• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data Dan Analisis

1. Implementasi Metode Demonstrasi Pada Materi Fiqih An-Najasaat Di Pondok Pesantren Albidayah

Didalam pembelajaran yang baik dibutuhkan metode yang baik pula untuk mempermudah peserta didik untuk memahami serta menerima materi yang disampaikan. Dalam proses kegiatan belajar pada materi fiqih an-najasaat yang berlangsung di pondok pesantren, guru selalu berusaha memberikan pemahaman kepada seluruh peserta didiknya agar mudah memahami setiap materi yang diajarkan. Dengan seperangkat teori dan pengalaman sebagai seorang guru yang selalu berusaha mempersiapkan program pengajaran dengan baik serta sistematis. Salah satu bentuk untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajar. Alasan dalam pembelajaran materi fiqih an-najasaat dilaksanakan dengan metode demonstrasi lebih disebabkan karena pengetahuan mengenai najis karena berkaitan dengan sholat, ustadz bahir menyatakan,

“Pemilihan metode demonstrasi ini saya pilih (1) karena mengikuti Rosulullah, (2) karena menghilangkan najis adalah sesuatu yang dialami oleh seluruh umat islam khususnya orang yang sudah baligh yang punya kewajiban sholat, maka ketika sholat harus terlebih dahulu suci, suci badannya, suci dari hadast kecil & hadast besar. Jadi nanti kalau tidak tahu cara menghilangkan najis padahal salah satu syarat yang menjadi keabsahan sholat adalah harus thohir anin najasah. Maka saya memilih metode demonstrasi karena urusan menghilangkan najis adalah urusan yang sangat sering dialami oleh umat islam, disisi lain setiap dia sholat diwajibkan untuk suci dari najis. Makanya praktek izalatun najasah

50

menjadi penting jadi tidak cukup hanya sebatas teori-teori saja tanpa dipraktekkan maka tidak cukup.”47

Pengetahuan mengenai masalah najis menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena berdampak pada keabsahan sholat. Sholat tidak akan menjadi sah kecuali memenuhi beberapa syarat sebelum melaksanakan sholat yaitu suci dari hadas, suci tempat serta pakaian dari najis.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, tentunya melalui beberapa tahapan seperti persiapan, pelaksanaan dan lain sebagainya yang mampu menunjang keefektivan proses pembelajaran. Pembelajaran fiqih an- najasaat di Pondok Pesantren Al-Bidayah dilaksanakan sesuai dengan waktu luang guru pembina fiqih. Ustadz Bahir mengungkapkan

“Untuk pembelajaran fiqih an-najsaat dipondok pesantren Al- Bidayah dilaksanakan setiap malam jumat. Tapi terkadang kalau saya tidak bisa datang pada malam jum’at, saya mengcalling panitia karena udzur."48

Hal serupa juga disampaikan oleh KH. Abdul Haris selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Bidayah yang menyampaikan:

“Jadi untuk pelaksanaannya kita koordinasikan dulu dengan guru pembina, kalau seandainya pada hari yang diminta oleh kami beliau tidak bisa maka, disesuaikan dengan kondisi beliaunya.”49 Koordinasi antara guru pembina fiqih, pengasuh serta pengurus bidang pendidikan senantiasa dilakukan supaya persiapan pembelajaran bisa diminimalisir kekurangannya serta mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini senada dengan Sibli selaku pengurus bidang pendidikan, ia menyatakan:

47 Bahir, Wawancara, Jember 7 Agustus 2022

48 Bahir, Wawancara, Jember 7 Agustus 2022

49 Abdul Haris, Wawancara, Jember, 6 Agustus 2022

“Dalam pengalokasian waktu itu intruksi dari kyai dan menyesuaikan dengan waktu luang beliau. Untuk kegiatan pembelajaran fiqih dilaksanakan sebanyak satu kali dalam satu minggu yakni hari kamis malam jum’at.50

Dari hasil koordinasi antara pengasuh, pengurus bidang pendidikan serta guru pembina fiqih bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqih an- najasaat menggunakan metode demonstrasi dilaksansakan pada malam jum’at, pemilihan waktu tersebut lebih disebabkan karena disesuaikan dengan waktu luang guru pembina fiqih.

