• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majelis Ta’lim

BAB II LANDASAN TEORI

B. Majelis Ta’lim

nyata yang dari karya nyata tersebut hasinya dapat dirasakan secara konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah.26

Metode ini dapat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia.

e. Metode silaturahmi (home visit)

Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada mad’u.27

Dakwah dengan metode ini dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah, dan lain-lain.

Di samping itu menurut pengamatan majalah Media Pembinaan, majelis taklim disebut pula sebagai kegiatan “pengajian rutin” atau

“rutinan”. Kelompok remaja malah menyebutnya dengan istilah

“halaqoh”, didasarkan pada pelaksanaan kegiatannya yang dilakukan secara berkelompok.29

beberapa istilah diatas jika disatukan akan muncul gambaran sebuah suasana dimana para umat muslimin berkumpul disuatu tempat untuk melakukan kegiatan keagamaaan. Kegiatan keagamaan yang dimaksud tidak hanya berupa pengajian namun juga kegiatan untuk menggali potensi dan wawasan para jama’ahnya.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan dari majelis ta’lim yaitu:

1) Majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau lembaga pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraanya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore,atau malam. Tempat pengajaranya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung, aula, halaman dan sebagainya. Selain itu majelis ta’lim memiliki dua fungsi segaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non formal. Fleksibelitas majelis ta’lim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan

29 Ibid.

lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi.

2) Majelis ta’lim Merupakan komunikasi yang paling kuat antara masyarakat awam dengan para mualim, dan diantara sesama anggota jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

7. Tujuan Majelis Ta’lim

Tujuan majelis ta’lim dalam rumusanya macam-macam. Tuti Alawiah As merumuskan tujuan ta’lim sebagai berikut:

1) sebagai tampat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.

2) sebagai kontak kontak sosial, maka tujuanya adalah untuk silatuhrahmi.

3) Sebagai pengenalan Islam.

“Tak kenal maka tak sayang”, mungkin pribahasa ini dapat dinisbatkan kepada remaja tentang Islam, bukan hanya remaja.

Siapaun tidak akan merasa bangga dengan agamanya jika dia tidak mengetahui apa hakekat dan agama tersebut.

Jadi mereka harus mengenal Islam lebih sempurna lagi, walaupun kesempurnaan itu sulit dicapai, tapi itulah upaya majelis taklim yang didalamnya memberikan pengenalan tentang Islam melalui materi-materi yang disampaikan, sebagai contoh adalah materi mempelajari Al-Quran, mempelajari ilmu fiqih, disini para

remaja juga di perbolehkan untuk menayakan seputar ajaran dan hukum Islam seperti muamaah,sholat, puasa, zakat, haji.

4) Sebagai pembinaan akhlak.

Pembinaan akhlak terhadap remaja yang menyangkut penanaman nilai-nilai akhlak secara langsung adalah berupa pengajian, yaitu memberikan ceramah-ceramah yang berhubungan degan tauhid, fiqih ibadah, dan lain-lain.30

Secara sederhana tujuan dari majelis ta’lim dari apa yang diungkapkan di atas adalah, tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas pengetahuan keagamaan, menjalin tali silahturahmi dengan sesama manusia, serta untuk membina insan muslim yang beriman, berilmu, berakhlak dan bertakwa kepada Allah SWT.

8. Pengertian Akhlakul Karimah

Akhlakul karimah berasal dari bahasa Arab yang berati akhlak yang mulia, pengertian akhlak kerapkali disamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur etika Islam. Nilai–nilai luhur tersebut memiliki sifat terpuji (mahmudah). Sehingga akhlakul karimah disebut pula akhlakul mahmudah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw.31 Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji tadi ialah :

a. Bebuat baik kepada orang tua (birrul waalidaini).

