BAB IV PELAKSANAAN DAN UNSUR KEAGAMAAN
C. Unsur Keagamaan dalam Tepung Tawar
Sejarah mencatat bahwa kawasan Tanjung Pura adalah kawasan yang menjadi saksi bahwa kesultanan Melayu pernah berjaya dan besar disana, yang saat ini menjadikan Tanjung Pura sebagai tanah Melayu di Langkat, Sumatera Utara.77 Namun tidak bisa dilupakan bahwa sebelum Islam hadir dan menjadikan Melayu sebagai suku yang mayoritas penduduknya Muslim dan berciri khas syari’at Islam, kepercayaan Animisme dan Dinamisme78 serta kepercayaan agama Hindu telah lebih dulu berkembang dan memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat Sumatera.79
77Zainal Arifin AKA,Langkat Dalam Perjalanan Sejarah,(Medan : Mitra Medan,2016) h.1-10
78Berasal dari bahasa yunani yaitu dunamos yang berarti kekuatan, daya, kekuatan atau khasiat. Yaitu kepercayaan terhadap benda – benda disekitar manusia yang diyakini dapat memberikan kekuatan dan manfaat bagi manusia. (Ridwan Hasan.Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam Aceh.(artikel diakses )
79William Marsden,Sejarah Sumatera, Ter. Komunitas Bambu (Jakarta: Komunitas Bambu,2008) h.305
47
Terlebih pada kebiasaan dalam kehidupan masyarakat baik itu tradisi, adat istiadat, dan lain lain. Pengaruh nilai – nilai keagamaan ataupun kepercayaan pasti memberikan pengaruh kepada kebiasaan yang dilakukan masyarakat pada kelompok tertentu.
Seperti dijelaskan oleh Edward H. bahwa agama ataupun kepercayaan berada ditengah – tengah manusia sepanjang sejarah dan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari pribadi dan masyarakat itu sendiri, tidak ada agama dan tidak ada struktur masyarakat yang dapat dianggap terpisah keduanya adalah satu kesatuan.80
Begitu juga halnya dengan Tepung Tawar sebagai tradisi masyarakat Melayu di Tanjung Pura, Tepung Tawar memiliki unsur – unsur kepercayaan keagamaan di dalamnya. Baik itu dari segi pelaksanaan, alat dan bahan yang digunakan semuanya disusun sesuai dengan nilai – nilai keagamaan yang seiring dengan perkembangan zaman tradisi yang dipercaya adalah kebiasaan dari orang – orang terdahulu yang menganut kepercayaan Animisme serta Hindu ini hingga saat ini masih terus dilaksanakan dan menjadi ciri khas dari Melayu sebagai suku yang mayoritas penduduknya Muslim.
Adapun unsur – unsur keagamaan yang terkandung dalam Tepung Tawar adalah sebagai berikut :
1. Unsur Animisme
80Zakiyah Daradjat, dkk, Perbandingan Agama, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996 ), h.38
Animisme memiliki banyak pengertian, kata animisme berasal dari bahasa latin “anima” yang berarti roh”.81 Animisme adalah salah satu kepercayaan yang percaya terhadap roh ataupun makhluk halus, dimana kepercayaan jenis ini adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat terdahulu yang belum menerima ajaran yang berdasarkan pada agama (wahyu).82
Ciri dari masyarakat yang menganut paham ini adalah mereka yang selalu meminta permohonan dan pertolongan kepada roh – roh, baik itu dalam hal kesehatan, kesuksesan, keberhasilan dalam bercocok tanam, perlindungan dari mara bahaya, dan selamat dari perjalanan yang jauh.
Tepung Tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu pada saat ini adalah bentuk tradisi atau kebiasaan orang – orang terdahulu yang percaya bahwa pertolongan hanya didapat dari roh dan makhluk halus, dimana tujuan utama dari tepung tawar adalah sebagai sarana agar roh datang dan memberikan apa yang dimohonkan oleh mereka yang memegang kepercayaan Animisme.