Karena posisi peniliti disini sebagai partisipatif moderat. Maka peneliti melaksanakan observasi sekaligus mengikuti pembelajaran fiqih an-najasaat. Pada 5 Agustus 2022 peneliti menemukan bahwa pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Bidayah dimulai setiap malam jumat pada jam 19.30 WIB setelah kegiatan sholat isya’ berjamaah sampai pukul 20.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh santri yang tidak mengikuti kelas Al-Qur’an dan kelas takhossus. Para santri memasuki ruangan terlebih dahulu sebelum guru datang.51 Hal ini bisa dilihat pada tabel jadwal kegiatan santri pondok Pesantren Al-Bidayah sebagai berikut.

50 Sibli, Wawancara, Jember, 7 Agustus 2022

51 Observasi, 5 Agustus 2022

52

Tabel 4.5

Jadwal Umum Santri Al-Bidayah

Jam Malam senin

Malam selasa

Malam rabu

Malam kamis

Malam jum’at

Malam sabtu

Malam minggu 18:30-

19:30

Teori dasar

Teori dasar

Teori dasar

Teori dasar

Mauidhoh hasanah

Teori dasar

Sholawatan/

ubudiyah 19:30-

20:30

akhlaq Mufrodat/

al-quran

tasrif Mufrodat/

alqur’an Fiqh praktik dan aswaja

Mufrodat/

al-qur’an Jam Senin

shubuh

Selasa shubuh

Rabu shubuh

Kamis shubuh

Jum’at shubuh

Sabtu shubuh

Minggu shubuh 04:30-

05:30

mufradat Mufradat dan evaluasi

Nadzom aswaja

Nadzom Bekal

bermasyarakat

Mufradat dan evaluasi

Libur

Jam Senin sore

Selasa sore

Rabu sore

Kamis sore

Jum’at sore Sabtu sore

minggu sore 15:30-

16:30

NGAJI BANDONGAN DAN TENAGA PENGAJARNYA ASATIDZ DARI LUAR UNTUK KITABNYA TERGANTUNG KEBUTUHAN

Libur

Pada tabel tersebut bisa dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran fiqih an-najasaat di Pondok Pesantren Al-Bidayah dilaksanakan pada malam Jum’at pukul 19.30 - 20.30 WIB.

Sebelum proses pembelajaran dimulai, Ustadz Bahir selaku guru pembina fiqih juga menyiapkan beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran diantaranya media atau fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti mushola, lcd proyektor, papan tulis, speaker serta beberapa sumber referensi kitab kuning dan lain-lain. Ustadz Bahir menyatakan:

“Pertama kita melengkapi sarana dan prasarananya. Misalkan kalau untuk materinya kita ambilkan dari refrensi kitab-kitab mu’tabaroh, kemudian apapun yang direkomendasikan oleh kitab mu’tabaroh itu alat-alatnya kita siapkan, misalnya air, kadarnya berapa, kemudian dalam menghilangkan najis perlu apa saja, untuk bantuan sabun atau penggosok atau apapun sekiranya bisa lebih berjasa dalam membuang najis. Koordinasi dengan pengurus pondok, sarana prasarananya dipersiapkan dan terlebih dahulu biasanya kalau dirumah saya praktekkan dengan temen-temen dirumah, jadi misalkan nanti malam prakteknya menghilangkan najis mugholladzho. Itu saya pertama kali praktek dulu kepada santri dirumah, kemudian waktu di Al-Bidayah saya sebelumnya sudah mengcalling panitia atau pengurus pendidikan untuk menyiapkan sarana dan prasarananya dan pada saat pengajaran

langsung masuk semua. Insyaallah untuk persiapan kematangannya seperti itu.” 52

Koordinasi antara guru pembina fiqih dan pengurus pendidikan perlu dilakukan seperti menyiapkan beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran fiqih an-najasaat sesuai dengan arahan kitab-kitab fiqih seperti air yang digunakan untuk alat bersuci, benda-benda yang memiliki tesktur kasar yang mampu untuk menghilangkan najis seperti sikat, sabun dan lain sebagainya.

