BAB V DAMPAK TEPUNG TAWAR TERHADAP
C. Nilai Ekonomi
menjadikan tepung tawar sebagai media menjalin tali silaturahmi yang baik dan ikatan batin antar masyarakat terjalin dengan amat sangat baik karena tidak ada dinding pembatas yang membatasi hubungan sosial antar sesama masyarakat Melayu.
Walaupun tepung tawar hanya sebuah tradisi yang menjadi bagian acara adat tepung tawar memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat Melayu Langkat, tepung tawar mendekatkan keluarga yang jauh merapatkan hubungan harmonis antar tetangga dekat maupun jauh karena lewat tepung tawar semua saudara ikut mendoakan dan meramaikan acara dari pemilik hajat.
menjadikan salah satu alasan kebiasaan turun temurun itu terus dilakukan selain untuk mempertahankan warisan budaya.111
Budaya ataupun tradisi memiliki dua sifat yaitu, yang tidak bisa diukur atau dikenal dengan the subjective theory of value menekankan bahwa kecenderungan individu tidak dapat diukur dan hanya tercermin oleh perilaku. Yang kedua bersifat konsep subjektivitas atau beliefs (keyakinan), dimana individu atau kelompok memiliki keyakinan bahwa budaya yang mereka lakukan terus menerus memiliki nilai – nilai yang baik sesuai keyakinan dan kepercayaan mereka yang bersumber baik dari agama ataupun objek yang dianggap menjadi panutan.112
Jika dilihat dari sifatnya tepung tawar lebih cenderung kepada konsep subjektivitas, bahwa tradisi tepung tawar terus dilakukan karena kepercayaan masyarakat suku Melayu di Tanjung Pura bahwa tradisi ini memiliki pengaruh yang baik dan warisan leluhur yang patut untuk terus dilestarikan tidak hanya sebatas melestarikan budaya tetapi sekaligus media pembelajaran bagi para generasi penerus.
Pada pelaksanaannya Tepung Tawar melibatkan penyedia jasa tepung tawar yang biasanya sekaligus menyediakan jasa pengiring tepung tawar113. Penyedia jasa tepung tawar juga melibatkan penjual bunga, yang biasanya menjual segala jenis
111Sulaiman Zuhdi, Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah dan Peradaban, (Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Langkat, 2014) h.23
112Adji Pratikto, Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Perekonomian, (Jurnal Studi Ekonomi Atma Jaya, Vol.17, No.2, 2012) h.99
113Acara Tepung Tawar khususnya dalam pernikahan, khitanan, dan menabalkan nama anak diiringi dengan Marhaban atau barzanzi sebagai pengiring acara penepung tawaran oleh masyarakat Melayu di Tanjung Pura.
perlengkapan tepung tawar dan juga perlengkapan lainnya.
Seluruh aspek yang dalam tepung tawar membutuhkan dana dan memberikan keuntungan kepada banyak pihak dalam segi finansial yang menjadi salah satu media untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pelaksanaan tepung tawar yang membutuhkan banyak alat dan bahan, pada zaman dulu disediakan oleh orang yang ingin melaksanakan acara tersebut dan sistem yang digunakan adalah mencari sendiri semua keperluan mulai dari ramuan perinjis, sampai ramuan penabur. Namun 20 tahun belakangan orang – orang memiliki inisiatif untuk menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan pada acara tepung tawar agar memudahkan konsumen dan tidak memakan waktu lama untuk proses penyediaannya.
Sebagian besar pedagang bunga merintis usaha mereka sejak tahun 1995-1998, usaha awal para pedagang bunga hanya menjual bunga – bunga untuk kebutuhan ziarah dan juga beberapa bunga yang digunakan sebagai obat dan bahan – bahan lainnya. Walaupun sebagian besar adalah usaha turun temurun, mereka membuka inisiatif karena banyaknya pelanggan yang menanyakan beberapa bahan yang dibutuhkan untuk tepung tawar. Penghasilan awal para pedagang bunga juga lumayan meningkat dari penyediaan bahan – bahan untuk tepung tawar sendiri. Omset penjualan bunga yang tadinya hanya berjumlah ratusan ribu saat ini pendapatan penjual bunga mencapai nilai juta perbulannya. Peningkatan penjualan terlihat signifikan apabila musim haji dan bulan- bulan tertentu seperti masa menjelang idul adha dan setelah idul fitri yang digunakan sebagai bulan baik
untuk melangsungkan pernikahan penjualan bunga dan perlengkapan tepung tawar bisa naik hingga 50 persen dari pendapatan pada hari – hari biasa.114
Saat ini masyarakat Melayu khususnya kalangan ekonomi menengah dan kalangan ekonomi atas lebih memanfaatkan jasa penyedia tepung tawar, ini dikarenakan dianggap lebih efisien dan tidak repot. Hal ini dikarenakan bahan – bahan yang digunakan dalam tepung tawar cukup rumit jika harus disiapkan sendiri oleh tuan rumah. Sehingga tepung tawar memiliki dampak baik terhadap kemajuan ekonomi khususnya pada pedagang bunga dan jasa penyedia alat dan bahan tepung tawar.