Pedupaan atau yang dikenal dengan kemenyan oleh masyarakat Melayu Tanjung Pura pada zaman dahulu berfungsi sebagai alat untuk memanggil roh dan makhluk halus untuk
81Ridwan Hasan.Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam Aceh.(artikel diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 13.30 WIB) h.286
82Ridwan Hasan.Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam Aceh.(artikel diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 13.30 WIB) h.286
49
datang dalam acara tepung tawar dan mengabulkan permohonan yang dimohonkan oleh orang – orang terdahulu.83
Namun setelah ajaran Islam hadir kebiasaan menyalakan pedupaan dalam acara tepung tawar dihilangkan karena dianggap sebagai perbuatan syirik karena percaya kepada selain Allah swt.84 Sebagaimana dijelaskan dalam Al - Qur’an surah An Nisa ayat 116 bahwa Allah tidak akan mengampuni orang – orang yang menyekutukannya dengan apapun, dan mereka yang menyekutukan Allah adalah orang – orang yang tersesat. Masih banyak firman – firman Allah swt yang menjelaskan larangan memohon kepada selain Dia, hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa saat ini pedupaan dihilangkan karena dikhawatirkan akan menjadi perbuatan syirik.
Meskipun saat ini pedupaan dihilangkan beberapa kalangan masyarakat masih menggunakannya dengan alasan mempertahankan warisan budaya dan dilakukan sebagai seremoni saja.85
2. Unsur Kepercayaan Hindu
83Wawancara dengan Bapak Basyaruddin (56 tahun), seorang tokoh Agama Tanjung Pura, mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Tanjung Pura, 29/06/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
84Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin Aka (56 tahun), seorang sejarawan Langkat, mantan kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 21/05/2018 di Pangkalan Brandan.
85Tengku Luckman Sinar.Adat Perkawinan dan Tata Rias Pengantin Melayu.(Meda : Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu,2001) h.4
Pada alat dan bahan yang digunakan dalam acara tepung tawar didalamnya terdapat unsur dari kepercayaan agama Hindu.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pada pelaksanaan acara sembahyang umat Hindu terdapat tahapan yang harus dilakukan seperti, asuci laksana86, menyiapkan pakaian untuk sembahyang, pranayama atau mengatur pernafasan agar tetap tenang, membersihkan tempat sembahyang, pikiran yang suci, sikap duduk yang baik, membersihkan tangan dan mulut, dan menyiapkan bunga, kewangen dan dupa.87
Penggunaan bunga rampai dalam acara tepung tawar ini sama seperti dalam acara sembahyang umat Hindu walaupun bunga yang digunakan berbeda, dalam acara sembahyang umat Hindu. Umat Hindu juga percaya bahwa bunga adalah salah satu unsur terpenting sebagai sarana persembahyangan, bunga memiliki dua peran yaitu pertama sebagai simbol Tuhan (Dewa Siwa) dan yang kedua sebagai sarana persembahyangan. Bunga juga dipakai sebagai lambang kesucian hati di dalam memuja sang Hyang Widhi, para Dewa dan leluhur.88
Bunga juga dianggap penting bagi umat Hindu karena dipercaya bahwa bunga merupakan lambang restu Tuhan seperti
86Kegiatan membersihkan badan atau mandi sebelum melaksanakan proses sembahyang pada umat Hindu (Chairul Umam.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu. Skripsi,Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014) h.32
87Chairul Umam.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.(Skripsi, Fakultas Ushuliddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2014) h.32
88Chairul Umam.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.(Skripsi, Fakultas Ushuliddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2014) h.32
51
dalam kisah kakawin Ramayana89 pada saat itu para dewa di angkasa memberikan restu dengan menghujaninya dengan bunga yang wangi. Dalam kisah lain ketika Arjuna bertapa untuk mendapatkan panah pasopati untuk mengalahkan Korawa, Arjuna mendapat restu dari Dewa Siwa dengan menghujaninya dengan bunga yang dikenal dengan Puspa Warsa.90
Selain itu unsur agama Hindu yang juga terdapat dalam upacara tepung tawar adalah penggunaan pedupaan, dimana umat Hindu juga menggunakan dupa dalam acara sembahyangnya.