Hal ini selaras dengan ungkapan Sibli selaku pengurus bidang pendidikan:

“Terkait dengan materinya itu seluruhnya kami pasrahkan ke ustadz bahir, kemudian mengenai apapun yang dibutuhkan nanti dalam pembelajarannya beliau menghubungi kami untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.”53

Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pembina fiqih khususnya dalam pembelajaran fiqih an-najasaat dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk mensukseskan kegiatan pembelajaran.

Tanpa adanya persiapan yang matang maka pembelajaran pasti berjalan secara sangat tidak efektif.

Pondok Pesantren Al-Bidayah pada materi fiqih an-najasaat menggunakan metode demonstrasi. Mengenai pelaksanaannya kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan sama seperti pada umumnya yaitu kegiatan pembuka, kegiatan ini, dan kegiatan penutup.54

52 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

53 Sibli, Wawancara, Jember, 7 Agustus 2022

54 Observasi, 18 Agustus 2022

54

Pada tahap pertama, setiap pelaksanaan metode demonstrasi pada materi fiqih an-najasaat di pondok pesantren al-bidayah diawali dengan tawassul yang ditujukan kepada baginda nabi muhammad, para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, pengarang kitab dan lain-lain. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Bahir:

“Pertama bertawassul terlebih dahulu sebagai bentuk pengagungan terhadap rosul, sahabat tabi’in, para ulama & pengarang kitab.

Serta menjadi bentuk sambung sanad keilmuan kita juga diharapkan apa yang kita pelajari bisa menjadi bermanfaat lebih- lebih menjadi berkah.”55

Berdo’a sebelum belajar sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur kepada Allah SWT atas ilmu yang diberikan, serta sebagai bentuk harapan dan pengagungan kepada Nabi Muhammad, para sahabat, ulama’ serta para muallif.

Selain mewawancarai Ustadz Bahir peneliti juga melakukan wawancara bersama Ghozi selaku santri:

“Setiap kali ustadz bahir masuk kelas, beliau selalu bertawassul terlebih dahulu kemudian dilanjut dengan berdo’a bersama”56 Hal serupa juga disampaikan oleh Nur wahid selaku santri. Ia menjelaskan:

“Iya mas, ustadz bahir itu ketika memulai pembelajaran tidak pernah melewatkan tawassul dan do’a”.57

Dari hasil data wawancara diatas, bahwasanya berdo’a tidak bisa lepas dari proses pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas ilmu yang telah diberikan oleh Allah SWT serta merupakan

55 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

56 Ghozi, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022

57 Nur Wahid, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022

salah satu bentuk adab atau tata krama dalam belajar. Tidak hanya itu berdo’a sebelum belajar juga sebagai bentuk harapan agar apa yang telah dipelajari bisa bermanfaat dikemudian hari.

Dari hasil wawancara peniliti yang telah dipaparkan diatas, kemudian peneliti ingin memastikan kembali supaya bisa mendapatkan kebenaran yang mutlak dengan cara melakukan observasi didalam kelas pada saat pembelajaran fiqih an-najasaat dengan metode demonstrasi.

Adapun hasil pengamatan peniliti di Pondok Pesantren Al-Bidayah pada setiap kali memulai pembelajaran yaitu pada tanggal 11 Agustus 2022 guru pembina fiqih selalu bertawassul dan berdo’a terlebih dahulu.

Hal ini diperkuat dengan hasil studi dokumentasi dibawah ini, Gambar 4.1

Ustadz Bahir bertawassul terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran.

Selanjutnya adalah kegiatan inti yang berisi penyampaian materi.

Pada tahap ini sebagaimana hasil pengamatan peneliti, menunjukkan bahwa terlebih dahulu Ustadz Bahir menyampaikan materi tentang najis

56

secara umum kemudian dilanjut tata cara mensucikan najis berdasarkan masing-masing tingkatannya dengan memanggil beberapa santri untuk menjadi peraga didepan kelas. Hal ini sebagimana yang dijelaskan oleh Ustadz Bahir:

“Kemudian materi dasarnya saya baca, kemudian saya terangkan dulu hubungannya atau kaitannya dengan permasalahan- permasalahan yang ada misalkan dalam fiqih najis itu terlebih dahulu saya terangkan materi lalu kemudian didalamnya saya kasih dari Alqu’ran dan Hadist kemudian sejarah-sejarahnya kemudian hikmatut tasyri’nya dibalik disyari’atkannya menghilangkan najis.”58

Penjelasan mengenai permasalah najis dengan permasalahan yang berhubungan dengan najis perlu diungkapkan pada awal penyampaian materi pembelajaran guna memberikan gambaran secara umum mengenai najis kepada para santri. Setelah menjelaskan gambaran umum mengenai masalah najis Ustadz Bahir selaku guru pembina fiqih melanjutkan penjalasan sekaligus mempraktekkan cara menghilangkan najis dengan memanggil beberapa santri untuk maju kedepan kelas sebagai peraga.

