BAB VI PENUTUP
B. Saran
Tradisi adalah bagian dari kekayaan yang kita miliki dan poin penting yang harus selalu dijaga dan dilestarikan, penulis berharap generasi – generasi penerus terkhusus mereka yang bersuku Melayu lebih memahami bagaimana sejarah dan pelaksanaan tepung tawar sebagai tradisi yang harus tetap dijaga dan dilaksanakan sebagai warisan yang berharga bagi suku Melayu di Sumatera Utara.
Penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi motivasi penelitan selanjutnya terkait tepung tawar di segala aspek kehidupan masyarakat Melayu di Sumatera Utara, agar banyak bahan bacaan yang dapat dijadikan sumber informasi kepada generasi – generasi penerus agar lebih kenal dan paham akan budayanya.
75
Daftar Pustaka Sumber Buku
Aka, Zainal Arifin.2010.Kamus Bahasa Melayu 2500 Kata.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2010.Langkat Dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan. Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2012. Adat Budaya Resam Melayu Langkat.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Langkat Dalam Perjalanan Sejarah.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Seni Budaya Melayu. Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Khasanah Pantun Melayu : 750 Pantun.
Sanggar Seni Pusaka Aru Teater Garis Lurus Langkat (koleksi pribadi).
Aka, Zainal Arifin.2016. Kumpulan Pantun Melayu. Medan:
Koleksi Pribadi
Al-Hadi, S. A.1980. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.
Alimanda.1980.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.Jakarta : Rajawali Press.
Arifin, Tajul. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh Aplikasi. Bandung : Pustaka Setia.
As, Burhan.1990. Kisah Puteri Hijau. Medan: Badan Pengembangan Perpustakaan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.
Abdurrahman, Dudung.1999.Metode Penelitian Sejarah.Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu.
Basyarsyah, Tengku Luckman Sinar.2005. Adat Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian. Medan: FORKALA.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.2017.Kecamatan Tanjung Pura Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat : 2017.
Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Gramedia.
Darajat, Zakiyah, dkk.1996.Perbandingan Agama 2.Jakarta : Bumi Aksara
Farizal Nasution, A. B. 2014. Budaya Melayu. Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Gusti, O K.1971.Pokok –pokok Acara Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur.Medan : Tidak ada Penerbit
Husin, Djohar Arifin.2013.Sejarah Kesultanan Langkat.Medan : Yayasan Bangun Langkat Sejahtera
Marsden, William.2013.Sejarah Sumatera.Jakarta : Komunitas Bambu.
Nasution, Farizal.2012.Upacara Adat Melayu di Sumatera Utara.Medan : Mitra Medan
Peursen, Van.1988.Strategi Kebudayaan. Yogyakarta : KANISIUS
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.1976- 1977.Sejarah Daerah Sumatera Utara. Medan
Pujileksono, Sugeng.2015.Pengantar Antropologi : memahami realitas budaya.Malang : Intrans Publishing
77
Sayani, Mustafa & Muzakkir Aris.2004.Hadits – Hadits Pilihan, Dalil Dalil Enam Sifat Para Sahabat. Bandung : Pustaka Ramadhan.
Sinar, Tuanku Luckman.2001.Adat Perkawinan dan Tata Rias Pengantin Melayu.Medan : Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Melayu.
Sjah, O.K Moehad.2012.Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Medan : USU Press.
Sjamsuddin, Helius. 2016. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Widagdio, Djoko.1994.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta : Bumi Aksara
Zuhdi, Sulaiman.2014.Langkat Dalam Kilatan Selintan Jejak Sejarah dan Peradaban. Stabat Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Langkat.
Sumber Skripsi
Amri, Hulul.Eksistensi Tepuk Tepung Tawar Dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga.Skripsi. Tanjung Pinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.2016
Islami, Intan Permata.Nilai – nilai Islam Dalam Upacara Adat Perkawinan Etnik Gayo (Kabupaten Aceh Tengah).Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2018
Kristanto, Veryan.Chinese Culture Center di Yogyakarta.Skripsi.
Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.2011 Lestari, Rani.Kampung Babussalam di Tanjung Pura Langkat
Sumatera Utara.Skripsi, Yogyakarta : Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta.2016
Saadah.Makna Simbolik Dalam Tari Blenggo di Ciganjur.Skripsi.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2018
Umam, Chairul.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2014
Widyastuti.Tradisi Langkahan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di Dusun Ngringin, Desa Jatipurwo, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah).Skripsi.Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.2011
Sumber Jurnal
Damanik, Ramlan. 2002. Fungsi dan Peranan Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Deli.Digital Librari USU.
Hamidah. 2014. Nilai – Nilai Moral Dalam Adat Perkawinan Melayu Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Tazkir, Vol.9 No. 1.
Mega Fitriani Handayani Nasution, D. W. 2014. Pelestrarian Kawasan Tanjung Pura Sebagai Aset Wisata di Kabupaten Langkat. Jurnal RUAS, Vol 12 No.2.
Pratikto, Adji. 2012. Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Perekonomian. Jurnal Studi Ekonomi Atma Jaya, Vol.17 No.2.
Royyani, Mohammad Fathi. 2014. Tepung Tawar :Keanekaragaman Hayati dan Jejak Budaya di Pegunungan Meratus. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.10 No.2. (media.neliti.com).
79
Sumber Web
https://www.langkatkab.go.id. Iklim dan Wilayah Pemerintah Kabupaten Langkat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat 2014).Diakses pada tanggal 22 Mei 2018 pukul 11.15 WIB.
Hasan,Ridwan.2012.Kepercayaan Animisme dan Dinamisme
Dalam Masyarakat Aceh.
https://www.download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 13.03 WIB.
http://file.upi.edu/Direktorat/FIP/JUR._PSIKOLOGI/1950090119 81032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf.
Interaksi Sosial. Diakses pada tanggal 11 September 2018 pukul 13.12 WIB.
https://goo.gl/images/H1ihTT . Berita Sumut, Sejarah Kabupaten Langkat. Porta Berita Sumut. 2015, Diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 pukul 12.42 WIB.
www.riaudailyphoto.com/2011/12/prosesi-adat-perkawinan- melayu-riau.html?m=1. Prosesi Adat Perkawinan Melayu Riau. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 15.29 WIB.
https://tanjungbalaiwatch.wordpress.com//2011/10/14/tepung- tawar-upah-upah/. Tanjung Balai Watch, Tepung Tawar dan Upah - upah. Diakses pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 21.22 WIB.
https://kbbi.web.id/tradisi.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 20.51 WIB.
Sumber Wawancara
Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin Aka (56 tahun), seorang sejarawan Langkat, mantan kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 21/05/2018 di Pangkalan Brandan.
Wawancara dengan Bapak Basyaruddin (56 tahun), seorang tokoh Agama Tanjung Pura, mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Tanjung Pura, 29/06/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang Staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 03/06/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Ibu Lisnawati (45 tahun) seorang Penyedia Jasa Alat dan Bahan Tepung Tawar, 06/08/2018 di Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Bapak Gempar S. (68 tahun) seorang penjual bunga dan perlengkapan Tepung Tawar, 09/08/2018 di Stabat, Kab. Langkat.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
83
Gsmbar 1. Bacaan Barzanji
(Sumber: Majmu’ah, Jakarta: Darul Hikmah (tidak ada tahun terbit))
85
Gambar 2. Bacaan Marhaban
(Sumber: Barzanji Terjemahan Indonesia,Medan: Sumber Ilmu Jaya,1991)
Gambar 3. Bacaan Do’a Penutup Barzanzi dan Marhaban (Sumber: Majmu’ah, Jakarta: Darul Hikmah (tidak ada tahun
terbit))
87
89
Gambar 4. Daun Silinjuhan (cordyline fruticosa l.a. cheva) (Sumber: http://tanaman--herbal.blogspot.com/2015/03/manfaat-
tanaman-andong-cordyline.html?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 17.47 WIB)
Gambar 5. Daun Ganda Rusa (justicia gendarussa) (Sumber: http://www.tanobat.com/gandarusa-ciri-ciri-tanaman-
serta-khasiat-dan-manfaatnya.html, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 17.51 WIB)
Gambar 6. Daun Sepenuh (eurycles ambourensis)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 7. Daun Jejurun (starcytarpheta folia)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
91
Gambar 8. Daun Sedingin (kalanchoe pinnata)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 9. Daun Sipulut (urena lobata l.)