Tujuan dari dupa bagi umat Hindu adalah sebagai sarana untuk menghubungkan diri antara pemuja dengan yang dipuja yaitu para dewa.91 Hal ini memiliki kesamaan sebagai tujuan dari pedupaan pada tepung tawar pada masa sebelum Islam yaitu sebagai media untuk memanggil para roh agar hadir pada acara tepung tawar walaupun saat ini pedupaan sudah tidak digunakan lagi.
Pemakaian air yang terdapat dalam air perincis dalam tepung tawar juga digunakan dalam acara sembahyang umat Hindu yang merupakan sarana persembahyangan yang tidak kalah penting. Dalam upacara sembahyang air atau tirtha
89Kisah ketika sang Rama sebagai Awatara Wisnu berperang melawan Rahwana. Chairul Umam.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.(Skripsi, Fakultas Ushuliddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2014)
90Hujan bunga sebagai lambang dari Dewa Siwa (Hyang Widhi).(dwijaduh.blogspot.com. JAPA. I Gusti Made Sunartha,10Juli2018)diakses pada 5 Agustus 2018 pukul 09.33 wib
91Chairul Umam.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.(Skripsi, Fakultas Ushuliddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2014)
dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama air yang digunakan untuk membersihkan tangan dan mulut dan yang kedua adalah air yang dibuat oleh pendeta dengan puja.
Cara penggunaan air puja dengan dipercikkan pada kepala sebanyak 3 kali dan diiringi dengan mantra, selain itu air puja juga diminum dan diusapkan pada muka.92
3. Unsur Keislaman
Jika unsur – unsur agama Hindu terdapat pada alat dan bahan dalam tepung tawar, unsur ke Islaman dari tepung tawar terdapat pada proses pelaksanaan dalam tepung tawar. Islam mengajarkan untuk senantiasa mengingat Allah swt dalam keadaan apapun dan memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah swt.
Dalam pelaksanaan tepung tawar menanamkan kepada masyarakat agar melakukan permohonan hanya kepada Allah swt sebagai pencipta langit dan bumi, serta mengharapkan syafa’at Nabi saw. Dimana dijelaskan dalam firman Allah swt dalam Al- Qur’an surah Al-Fatihah ayat 5 yang artinya93 :
“hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami (ber isti’anah) memohon pertolongan”
Bahwa umat Islam diperintahkan untuk beristi’anah dan istighatsah, yaitu meminta pertolongan dan dukungan dalam
92Chairul Umam, Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu, (Skripsi, Fakultas Ushuliddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2014)
93 Al-Qur’an Surah Al-Fatihah ayat 5
53
segala urusan dan meminta dihilangkan segala musibah dan kesulitan hanya kepada Allah swt. Hal ini ditanamkan dalam upacara tepung tawar dimana permohonan dan pertolongan ditujukan hanya kepada Allah swt, alat dan bahan yang digunakan serta pelaksanaan adalah simbolisasi dari mempertahankan budaya. Walaupun bahan – bahan yang digunakan memiliki makna – makna khusus itu hanya sebagai makna simbolik dari bahan – bahan tersebut sesuai dengan sifat dari tumbuhan itu sendiri, dimana semuanya adalah ciptaan dari yang Maha Kuasa dan diharapkan orang yang diberikan tepung tawar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan makna simbolik dari alat dan bahan tersebut. Dalam surah lainnya Allah memberikan larangan untuk memohon pertolongan selain kepadanya, adapun ayat yang menjelaskan larangan tersebut adalah surah Yunus ayat 106 yang artinya94 :
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang – orang zalim.”
Pelaksanaan tepung tawar juga diajarkan untuk memulai dengan mengucapkan lafaz basmalah ketika penepung tawar ingin menaburkan ramuan penabur kepada objek yang akan
94 Al-Qur’an Surah Yunus ayat 106
ditepung tawari. Seperti dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda yang artinya95 :
“setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim, maka amalannya terputus (tidak sempurna, sedikit berkahnya)”.
Jelas dalam hadis di atas dijelaskan bahwa memulai sebuah kegiatan dengan lafas basmalah adalah sesuai dengan ajaran agama Islam yang menjadi perintah bagi umat muslim.
Kebiasaan ini yang kemudian menjadi kebiasaan baik yang diteruskan, artinya tepung tawar juga memberikan sumbangan pengajaran nilai ke Islaman di dalamnya bukan sekedar tradisi tanpa makna dan sia – sia.