Ustadz Bahir melanjutkan:

“Kemudian kalau dirasa cukup penjabaran materi baru langkah implementasi saya memanggil anak 1-2 untuk sebagai orang yang mempraktekkan tahapan-tahapan yang direkomendasikan atau yang diterangkan dalam materi tersebut. Setelah dipraktekkan oleh 2 anak tadi sudah cukup menggambarkan, saya menguji lagi saya manggil anak ayo coba praktekkan tadi yang awal tadi, begitu seterusnya, mungkin saya cukupkan 2-3 sebagai bahan evaluasi, sekira dikira cukup, ya sudah maka saya anggap cukup langkah implementasi dalam metode demonstrasi tersebut, jadi pertama menerangkan materi dengan selengkap-lengkapnya kemudian

58 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

memanggil 1 anak untuk mempraktekkan kemudian menguji anak yang lain dengan saya memanggil 1 kali 2 kali begitu.”59

Hal ini juga sebagaimana yang dijelaskan oleh Nur Wahid selaku santri:

“Ustadz bahir sering sekali bahkan hampir tidak pernah lepas menunjuk beberapa santri maju kedepan untuk mempraktekkan, biasanya beliau menunjuk satu sampai tiga santri untuk maju kedepan”.60

Pada tanggal 11 Agustus 2022 peneliti menemukan bahwa setelah menjelaskan gambaran secara umum mengenai bab najis ustadz bahir melanjutkan pembelajaran secara demonstratif dengan memanggil beberapa santri sebagai peraga didepan kelas. Terlebih dahulu Ustadz Bahir memberikan contoh bagaimana menghilangkan najis berdasarkan tingkatan najisnya kemudian dipraktekkan oleh santri yang dipanggil maju kedepan sebagai peraga disertai alat-alat yang telah disiapkan seperti ember, sikat gigi, pasta gigi, gayung dan juga air.61 Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut.

59 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

60 Nur Wahid, Wawancara 16 Agustus 2022

61 Observasi, 11 Agustus 2022

58

Gambar 4.2

Guru pembina fiqih memberikan penjelasan dilanjut dengan implementasi metode demonstrasi

Tahapan terakhir dalam pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode demonstrasi adalah kegiatan penutup. Setelah menjelaskan materi mengenai masalah najis serta tata cara mengatasi najis pada tahapan ini Ustadz Bahir selaku guru pembina fiqih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai masalah- masalah yang berkaitan dengan masalah yang dialami oleh peserta didik atau masalah yang terjadi dilingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Ustadz Bahir, beliau mengatakan:

“Jadi memang sebelum pembelajaran berakhir, saya buka sesi tanya jawab dulu. Dari apa yang telah saya sampaikan tentang bagaimana hukum mengenai najis, tak jarang dari beberapa santri yang ingin bertanya. Terkadang kalau waktunya sudah mepet saya buka 1-3 pertanyaan, kalau waktunya masih agak cukup saya persilahkan untuk yang merasa belum paham bebas untuk bertanya. Kemudian sekiranya sudah tidak ada yang bertanya, baru saya tutup pembelajaran dengan do’a bersama”.62

62 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

Hal serupa juga disampaikan oleh Ghozi selaku santri. Ia menjelaskan:

“Sebelum mengakhiri pembelajaran, ustadz bahir selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk menyakan permasalahan-permasalah terkait fiqih. Biasanya dari santri yang kelas sma atau kuliah yang sering bertanya.”63

Pada sesi tanya jawab ini guru memberikan kesempatan kepada 1-3 orang penanya yang masih belum paham tentang masalah najis, kiranya sudah dirasa cukup atas jawaban yang di berikan oleh guru, maka guru menutup pembelajaran dengan do’a bersama dengan harapan ilmu yang telah dipelajari bisa mendatangkan keberkahan dan kemanfaatan.