Dalam hubungan hidup keluarga dam masyarakat wajib dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki

30 Tuti Alawiah as, Stategi Dakwah Dilingkungan Majelis Ta’lim., h. 80.

31 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta, Pt Rineka Cipta, 2001) h. 391.

posisi yang paling utama. walaupun demikian kewajiban ibadah kepada Allah dan taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan horisontal. Berarti bahwa, dalam tertib kewajiban berbakti, mengabdi, dan menghormati kedua orang tua (ayah dan ibu) menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasulnya.32

Motivasi atau dorongan dan kehendak berbuat baik kepada orang tua (birrul waalidaini) telah menjadi salah satu akhlaq yang tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah dan ibulah yang paling besar dan terbanyak berjasa kepada setiap anak- anaknya. ayah adalah penanggung jawab dan pelindung anak dalam segala hal, baik segi ekonomi, keamanan, kesehatan, pendidikan:

pada prinsipnya ayah menjadi sumber kehidupan dan yang telah menghidupkan masa depan anak. Sedangkan ibu tidak kalah besar pengorbanannya, ibulah yang hamil dengan susah payah, kemudiyan melahirkan dengan penderitaan yang tiada tara, lalu membesarkannya sebagai anggota kelurga.

Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Luqman ayat 14, yaitu:





































Artinya: dan kamu perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah

32 Ibid.,h. 391

mengadungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada dua orangtua ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu (QS.Luqman (31): 14).33

Dapat di pahami bahwa di dalam memelihara hubungan horisontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, ayah dan ibu sepatutnya mendapat prioritas pertama dan dalam posisi paling utama. Dalam pemahaman dan kesadaran etika/akhlakul karimah, sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedang hubungan etis keslaman dengan ayah dan ibunya diabaikan, apabilla mendurhakai keduanya. Secara imperatif kategoris, dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh birrul waalidaini patut dilaksanakan oleh seorang anak kepada ayah dan ibunya.

Perwujudan dari sifat mahmudah berbuatlah baik kepada ayah dan ibu meliputi segala aspek kegiatan manusia, baik perbuatan maupun ucapan. Dapat dinilai sebagai berbuat baik kepada orang tua, jika anak mendoakan kepada Allah agar keduanya mendapat rahmatnya, bertingkah laku sopan, lemah lembut dan hormat dihadapan ayah dan ibu. Berbuat baik dalam ucapan berarti anak merendahkan suara, bertutur kata sopan, terhadap keduanya. Prinsip-prinsip tersebut telah dibentangkan di dalam kitab suci. Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan supaya kamu berbuat baik ke ibu

33 QS.Luqman (31): 14)

bapak jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya ada dekat denganmu (dalam memeliharamu) sampai berumur lanjut, sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya “ah” , jangan pula kamu bentak keduanya, dan ucapkan kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah, wahai tuhanku, kasihinalah kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihi aku ketika aku masih kecil.34 dapat dilihat dalam surat Al-Isra’ ayat 23- 24, yaitu:





















































Artinya: dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau dua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangannlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’ (17) :23).35



























Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh penuh kesayangan dan ucapkanlah ” wahai tuhanku,

34 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 394.

35 QS. Al-Isra’ (17) :23.

kasihi lah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. 36

Ditinjau dari segi kewajiban, nilai-nilai ahklakul karimah yaitu ingin memperkokoh kehidupan dalam keluarga. Tata cara berbakti kepada ayah dan ibu yang diturunkan Al-Quran memiliki arti yang paling asasi bagi kehidupan rumah tangga. Dapat diperhatikan, kedua orang tua akan merasa senang, bahagia, dan damai jika anak-anaknya mau berbakti dalam perbuatan maupun ucapan. Tata cara komunikasi Islamiyah di dalam mewujudkan keluarga harmonis, rumah tangga sakianah yang penuh rahmah.

b. Berlaku benar, atau (ash-shidqu)

Termasuk sifat baik yang dinilai terpuji menurut etika Islam dengan tujuan untuk menyisihkan setiap manusia dari perbuatan jahat terhadap orang lain, menurut etika Islam sifat tersebut adalah ash-shidqu dalam makna lughawi ash-shidqu adalah, benar dan jujur. Dalam pengertian etika Islam sifat ash-shidqu adalah sikap mental yang mampu memberi mendorong kuat untuk beramal sesuai dengan keutamaan yang sesungguhnya baik dalam ucapan maupun perbuatan.37 Dalam kaitanya ini Allah berfirman di dalam surat Ath-Taubah ayat 119, yaitu:



















36 Qs. Al-Isyra (17) :24.

37 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 397.