95Samsudin Muhammad bin Muhammad AlKhatib Assarbini, Mugni Al-Muhtaj Ila Ma’rifat Ma’ani Alfaz Al-Minhaz, (Lebanon : Dar Alkotob Al Ilmiyas,2009) h.29
55 BAB V
DAMPAK TEPUNG TAWAR TERHADAP NILAI – NILAI PANDANGAN HIDUP MELAYU LANGKAT
Pada masyarakat Melayu Langkat khususnya mereka yang tinggal dan menetap di Tanjung Pura nilai – nilai pandangan hidup masyarakat Melayu diambil dari kebiasaan dan Adat Istiadat yang melekat dengan kehidupan sehari – hari.
Berdasarkan identitasnya yang disebut dengan melayu adalah beradat resam melayu serta beragama Islam, yang tidak terikat faktor geneologis (hubungan darah) namun dipersatukan oleh faktor culture (budaya).96
Hal ini membuktikan bahwa nilai – nilai pandangan hidup masyarakat Melayu Langkat adalah cerminan dari budaya yang terus dijaga dan dilestarikan. Tepung Tawar sebagai kebiasaan dan tradisi yang tidak pernah ditinggalkan disetiap acara adat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan oleh masyarakat Melayu yang tinggal di Tanjung Pura mempunyai pengaruh terhadap beberapa nilai – nilai pandangan hidup Melayu Langkat.
Berikut pengaruh Tepung Tawar terhadap nilai – nilai pandangan hidup masyarakat Melayu Langkat, Tanjung Pura : A. Nilai Agama dan Moral
Islam adalah sebuah agama yang rasional, universal, dan sesuai dengan kebutuhan segala zaman. Islam bersifat rasional
96Zainal Arifin AKA, Adat Budaya Resam Melayu Langkat, (Medan:Mitra,2009) h.13
karena hampir seluruh konsep dan ajarannya tidak banyak bertentangan dengan konsep dan pemikiran manusia secara umum, Islam dikatakan universal karena hampir seluruh manusia di belahan bumi menganut ajaran ini dan hal yang paling istimewa adalah ajaran yang sempurna ini bahkan mengatur segala sendi kehidupan manusia sampai hal – hal yang terkecil.97
Islam mengajarkan kepada hambanya untuk senantiasa taat pada syari’at, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya:
“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang – orang yang tidak mengetahui.” (QS Al- Jatsiyah :18).98
Dalam tradisi Tepung Tawar Melayu Langkat, mengajarkan dan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat Melayu agar senantiasa menyerahkan segala permohonan dan perlindungan hanya kepada Allah swt, hal ini dibuktikan dengan mengawali acara dengan mengucapkan lafaz basmalah. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda yang artinya99 :
“setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim, maka amalannya terputus (tidak sempurna, sedikit berkahnya)”
97Dr. Muhammad AR, Bunga Rampai Budaya, Sosial, dan Keislaman, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media,2016) h.11
98Dr. Muhammad AR, Bunga Rampai Budaya, Sosial, dan Keislaman, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media,2016) h.11
99Samsudin Muhammad bin Muhammad AlKhatib Assarbini, Mugni Al-Muhtaj Ila Ma’rifat Ma’ani Alfaz Al-Minhaz, (Lebanon : Dar Alkotob Al Ilmiyas,2009) h.29
(HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar- Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya).
Adapun pengucapan lafaz basmalah dilakukan ketika mengawali iringan barzanzi dan marhaban pada acara tepung tawar. Sebelum pembacaan barzanzi dimulai diawali dengan pembacaan ta’awuz dan basmalah (A’udzu billahi minassyaitanirrajim, Bismillahirrahmanirrahim). Isi dari barzanzi sendiri adalah puji – pujian kepada Rasulullah saw, dan marhaban sendiri adalah syair yang berisi ungkapan kebahagian menyambut hal – hal baik yang datang.