Hasil wawancara diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti bahwa pada setiap sebelum mengakhiri pembelajaran guru membuka sesi tanya jawab, rata-rata santri yang mengajukan pertanyaan adalah santri yang usianya SMA sederajat dan Kuliah. Hal ini dibuktikan gambar berikut

Gambar 4.3

Ustadz Bahir menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa santri.

63 Ghozi, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022

60

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi bisa disimpulkan bahwa implementasi metode demonstrasi pada materi fiqih an-najasaat dilaksanakan secara teratur dan sistematis dengan melalui beberapa tahapan yaitu

a. Perencanaan

1) Menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran

2) Menyiapkan media yang diperlukan dalam pembelajaran b. Pelaksanaan

1) Pembukaan

a) Ustadz Bahir membuka pembelajaran dengan membaca do’a dan salam terlebih dahulu

2) Kegiatan inti

a) Ustadz Bahir menjelaskan materi fiqih tentang najis secara umum b) Ustadz Bahir menjelaskan hikmah dibalik pensyariatan najis c) Ustadz bahir mempraktekkan cara menghilangkan najis sesuai

dengan tingkatannya

d) Ustadz Bahir memanggil beberapa santri maju kedepan kelas unutk menjadi peraga

3) Penutup

a) Ustadz Bahir membuka sesi tanya jawab untuk memberikan kesempatan kepada santri yang masih belum paham

b) Ustadz Bahir menutup pembelajaran dengan do’a dan salam.

2. Faktor penghambat dan faktor pendukung a. Fakor penghambat

Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh Ustadz Bahir selaku guru pengajar fiqih, diantaranya adalah kurangnya motivasi belajar oleh sebagian santri pada saat proses pembelajaran seperti ada yang malas, tidak memperhatikan guru saat sedang menjelaskan, bergurau dengan temannya bahkan ada yang tidur. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Bahir:

“Ada banyak faktor yang mempengaruhi santri, biasanya dari santri itu sendiri kadang dari sebagian dari mereka itu ada yang malas, tidak memperhatikan, bergurau bahkan ada yang tidur”. 64 Hal serupa juga disampaikan oleh Nur wahid selaku santri. Ia menjelaskan:

“Kendalanya yang sering itu malas, ada yang tidur terus juga ada yang bergurau. Kalau sudah seperti itu pasti teman-teman sudah tidak memperhatikan sama sekali bahkan ada yang tidur”.65

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ketika proses pembelajaran ada beberapa santri yang tidak memperhatikan tatakala pembelajaran berlangsung seperti ada yang kurang semangat, bergurau bahkan ada yang tidur.

Hasil data wawancara ini diperkuat dengan hasil temuan peniliti yaitu pada tanggal 18 Agustus 2022, terdapat beberapa santri yang

64 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

65 Nur Wahid, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

62

tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung66. Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.4

Salah satu santri tidur pada saat pembelajaran berlangsung

Dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi diatas menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran fiqih an- najasaat dengan menggunakan metode demonstrasi adalah tingkat motivasi belajar santri yang rendah sehingga menimbulkan rasa malas.

Dari tingkat motivasi santri yang rendah menyebabkan proses penyamaian materi yang disampaikan oleh guru pembina fiqih berjalan secara tidak maksimal.

Penerapan metode demonstrasi di pondok pesantren khususnya pada materi fiqih an-najasaat juga mempunyai kendala lain bagi guru pembina fiqih, khususnya di Pondok Pesantren Al-Bidayah. Salah satunya adalah waktu yang tersedia dalam penyampaian materi fiqih

66 Observasi, 18 Agustus 2022

an-najasaat dengan menggunakan metode demonstrasi dengan waktu yang sangat terbatas. Dalam hal ini Ustadz Bahir menyatakan:

“Kalau untuk demonstrasi karena mereka itu praktek satu-satu yah.., tapi karena keterbatasan waktu kita ndak bisa mempraktekkan kesemuanya”.67

Pembelajaran fiqih an-najasaat tidak bisa dilakukan secara menyeluruh dipraktekkan oleh santri lebih disebabkan karena waktu yang tersedia sangatlah terbatas. Sehingga pada tahap ini, peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga terjadi interaksi yang baik antara peserta didik dan guru.