Artinya: hai orang –orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.38

Dalam kaitan dengan akhlaq, memiliki sifat terpuji ash- shidqu merupakan suatu kewajiban juga dalam tata hubungan antara makhluk dengan sesamanya merupakan kebaikan individual dan kemasyarakatan. Kebenaran atau kejujuran adalah sendi terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu sama lain atau masyarakat dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi saling tolong-menolong.

Sifat shidiq tidak hanya memberi janji- janji kebaikan individual dan kemasyarakatn duniawi akan di bidang ukhrawipun akan dapat menjumpai kaebaikan hakiki. Nabi Saw bersabda:

sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke syurga. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar hingga tercatat di sisi Allah sebagai shidiq (orang yang benar). Muttafaqun alaihi. Riwayat Bukhori.39

sifat ash-shidqu tersebut di wujudkan dalam kehidupan sehari-hari maka kebenaran atau kejujuran yang telah mempribadi dapat tercemin di dalam perbuatan dan perkataan setiap pemilik sifat. Jika seseorang bersifat shidiq maka dirinya akan bertingkah

38 Qs. Ath-Taubah (9): 119.

39 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h.399.

laku yang tidak merusak atau merugikan orang lain apalagi merugikan dirinya baik bersifat materil maupun non materil. Jika masyarakat atau bangsa yang bersifat shidiq, maka mereka akan hidup tenang tentram, damai penuh barokahanya dan terhindar dari cela, dosa taupun kecurigaan.

c. Perasaan malu (al- haya)

Bagi seorang mukmin, rasa malu kepada Allah merupakan basis nilai keutamaan dan menjadi dasar akhlaq yang mulia (akhlalkul karimah). Sebab malu kepada Allah akan menjadi dasar timbulnnya perasaan malu kepada Allah, kepada orang lain dan diri sendiri, seorang mukmin yang malu kepada Allah tidak akan mendurhakainya dengan melanggar larangan atau melalaikan perintahnya. Menurut tuntunan Islam, malu (al-haya) termasuk salah satu cabang iman.

Ahklakul karimah dan tuntutan tauhid antara al-hiya dan aqidah keimanana merupakan dua sisi yang paling melengkapi, keduanya membentuk sikap mental dan kepribadian yang utuh.

Malu dan iman itu dua hal yang digandengkan yang tidak dapat dipisahkan. billa salah satu diambil , yang lain ikut termbil pula.

Jadi yang wajib dipahami adalah:

1) Seorang mukmin akan utuh nilainya kepada Allah selama masih ada perasaan malu di dalam jiwa untuk melakukan perbuatan tercela menurut khitabullah dan norma-norma dasar kemanusiaan.

2) Sebaliknya, lenyapnya perasaan, sikap mental atau sifat malu untuk melakukan perbuatan tercela menurut khithabullah dan norma-norma Allah, bahkan hilang sama sekali.40

d. Memelihara kecucian diri ( al-iffah)

Termasuk salah satu sifat yang terpuji (mahmudah) baik dari segi nilai ilahiyah maupun kemanusiaan. Sifat tersebut ialah:

al-iffah, sifat al-iffah pada hakekatnya merupakan pri keadaan jiwa yang mampu untuk menjaga diri dari perbuatan jahat.

Memelihara kesucian diri, termasuk dalam rangkain fadillah atau akhlakul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan menjaga diri dengan secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada status kesucian

nilai iffah menjadi salah satu nilai luhur yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Salah satu perwujudan dari nilai al- iffah iyalah menjaga pergaulan antara laki dan perempuan.

Di sebutkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 33



































































































40 Ibid.,h.400.

Artinya: Dan orang- orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunianya.Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendklah kamu buat perjajian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan kepada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang di karuniakannya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.41

memelihara kesucian diri dari perbuatan zina merupakan pertanggung jawaban setiap manusia. Dalam hubungna dengan Allah, pelanggaran terhadap norma-norma agama Islam.

Sedangkan menurut pandangan kemanusiaan perbuatan yang melanggar norma-norma sosial dan susila.

Menurut pengertian umum, perbuatan zina adalah hubungan seksual yang tidak syah. Islam melarang segala bentuk hubungan seksual diluar perkawinan, dan menentapkan hukuman yang berat terhadap pelanggaran hukum42.

9. Pengertian Remaja.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa43. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencangkup kemantangan

41 Qs. An-nur (24): 33.

42 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h. 402.