Penanaman kebiasaan kecil ini yang kemudian membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Melayu khususnya di Tanjung Pura yang mayoritas adalah muslim menjadi hal yang sangat baik untuk terus dilaksanakan dan dibudayakan kepada generasi – generasi penerus agar mengamalkan hal baik dalam kehidupan sehari – hari sesuai dengan perintah Allah swt.
Pada proses pelaksanaan Tepung Tawar ketika penepung tawar menaburkan bunga rampai, bertih dan beras kuning diiringi dengan bacaan sholawat atas Nabi untuk memohon syafa’atnya di hari kiamat kelak, serta memohonkan do’a – do’a baik kepada Allah swt agar senantiasa memberikan permohonan dan perlindungan kepada hambanya.
Bacaan sholawat dibaca ketika penepung tawar menaburkan ramuan penabur yang terdiri dari bunga rampai yang ditaburkan kepada penerima tepung tawar, sembari menaburkan ramuan penabur penepung tawar membaca sholawat (Allahumma
sholli’Ala sayyidiinaa Muhammad wa’ala ali sayyidiinaa Muhammad).
Segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah, maka dari itu kita hanya boleh bergantung hanya kepada-Nya, hal ini dijelaskan dalam firmanya yang berarti :
“hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”(QS Al- Fatihah ayat 5).
Selain itu dijelaskan juga dalam firman Allah swt dalam Al- Qur’an surah Yunus ayat 106 yang artinya:
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang – orang zalim.”
Bahwa satu – satunya penguasa di bumi adalah Allah yang wajib untuk disembah dan tempat untuk memohon segala do’a. Tepung tawar menanamkan nilai – nilai syari’at di dalamnya agar masyarakat Melayu senantiasa mengamalkan ajaran agama disetiap aspek kehidupan, karena kegiatan tradisi dan adat istiadat pasti akan selalu dilaksanakan, dikerjakan dan diturunkan sehingga generasi penerus kelak akan tetap berada di jalan yang benar atau sesuai dengan syari’at Islam.
Masyarakat Melayu memiliki 7 jati diri yang menggambarkan kepribadian dari suku Melayu100, yaitu :
1. Orang Melayu beragama Islam dan Suka beribadah 2. Orang Melayu sopan berkata dan santun bergaya 3. Orang Melayu mementingkan penegakan hukum 4. Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan Ilmu 5. Orang Melayu patuh pada musyawarah dan mufakat 6. Orang Melayu mengutamakan budaya
7. Orang Melayu ramah dan terbuka.
Poin ke 1 dan ke 6 adalah bukti bahwa masyarakat melayu selain membudayakan budaya juga menyelaraskannya budaya dan setiap kebiasaan masyarakat Melayu sesuai dengan syari’at agar perbuatan yang dilakukan tidak sia – sia dan tetap mendapat berkah dari Allah swt. Pengaruh dari nilai keislaman yang ditanamkan lewat tepung tawar menjadikan masyarakat Melayu di Tanjung Pura lebih agamais dan lebih taat kepada Allah swt, pemuda – pemuda dan anak – anak masih terlihat ramai memenuhi masjid –masjid untuk sholat berjama’ah dan pergi ke madrasah pada sore hari untuk mengaji.
Pada tradis Tepung Tawar juga diajarkan untuk memiliki sopan santun dan etika, seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam proses pelaksanaan tepung tawar selalu didahulukan yang lebih tua baru kemudian diikuti dengan yang lebih muda.
Penanaman nilai yang terlihat sepele ini memiliki dampak yang cukup besar bagi orang – orang Melayu. Orang Melayu di
100Zainal Arifin AKA, Adat Budaya Resam Melayu Langkat, (Medan:Mitra,2009) h.13-15
Tanjung Pura terkenal dengan etika sopan santun kepada orang tua yang amat sangat kental. Seperti dijelaskan dalam hadis dari
‘Ubadah bin Shamit r.a. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:
“bukan termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi anak muda, dan tidak mengetahui haknya orang ‘alim kami (tidak memuliakan ulama)”.101
Zaman yang semakin canggih seperti sekarang ini memiliki pengaruh besar terhadap manusia khususnya mereka generasi – generasi penerus, masyarakat Melayu membentengi diri dengan pendidikan dan nilai – nilai ke Islaman yang tinggi dan tidak lupa lingkungan yang baik juga menjadi pengaruh terhadap akhlak para generasi muda. Tepung tawar juga menjadi media yang baik sebagai bahan pengajaran etika yang baik dengan memuliakan dan mendahulukan orang yang lebih tua.