(Sumber: http://tipspetani.blogspot.com/2016/11/peranan-pohon- dadap-sebagai-penaung.html?m=1, Diakses pada tanggal 22
Oktober 2018 pukul 18.33 WIB)
Gambar 10. Daun Sambau (eleusine indica)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 11. Ramuan penabur dan ramuan perinjis
93
Gambar 12. Tepung Tawar dalam acara Khitanan
Gambar 13. Tepung Tawar dalam acara pernikahan Melayu
Gambar 14. Tepung Tawar dalam acara malam berinai
(Sumber: www.riaudailyphoto.com/2011/12/prosesi-adat-perkawinan-melayu- riau.html?m=1, Diakses pada tanggal 18 Agustus pukul 15.29 WIB)
Gambar 15. Tepung Tawar dalam acara menabalkan nama
95
Gambar 16. Tepung Tawar sebelum berangkat Haji
Gambar 17. Tepung Tawar sebelum berangkat Umroh (Sumber: https://tanjungbalaiwatch.wordpress.com//2011/10/14/tepung- tawar-upah-upah/.Diakses pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 21.22 WIB)
Gambar 18. Tempat penjual bunga tepung tawar
Gambar 19. Tampak salah satu penjual bunga tepung tawar
97
Gambar 20. Salah satu pembeli bunga dengan penjual bunga
99
Hasil Wawancara
Narasumber : Zainal Arifin Aka Waktu : 21 Mei 2018
Tempat : Jln. Pangkalan Brandan Jabatan : Tokoh Adat Melayu Langkat
Tanya : Bagaimana Melayu datang ke Tanjung Pura untuk yang pertama kali ?
Jawab : “Untuk Melayu datang ke Tanjung Pura kita tidak tau pasti kapan, karena sudah berkembang, karena kalau kita mengambil sejarahnya melayu itu kan dari India belakang iya kan. Di daerah Tibet kawasan Nepal kan begitu, (ehem) mereka berada di kaki gunung Himalaya, jadi ee apa namanya mereka ketika antara tahun 2500 – 1500 SM. Jadi mereka itu apa namanya ee, ketika itu kan banyak meletus gunung – gunung yang ada di Himalaya sementara mereka di kaki gunung himalayakan, anak – anak gunung Himalaya. Nah itu mereka (cikal bakal melayu) terganggu, kemudian datangnya pasukan Yunani tentara Yunani yang ingin menguasai daratan India, jadi kadang – kadang melintas perang segala macam seakan – akan kehidupan mereka jadi terganggu. Maka dari situ mereka sudah eksodus meninggalkan daratan itu daratan malay, pada mula kan nama perkampungannya kan meleyen. Tentara – tentara Yunani menyebut mereka itu suku moloy. Jadi mereka itu kan sudah apa namanya berbudaya sudah pandai bikin perahu segala macam, jadi berangkatlah mereka berperahu, nah yang berperahu ini lah
yang mampir di pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan, ee Sulawesi sebagian, kemudian apanamanya kepulauan Filiphin sebagiannya, semenanjung Malaysia. Nah mereka yang berjalan kaki yang berkuda, yang ber apa namanya ber gajah dan sebagainya itulah mereka mampir akhirnya menjadi masyarakat Thailand, Kamboja, ee Vietnam, Myanmar dan sebagainya.