43 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2004). h. 65.

mental, emosional sosial dan fisik. Definisi remaja menurut para ahli

a. Masa remaja merupakan masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang mulai pada saat terjadinya kematangn seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda.44

b. fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.45

c. menjelaskan bahwa masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang meliputi perubahan biologik, perubahan, psikologik, dan perubahan sosial.46

remaja adalah masa perubahan dari anak ke dewasa. Dan dalam menghadapi remaja memang bukan hal yang mudah. Dalam memahami jiwa remaja serta mencari solusi yang baik dan tepat bagi permasalahan yang ada, maka penting bagi kita baik orang tua maupun para remaja itu sendiri memahami dan mengerti jiwa remajatersebut serta perkembanfan psikologinya, yaitu dari konsep

44 Ibid., h. 48.

45 Syamsu Yusuf, Psikologi Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). h. 5.

46 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja., h. 48.

diri, emosi,motif seksual, dan moral, serta religi pada diri mereka (remaja).

Masalah remaja sekarang ini memang harus dilakukan dan perhatikan secara lebih profesional, lebih ilmiah. Dikarenakan situasi yang mereka hadapi saat ini memang jauh lebih rumit dan sulit dari pada situasi pada saat ataupun masa-masa yang silam. Di masa yang lalu pendidikan orang tua yang didasarkan pada naluri saja sudah cukup untuk membimbing remaja kemasa dewasanya. Sekarang ini, pendidikan yang semata-mata berdasarkan naluri saja sering berakhir dengan konflik hubungan anak dengan orang tua pun dapat mempengaruhi perkembangan anak menjadi remaja yang bermasalah.

10. Batasan Usia Remaja.

Remaja adalah pemuda yang berada pada masa perkembagan yang disebut massa remaja menuju kedewasaan masa ini merupakn taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat dikatakan anak kecil lagi, tapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut massa pancaroba yaitu massa pelaihan dari anak-anak menuju kearah dewasa.47

47 Melli Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 2002) h.1.

Menegenai batas usia remaja menurut sarlito wirawan usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.48

Adapun tahap-tahap usia remaja yang digolongkan menjadi 4 tahap yaitu:

1) Usia 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanak (infancy). Tahap ini didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang ( paint) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang.

2) Usia 5-12 tahun: masa bandel (savege stage). Tahap ini mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi manusia. Perasaan- perasaan yang dominan dalam periode ini adalah ingin main-main, lari- lari, loncat-loncat dan sebagainya, yang pada pokoknya untuk melatih ketajamna indra dan keterampilan angota-anggota tubuh. Kemampuan akal masih sanangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan formal seperti berhitung dan membaca.

3) Usia- 12- 15 tahun: bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan kesadaran diri ( self consciousness). Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginana tahu dan keinginana coba-coba dalam periode ini,

48 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikolog Remaja, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), h.27.

buku yang baik dibaca adalah buku-buku petualangan seperti

“Robinson Crousoe”. Anak dianjurkan belajar tentang alam dan kesenian, tetapi yang paling penting adalah proses belajarnya, bukan hasilnya. Anak akan belajar dengan sendirinya, karena priode ini mencerminkan era perkembangan ilmu pengetahuan dan evolusi manusia.

4) Usia 15-20 tahun. Dinamakan masa pertumbuhan kesempurnaan remaja (edolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kencendrungan mementingkan diri sendiri kepada kencendrungan memerhatikan kepentingan orang lain dan kencendrungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya hormon seks49.

Dari uraian diatas menurut para pendapat pakar psikolog remaja, maka batasan remaja mulai dari usia 15-20 tahun, karena pada usia ini remaja terjadi perubahan dari kencendrungan mementingkan diri sendiri kepada kencendrungan memerhatikan kepentingan orang lain dan kencendrungan memperhatikan harga diri.

Oleh karna itu setiap remaja memiliki priode atau masa yang sangat penting untuk perkembangan selanjutnya. Seperti remaja akan merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai dengan gaya

49 Sarlito W. Sarwono, Psikilogi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).

h.27.

hidup yang berada dari masa sebelumnya, remaja akan melewati masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan cenderung lebih mandiri, dan remaja akan melewati masa pencarian identitas untuk menjelaskan tentang siapa dirinya.

Dokumen terkait