Seperti yang dijelaskan Hamidah, bahwa bagi generasi yang akan datang, pendidikan moral tidak hanya diberikan di dalam kelas melainkan juga harus diajarkan di luar kelas lewat pengenalan adat dan tradisi yang memuat nilai – nilai moral yang berguna bagi pendidikan dan pembentukan kepribadian generasi yang akan datang.102
101Mustafa Sayani dan Muzakkir Aris, Hadits –hadits Pilihan, Dalil – Dalil Enam Sifat Para Sahabat, (Bandung : Pustaka Ramadhan,2004) h.35
102Hamidah, M.Pd, Pengajaran Moral Dalam Budaya Tepung Tawar Melayu Sumatera Utara, (Forum Paedagogik Edisi Khusus Juli-Desember 2014) h.76
Adapun nilai – nilai pengajaran moral tidak hanya terdapat pada pelaksanaan tepung tawar tetapi juga ditanamkan lewat makna simbolik dalam ramuan yang digunakan pada tepung tawar. Tepung tawar merupakan alat simbolik dalam adat budaya Melayu, dimana dia bersifat sebagai do’a dan di dalamnya juga terkandung pelajaran moral yaitu kedamaian, keharmonisan, kemandirian, keuletan, kekokohan, keihklasan dan lain –lain.103
Kedamaian dilambangkan oleh daun sedingin yang berbatang tebal dan mengandung lendir yang bersifat dingin, dimana lewat acara tepung tawar penepung tawar dan yang menerima tepung tawar mendapatkan kedamaian hati dan fikiran karena menyerahkan segalanya kepada Allah swt.
Keharmonisan dilambangkan oleh bunga rampai yang menggambarkan bahwa sekalipun terdiri dari bunga yang berbeda – beda harumnya senada seolah saling melengkapi satu sama lainnya. Bukti bahwa hal ini terpatri dalam diri orang Melayu adalah masyarakat yang bersuku Melayu di Tanjung Pura walaupun tergolong kelompok mayoritas baik sesama suku dan kepada suku selain Melayu dapat hidup rukun dan damai, tidak menjatuhkan satu sama lain.
Kemandirian digambarkan lewat sifat bertih yang berasal dari padi atau jagung yang digoreng tanpa minyak tetapi tetap bisa mengembang, masyarakat Melayu terbiasa untuk tidak
103Hamidah, M.Pd, Pengajaran Moral Dalam Budaya Tepung Tawar Melayu Sumatera Utara, (Forum Paedagogik Edisi Khusus Juli-Desember 2014) h.52
merepotkan orang lain selagi sesuatu itu dapat diselesaikan sendiri, mereka lebih senang menolong dari pada merepotkan.
Keuletan dilambangkan lewat beras kuning, yang berasal dari beras putih biasa kemudian dicampur hingga menjadi kuning ini menggambarkan bahwa jika sesuatu dikerjakan dengan sungguh – sungguh maka tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.
Adapun keihklasan dilambangkan lewat air putih yang bersih dalam ramuan perinjis, dimana diharapkan hati kita senantiasa bersih seperti air, ikhlas dalam hal apapun karena kodratnya segala yang kita miliki adalah milik Allah swt.
Tepung tawar memiliki pengaruh besar terhadap keagamaan dan moral orang Melayu di Tanjung Pura, mereka hidup dengan penuh kasih sayang, saling menghormati, rukun,baik dengan sesame suku Melayu dan suku lainnya yang hidup berdampingan dengan masyarakat Melayu.
B. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh budaya dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.104
Dalam masyarakat Melayu, menurut Tengku Lah Husny adat mempunyai peranan besar terhadap kegiatan tata cara hidup masyarakat, menurut sejarah dan kenyataan adat mempunyai pengaruh dominan terhadap seperangkat aspek kehidupan
104http://www.yuksinau.id. Nilai Sosial (Pengertian,Ciri – ciri, Sumber dan Fungsi).diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 11.49 WIB