Pada kesempatan lain peneliti juga mewawancarai Sibli selaku pengurus pendidikan:

“Harapan dari pengurus pendidikan itu materi yang disampaikan juga mampu diaplikasikan oleh seluruh santri yang mengikuti kegiatan tersebut, namun karena waktu yang tersedia juga cuman satu jam dalam satu pekan jadi tidak seluruh santri bisa mempraktekkan secara langsug didepan guru.”68

Hal serupa juga disampaikan oleh Ghozi selaku santri. Ia menjelaskan:

“Kalo menurut saya kendala di waktunya mas, disini kan santri yang ikut kegiatan fiqih itu banyak sekali dari santri yang masih smp sampai kuliah, jadinya tidak seluruh santri punya kesempatan praktek secara langsung di depan kelas”.69

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa harapannya dalam pembelajaran fiqih an-najasaat seluruh santri yang mengikuti

67 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

68 Sibli, Wawancara, Jember, 7 Agustus 2022

69 Ghozi, Wawancara, Jember, 16 Agustus 2022

64

pembelajaran tersebut mampu mempraktekkan secara langsung dihadapan guru sebagai bentuk pengawasan secara langsung. Namun karena ketersediaan waktu yang sangat terbatas yaitu satu jam pembelajaran pada setiap minggunya dapat membatasi kegiatan pembelajaran.

b. Faktor pendukung

Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi memiliki peran yang sangat penting terutama dalam memahami materi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan metode demonstrasi pada materi fiqih an-najasaat di Pondok Pesantren Al- Bidayah dapat meningkatkan minat belajar santri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama Ustadz Bahir selaku guru pembina fiqih:

“Kalau untuk faktor pendukungnya ya saya kira kekompakan daripada santri itu antusias kalo ada metode demonstrasi, kalau fiqih dipraktekkan mereka itu semangat. Kalau disampaikan materinya saja tanpa ada tathbiq tanpa ada praktek mereka kurang semangat, terutama kalo mereka memiliki motivasi keinginan kuat untuk belajar maka itu juga sangat membatu proses pembelajarannya.”70

Faktor pendukung dalam implementasi metode demonstrasi pada materi fiqih an-najasaat yakni kekompakan daripada santri yang sangat antusias mengikuti pembelajaran tersebut. Tidak hanya dilakukan dengan penyampaian materi secara verbal akan tetapi dengan adanya bentuk praktek dalam pembelajaran dapat sehingga dapat menambah semangat belajar santri.

70 Bahir, Wawancara, Jember, 11 Agustus 2022

Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Nur Wahid, ia mengungkapkan:

“Menurut saya untuk fiqih ini lebih enak dipraktekkan biar lebih bisa dipahami dari pada cuma mendengar teorinya saja, soalnya disini itu kami sudah sangat sering setor hafalan ketika jam mufrodat.”71

Tentunya dalam pembelajaran fiqih memang diambil dari kitab- kitab fiqih yang menggunakan bahasa arab. Didalam kitab-kitab fiqih tersebut banyak sekali teori-teori yang dihaturkan oleh para muallif.

Dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih akan sangat efektif jika disampaikan dengan cara demonstrasi atau praktek secara langsung.

Suatu pembelajaran dikatakan bisa berjalan sangat efektif apabila hasil pembelajaran bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa antusias para santri sangatlah tinggi apabila materi yang disampaikan tidak hanya secara teori saja melainkan disampaikan secara demonstratif. Karena penyampaian secara demonstratif memberikan gambaran secara langsung apa yang dihaturkan oleh para muallif dalam kitab-kitab fiqihnya.

Data wawancara diatas diperkuat dengan hasil observasi pada 18 Agustus 2022 bahwa pembelajaran fiqih an-najasaat dengan menggunakan metode demonstrasi mampu menumbuhkan minat para santri pada saat pembelajaran. Selain memberikan gambaran tatacara menghilangkan najis, metode demonstrasi juga memberikan suasana

71 Nur Wahid, Wawancara, 11 Agustus 2022

Dokumen terkait