Maka dikatakan Asia Tenggara ini adalah ber etnis Melayu ya itu, jadi dalam perkembangannya kita ga tau kapan pasti tahunnya, semenjak itu kan mulai berkembang pindah kesana mengisi sana mengisi dimana tempat yang aman mereka tinggal berkembanglah akhirnya terjadi perkawinan beranak cucu dan sebagainyakan, berkembang ini kan berpuak – puak ini. Akhirnya sebahagian ada yang disana disini dan sebagainya dan akhirnya sampailah ke Tanjung Pura, kita ga tau pasti ke Tanjung Pura itu kapan mereka masuk ya ga tau pasti. Tapi setelah berkembang itulah mereka masuk, apalagi Tanjung Pura ini kan termasuk pinggiran ya jadi termasuk apa ya namanya ya pinggiran pantai la, Babalan ini pinggiran pantai. Jadi orang – orang pendatang itu selalu pantai dulu kan, baru ke gunung. Maka itu orang – orang gunung itu Karo la itu katakana, itu sebenarnya dikatakan suku Melayu, Melayu Tua termasuk Batak dan sebagainya. Jadi Abad ke 7 ketika Islam masuk, yang mana pada awalnya mereka kan belum beragama, dimana sebagian hindu dan kemudian kepercayaan animism dan sebagainya, jadi ketika agama masuk, Islam masuk secara menyeluruh orang – orang pantai ini menerima dan memeluk Islam, sebagian mereka yang orang – orang Melayu Tua yang tidak mau memeluk agama Islam mereka
101
lari ke gunung itulah orang Karo atau orang Batak dan sebagainya la. Nah dimana bukti bahwa mereka dulu adalah orang – orang Hindu adalah pada 30 tahun yang lalu masih ditemukan candi – candi di daerah Karo yang membuktikan bahwa mereka adalah penganut Hindu. Nah inilah yang bisa disebut dengan perkembangannya. Untuk Tanjung Pura itu abad 16 kotanya sudah ada, nama kotanya kota Pati nah pada abad 17 barulah berubah menjadi nama Tanjung Pura.
Tanya : Kalau makna tradisi Tepung Tawar sebelum adanya Islam ?
Jawab : Kalau untuk Tepung Tawar sendiri memang peninggalan dari Hindu, Tepung Tawar, Inai yakan gitu, dulu Tepung Tawar itu kan apa namanya ee asalnya itu ada bertih, ada beras kuning, beras putih, dan sebagainya ada inai kemudian ada namanya ini bedak sejuk, itu ya bedak putih dan sebagainya. Nah belakangan timbul suatu protes, dikatakan bahwa Tepung Tawar itu adalah bid’ah, dikatakan mubadzir timbulah ini itu dan sebagainya. Jadi kalau saya tetap bertahan, biarkan lah orang katakana bid’ah biar katakan mubadzir dan sebagainya. Tapi saya bertahan kepada sisi adat, itu Tepung Tawar jika sudah kita gunakan itu bukan dibuang, oleh si tuan rumah ini dikumpulkan lagi atau masyarakat yang tau dia minta izin dia kumpulkan lagi ya kumpulkan lagi itu bunga – bungaan, itu kan ada pandan apa namanya apa bunga rampai ya itu disiramkan ke pohon ke tanaman nah ini yang dikasinya juga kebinatang malah binatangnya sehat dan gemuk, ga kena penyakit dan yang disiramkan ketumbuhan itu tumbuh subur, nah ini jadi saya secara logika pernah meneliti itu, kenapa
dikasi ini ayam jadi sehat kemudian kepada ini kok tumbuhan subur kan gitu.
Itu pernah saya teliti, jadi salah satunya itukan Tepung Tawar itu do’a jadi sisa do’a la itu kira – kira terkena kepada tumbuhan dan sebagainya. Ke dua kenapa ayam menjadi sehat rupanya bertih itu dengan beras kuning, kuningnya itu kunyit itu merupakan obat bagi ayam kan itu kan apanya, makanya ayam sehat dan sebagainya itu kira – kira apanya ya. Apa tadi pertanyaannya ya ? Tanya : Makna Tepung Tawar bagi penganut Hindu Budha dulu ini apa ya pak ?
Jawab : Maknanya juga suatu do’a juga, do’a menurut mereka.
Tapi setelah islam masuk baru kita selaraskan kepada do’a menurut Islam.
Tanya : Berarti sama – sama memiliki makna untuk do’a selamat ya pak ?
Jawab : iya untuk do’a selamat itu aja tujuannya, sedangkan inai memiliki manfaat untuk menghambat masuknya gangguan – gangguan jin, setan, ibliskan. Tapi sekarang tujuannya itu juga sebagai pelindung diri (tepung tawar) kepada Allah dimana Tepung Tawar ini sebagai perantara.
Tanya : Kalau untuk pelaksanaannya pak, apakah ada perbedaan disetiap acara adatnya, seperti di pernikahan, khitanan, apakah ada perbedaan pelaksanaan ?