Jasa penyedia alat dan bahan tepung tawar biasanya membeli bahan – bahan langsung kepada penjual bunga, harga untuk satu paket lengkap yang ditawarkan oleh jasa penyedia alat dan bahan tepung tawar berkisar Rp 50.000 – Rp 100.000 untuk satu acara adat. Mengingat banyaknya acara adat yang menggunakan tradisi tepung tawar hal ini tentu menjadi penghasilan yang lumayan menguntungkan bagi penyedia jasa maupun penjual bunga langsung.
Selain penyedia jasa alat dan bahan tepung tawar , penjual bunga juga mendapat keuntungan yang menjanjikan dari tepung tawar sendiri, penghasilan yang didapatkan dari penjual bunga sekitar Rp 6.000.000 – Rp 9.000.000 per bulannya dengan modal
114Wawancara dengan Bapak Gempar S. (68 tahun) seorang penjual bunga dan perlengkapan Tepung Tawar, 09/08/2018 di Stabat, Kab. Langkat.
yang dikeluarkan sebanyak Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 perbulannya untuk biaya tanam dan sebagainya.
Banyak pedagang bunga yang ikut merasakan manisnya keuntungan dari kebutuhan tradisi tepung tawar ini, hal ini berbanding terbalik ketika masyarakat masih menggunakan sistem minta kepada tetangga dan tanam sendiri bahan – bahan yang dibutuhkan, sehingga penghasilan pedagang bunga hanya didapat dari orang – orang yang ingin ziarah dan juga keperluan berobat.115
Walaupun tidak semua masyarakat Melayu menggunakan jasa penyedia tepung tawar, masih banyak masyarakat yang lebih senang menyediakan perlengkapan tepung tawar tanpa harus beli ataupun dari penyedia jasa tepung tawar, namun tidak sedikit juga pemilik hajat atau tuan rumah yang lebih suka dengan cara praktis beli langsung kepada penjual bunga atau menggunakan jasa penyedia tepung tawar.
Keuntungan yang dirasakan dari tradisi ini tidak hanya berimbas kepada penghasilan pedagang bunga saja, mengingat tepung tawar yang tidak hanya sekedar acara menabur bunga tetapi juga di lengkapi dengan jamuan ramah tamah yang selalu disediakan oleh pemilik hajat juga memberikan sumbangsih terhadap penghasilan para pedagang sembako. Mengingat tepung tawar yang dihadiri oleh banyak tamu yang terdiri dari para kerabat dan tetangga yang ikut datang meramaikan acara, dimana
115Wawancara dengan Ibu Lisnawati (45 tahun) seorang Penyedia Jasa Alat dan Bahan Tepung Tawar, 06/08/2018 di Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
pemiliki hajat wajib untuk menjamu para tamunya dengan hidangan yang baik sebagai bentuk memuliakan tamu.
71 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tepung Tawar adalah tradisi yang diteruskan dari kebiasaan masyarakat Hindu pada masa sebelum Islam hadir di Langkat, Tanjung Pura, Sumatera Utara. Tradisi ini adalah cirikhas dari acara adat masyarakat Melayu khususnya di Tanjung Pura, tradisi menabur bunga rampai dan bertih ini diikut sertakan dalam setiap acara adat masyarakat Melayu kecuali acara kematian, tradisi ini memiliki makna permohonan do’a selamat kepada Allah swt. Tradisi yang pada awalnya dipercaya sebagai kebiasaan masyarakat Hindu ini kemudian diteruskan hingga saat ini dengan diselaraskan oleh ajaran dan syari’at Islam agar tidak jatuh kepada syirik. Pelaksanaan tepung tawar dilakukan dengan menaburkan ramuan penabur yang diiringi oleh bacaan sholawat dan dilanjutkan dengan memercikkan ramuan perinjis yang diiringin dengan permohonan do’a kepada Allah swt.
2. Tepung tawar yang pada mulanya adalah bukan tradisi Islam ini, memiliki beberapa unsur keagamaan di dalamnya baik alat dan bahan dan pelaksanaannya.
Adapaun unsur – unsur keagaaman yang terkandung di dalam tepung tawar adalah (1) unsur Animisme, (2) unsur keIslaman, (3) unsur kepercayaan Hindu.
