• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Metode Dakwah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dakwah

2. Pengertian Metode Dakwah

Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah atau cara. Metode dalam bahasa arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata cara, sementara itu dalam kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan) untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyampaikan dakwah, baik individu, kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah di terima.13

Metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan-pesan dakwah sudah selayaknya penerapan metode dakwah mendapat perhatian yang serius dari penyampai dakwah. Berbagai pendekatan dakwah baik

13 Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2009) h. 5.

dakwah bil al- lisan, dakwah bi al-qalam (dakwah melalui tulisan, media cetak), maupun dahwah bi al-hal (dakwah dengan amal nyata, keteladanan) perlu dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan objek yang akan di dakwahi.14 Karna apabilla metode dan cara yang dipergunakan dalam menyampaikan materi dakwah tidak sesuai dan tidak pas, akan mengakibatkan hal yang tidak di harapakan.

Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam al-qur’an surah Al-Nahl ayat 125:















































Artinya: (serulah manusia ke jalan tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).15

Ayat ini menjelaskan, sekurang-kurangnya ada tiga cara atau metode dakwah dalam al-quran, yakni metode hikmah, metode mau’izhah dan metode mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang da’i atau da’iyah dimedan dakwahnya. Ketiga metode dakwah tersebut iyalah:

14 Samsul Munir, Amin Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) h.13.

15 QS. Al- Nahl (74) : 1-7.

1) Metode Al-Hikmah

Kata hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauanya sendiri, tidak merasa ada paksaan konflik, maupun rasa tertekan.16 Sebagaimana ketentuan Al-Quran sebagai berikut:















































Artinya: Bahwasanya engkau itu adalah yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.17

Menurut Sa’id Bin Ali Bin Wakif Al-Qahthani, bahwa Al- hikmah mempunyai arti sebagai berikut:

a. Secara Etimologi (Bahasa)

1. Adil, ilmu, sabar, kenabian, dan al-quran

2. Memperbaiaki (membuat menajadi baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan

3. Objek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal 4. Pengetahuan atau makrifat

16 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 98.

17 QS.Al-Ghasyiyah (88) : 21-22.

b. Secara Terminologi (Istilah)

Para ulama berbeda penafsiran mengenali kata al-hikamah, baik yang ada dalam al-qur’an maupun sunnah, antara lain:

1. Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan

2. Mengetahui yang benar dan mengamalakan (ilmu dan amal) 3. Wara’ dalm din (agama) Allah

4. Meletakakan sesuatu pada tempatnya

5. Menjawab dengan tegas dan tepat dan seterusnya.18

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al- hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Disamping itu juga Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan, teoritis dan praktis dalam berdakwah.

2) Metode Mau’izhah Hasanah

Mau’idzah hasanah yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenaan di hati, enak didengar menyentuh perasaan, lurus dipikiran menghindari sikap

18 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 99.

kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audien (mad’u) sehingga pihak objek dakwah terdorong untuk berbuat baik dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah (da’i). bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain.19

Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur nasehat atau petuah, bimbingan, pengajaran (pendidikan), kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (al- Basyir dan al-Nadzir), pesan-pesan positif (wasiyat), yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat.20

Jadi kesimpulan dari mau’idzah hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.

3) Metode Mujadalah atau Diskusi

Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang dari cara- cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah, manakala kedua cara terakhir yang

19 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 100.

20 M.Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2003) h.3.

digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari utusan sebelumnya. oleh karna itu, AI-Quran juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik, Allah berfirman :





















































Artinya: dan jangan kamu berdebat dengan ahli kitab (yahudi dan nasrani) melaikan dengan cara yang lebih baik. Kecuali dengan orang-orang zhalim diantara mereka.21

Dari ayat tersebut, kaum muslimin (terutama juru dakwah) dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab cara yang baik, sopan santun dan lemah lembut kecuali jika mereka telah memperlihatkan keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari batas kewajaran.

Metode ini muncul dalam bentuk:

a. As’ilah wa ajwibah (tanya jawab) dan b. Al- hiwar (diskusi).

21 Qs.Al- Al-‘Ankabut ( 29): 46.

Dokumen terkait