Jawab : ada perbedaan, misalnya kalau orang khitan kalau orang apa namanya ee pesta perkawinan , begitu juga orang berangkat haji ada yg tidak sama misalnya orang turun bibit itu pakai tepung tawar juga tapi pelaksanaannya tidak pakai ini penabur,
103
tapi pakai pemercik, maka dalam turun bibit itu air yang dicampur jeruk purut itu dibuat lebih banyak dari pada pemercik yang ada di acara lainnya. airnya itu kan jeruk campur itu jadikan mudah – mudahan dipercik itu kena dengan bibit lalu basah diharapkan dengan itu bibit menjadi subur.
Tanya : kalau Tepung Tawar menabalkan anak ?
Jawab : aa sama, hanya itu saja yang beda (Tepung Tawar membuka lahan / turun bibit), kemudian tepung tawar apa, kawasan hutan, misalnya ada budaya Melayu mengatakan ngereba atau yang sedang mencari pekerjaan, biasanya bertani maka dicarilah tanah, tanah itu di apanamanya itu hutan itu di bersihkan, jadi untuk buka hutan itu dikatakan dalam Melayu itu Ngerebah asal katanya mereba atau merebahkan pohon – pohon , rumput – rumput kan gitu kan merebah – merebah. Itu memang sebelum apanamanya sebelum hutan itu di rebahkan, itu pinggirnya dipagari itu tadi tapi tidak pakai bunga – bungaan tapi hanya airnya aja air percikan sambil jalan keliling sambil baca sholawat.
Tanya : untuk alat dan bahan apakah ada perbedaan dengan masa Hindu dan setelah Islam datang ?
Jawab : kalau pada masa dulu beras pakai, beras kuning , beras putih, bertih juga pakai tapi tidak pakai air jeruk purut dan 7 macam daun tetapi langsung memercik menggunakan tangan saja.
Tanya : apakah orang melayu punya nilai – nilai pandangan hidup yang dijadikan pegangan pak ?
Jawab : di Melayu itu kan ada Sembilan jati diri Melayu itu lah yang menjadi gambaran dari jati diri masyarakat Melayu. Bisa dilihat di buku yang sudah saya tulis.
Tanya : apakah Tepung Tawar sebagai ikon penting Melayu memiliki pengaruh terhadap perumusan Sembilan Jati Diri Melayu ini pak ?
Jawab : Tentu ada pengaruhnya, karena adanya perkembangan secara psikologi dan kejiwaan.
105
Hasil Wawancara
Narasumber : Basyaruddin Waktu : 24 Mei 2018
Tempat : Jln. Medan – Tg. Pura
Jabatan : Ketua MUI Kecamatan Tanjung Pura
Tanya : Apa makna Tepung Tawar sebelum dan sesudah Islam datang ?
Jawab : kalau untuk makna sebenarnya tidak ada perbedaan karena hakikatnya tepung tawar adalah sebagai permohonan do’a selamat kepada Allah swt, kalau dulu untuk permohonan kepada dewa – dewa atau sejenisnya
Tanya : kalau untuk alat dan bahan dari dulu sampai saat ini apa ada perbedaan ?
Jawab : kalau dulu itu pakai beras, pakai bunga atau bertih, seperti yang kita tau sebenarnya dulu tepung tawar itu masa kepercayaan sebelum Islam menggunakan kemenyan yang sebenarnya itu berasal dari getah kayu, yang fungsinya untuk memanggil ruh, ini kepercayaan animisme ya sebelum Islam yang tujuannya agar ruh itu datang dan memberikan keberkahan.
Kemudian mucul lah sesudah adanya Islam, ee saya awali Islam kan masuk dan datang itu menyebarkan agama dan untuk memberi pengaruh kepada orang yang bukan Islam, misalnya ada ulama atau wali songo segala macem itu tugasnya memberi pengaruh, seperti dulu ada kepercayaan animism – animism itu supaya percaya kepada Islam, jadi contohnya begini ada ruh
dikatakan tadi kemenyan itu dengan wanginya menjemput ruh, kan sampai sekarang orang percaya itu, tapi dalam Islam sebenarnya wangi – wangi itu dianjurkan, sunnah hukumnya ya asal tidak menggunakan yang haram. Nah wangi – wangian itu untuk supaya malaikat hadir di tengah – tengah kita begitulah kira – kira. Jadi tepung tawar ini , dalam adat melayu suatu do’a tapi itu do’a perbuatan dimana dalam tepung tawar menggunakan bahan – bahan yang memiliki khasiat dan makna yang diharap membawa kepada keberkahan.
