najasaat di pondok pesantren al-bidayah diawali dengan tawassul yang ditujukan kepada baginda nabi muhammad, para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, pengarang kitab dan lain-lain. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Bahir:
“Pertama bertawassul terlebih dahulu sebagai bentuk pengagungan terhadap rosul, sahabat tabi’in, para ulama & pengarang kitab.
Serta menjadi bentuk sambung sanad keilmuan kita juga diharapkan apa yang kita pelajari bisa menjadi bermanfaat lebih- lebih menjadi berkah.”55
Berdo’a sebelum belajar sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur kepada Allah SWT atas ilmu yang diberikan, serta sebagai bentuk harapan dan pengagungan kepada Nabi Muhammad, para sahabat, ulama’ serta para muallif.
Selain mewawancarai Ustadz Bahir peneliti juga melakukan wawancara bersama Ghozi selaku santri:
“Setiap kali ustadz bahir masuk kelas, beliau selalu bertawassul terlebih dahulu kemudian dilanjut dengan berdo’a bersama”56 Hal serupa juga disampaikan oleh Nur wahid selaku santri. Ia menjelaskan:
“Iya mas, ustadz bahir itu ketika memulai pembelajaran tidak pernah melewatkan tawassul dan do’a”.57
Dari hasil data wawancara diatas, bahwasanya berdo’a tidak bisa lepas dari proses pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas ilmu yang telah diberikan oleh Allah SWT serta merupakan
55 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022
56 Ghozi, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022
57 Nur Wahid, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022
salah satu bentuk adab atau tata krama dalam belajar. Tidak hanya itu berdo’a sebelum belajar juga sebagai bentuk harapan agar apa yang telah dipelajari bisa bermanfaat dikemudian hari.
Dari hasil wawancara peniliti yang telah dipaparkan diatas, kemudian peneliti ingin memastikan kembali supaya bisa mendapatkan kebenaran yang mutlak dengan cara melakukan observasi didalam kelas pada saat pembelajaran fiqih an-najasaat dengan metode demonstrasi.
Adapun hasil pengamatan peniliti di Pondok Pesantren Al-Bidayah pada setiap kali memulai pembelajaran yaitu pada tanggal 11 Agustus 2022 guru pembina fiqih selalu bertawassul dan berdo’a terlebih dahulu.
Hal ini diperkuat dengan hasil studi dokumentasi dibawah ini, Gambar 4.1
Ustadz Bahir bertawassul terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya adalah kegiatan inti yang berisi penyampaian materi.
Pada tahap ini sebagaimana hasil pengamatan peneliti, menunjukkan bahwa terlebih dahulu Ustadz Bahir menyampaikan materi tentang najis