Dan bahan yang digunakan itu nantinya tidak dibuang melainkan diberikan kepada hewan dan di sebar kepada tanaman sehingga tidak mubazir. Jangan difikir bahwa tepung tawar itu hanya mainan saja, tidak. Tepung tawar disetiap alat dan bahan itu ada harapan dan do’a untuk orang yang diberi tepung tawar. Seperti dalam pernikahan tepung tawar diselipkan do’a semoga pasamgan ini bahagia dan segala macem, yang ditujukan kepada Allah swt, dan diiringi dengan sholawat, jadi tidak ada sia – sianya tepung tawar ini. Seperti suku – suku lainnya pasti punya tradisi masing – masing begitu juga kita sebagai orang Melayu untuk terus mempertahankan tradisi, rasanya tidak lengkap jika tepung tawar tidak dilaksanakan.
Tanya : Kalau untuk pelaksanaan apakah ada perbedaan dari dulu sampai saat ini ?
Jawab : sebenarnya kita melayu ini hanya melanjutkan apa yang sudah ada, tapi kalau ada yang tidak bagus dibuang, ee kalau kita ke animism pula memohon di depan pohon sampai memberi penawar itu yang kita tinggalkan. Begitulah Islam mengatur
107
sebagaimana yang diketahui Melayu itu identic dengan Islam.
seperti kemenyan saat ini sudah tidak dipakai lagi karena nanti jatuhnya untuk memanggil arwah dan syirik makanya itu ditinggalkan.
Tanya : digunakan disetiap acara apa saja tepung tawar pak ? Jawab : karena dia do’a selamat sebenarnya bisa digunakan diacara apa saja, tapikan lebih umumnya pernikahan, membuka lahan, dan sebagainya. Jadi prinsipnya tepung tawar ini do’a yang diiringi perbuatan, penggambaran dari do’a itu harus diiringi usaha begitulah istilahnya. Kenapa orang dulu kalau buka lahan sumur atau lahan tidak ada masalah sampai waktu yang lama, karena orang dulu percaya do’a itu punya kekuatan yang sangat kuat, dan memberi penawar sebagai pengusir hal – hal buruk.
Karena alat dan bahannya memiliki khasiat masing – masing dimana diantaranya untuk mengusir jin dan setan, agar tidak mengganggu.
Hasil Wawancara
Narasumber : M.Sis
Waktu : 03 Juni 2018
Tempat : Tanjung Pura, Jln. Karantina Gang Jambu Jabatan : Anggota Bidang Kesejarahan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat
Tanya : Apakah ada perbedaan nama Tepung Tawar pada zamah dahulu dan sekarang ?
Jawab : Untuk perbedaan nama sebenarnya tidak ada
Tanya : Apakah ada hak paten yang menyatakan bahwa Tepung Tawar adalah tradisi Melayu Langkat pak ?
Jawab : kalau untuk hak paten untuk ini tidak ada, hanya diakui saja bahwa tepung tawar itu adat istiadat kaum melayu, tetapi jika upah –upah namanya itu orang mandailing, semua suku di Sumatera ini rata – rata pake tepung tawar hanya namanya saja yang berbeda dimana sebenarnya adat ini sama hanya saja ketika dia bercampur dengan Islam kemudian di dalamnya disesuaikan dengan hukum Islam dan menjadi tradisi Islam khususnya bagi masyarakat Melayu di Tanjung Pura ini. Karena pada dasarnya ini adalah serapan dari tradisi Hindu dimana unsur – unsur agama Hindu sebenernya lebih terlihat.
Tanya : Apakah ada penjelasan yang pasti terkait perubahan tepung tawar sendiri dari tradisi Hindu kemudian menjadi tradisi Islam ?