3. Tepung tawar yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu ini memiliki dampak terhadap nilai – nilai kehidupan masyarakat Melayu di Tanjung Pura. Adapun dampak yang diberikan tepung tawar terhadap nilai – nilai kehidupan masyarakat Melayu adalah (1) dalam nilai agama dan moral, dimana tepung tawar sebagai salah satu tradisi yang di dalamnya ditanamkan unsur – unsur keIslaman yang kental dimana pada tepung tawar diajarkan agar manusia senantiasa mengingat bahwa pertolongan hanya bersumber dari Allah swt, dan memuliakan orang yang lebih tua adalah sebuah kemuliaan di mata Allah swt. (2) dalam nilai sosial tepung tawar memberikan dampak baik bagi kerukunan hidup, dimana tepung tawar menjadi sarana untuk mengumpulkan sanak saudara dan tetangga dekat untuk ikut merasakan kebahagiaan dan memberikan do’a baik kepada tuan rumah selaku pemilik hajat, yang kemudian menjadikan tali silaturahmi menjadi lebih erat antar sesama. (3) tepung tawar juga memberi pengaruh dalam bidang ekonomi khususnya pada pedagang bunga, dimana saat ini hidup yang serba simpel membuat masyarakat Melayu lebih tertarik untuk menyiapkan alat dan bahan tepung tawar pada yang lebih ahli atau dikenal sebagai penyedia jasa tepung tawar, atau langsung membeli alat dan bahan yang diperlukan kepada penjual bunga.
73
B. Saran
Tradisi adalah bagian dari kekayaan yang kita miliki dan poin penting yang harus selalu dijaga dan dilestarikan, penulis berharap generasi – generasi penerus terkhusus mereka yang bersuku Melayu lebih memahami bagaimana sejarah dan pelaksanaan tepung tawar sebagai tradisi yang harus tetap dijaga dan dilaksanakan sebagai warisan yang berharga bagi suku Melayu di Sumatera Utara.
Penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi motivasi penelitan selanjutnya terkait tepung tawar di segala aspek kehidupan masyarakat Melayu di Sumatera Utara, agar banyak bahan bacaan yang dapat dijadikan sumber informasi kepada generasi – generasi penerus agar lebih kenal dan paham akan budayanya.
75
Daftar Pustaka Sumber Buku
Aka, Zainal Arifin.2010.Kamus Bahasa Melayu 2500 Kata.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2010.Langkat Dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan. Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2012. Adat Budaya Resam Melayu Langkat.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Langkat Dalam Perjalanan Sejarah.
Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Seni Budaya Melayu. Medan: Mitra Medan.
Aka, Zainal Arifin.2016. Khasanah Pantun Melayu : 750 Pantun.
Sanggar Seni Pusaka Aru Teater Garis Lurus Langkat (koleksi pribadi).
Aka, Zainal Arifin.2016. Kumpulan Pantun Melayu. Medan:
Koleksi Pribadi
Al-Hadi, S. A.1980. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.
Alimanda.1980.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.Jakarta : Rajawali Press.
Arifin, Tajul. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh Aplikasi. Bandung : Pustaka Setia.
As, Burhan.1990. Kisah Puteri Hijau. Medan: Badan Pengembangan Perpustakaan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.
Abdurrahman, Dudung.1999.Metode Penelitian Sejarah.Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu.
Basyarsyah, Tengku Luckman Sinar.2005. Adat Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian. Medan: FORKALA.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.2017.Kecamatan Tanjung Pura Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat : 2017.
Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Gramedia.
Darajat, Zakiyah, dkk.1996.Perbandingan Agama 2.Jakarta : Bumi Aksara
Farizal Nasution, A. B. 2014. Budaya Melayu. Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Gusti, O K.1971.Pokok –pokok Acara Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur.Medan : Tidak ada Penerbit
Husin, Djohar Arifin.2013.Sejarah Kesultanan Langkat.Medan : Yayasan Bangun Langkat Sejahtera
Marsden, William.2013.Sejarah Sumatera.Jakarta : Komunitas Bambu.
Nasution, Farizal.2012.Upacara Adat Melayu di Sumatera Utara.Medan : Mitra Medan
Peursen, Van.1988.Strategi Kebudayaan. Yogyakarta : KANISIUS
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.1976- 1977.Sejarah Daerah Sumatera Utara. Medan
Pujileksono, Sugeng.2015.Pengantar Antropologi : memahami realitas budaya.Malang : Intrans Publishing
77
Sayani, Mustafa & Muzakkir Aris.2004.Hadits – Hadits Pilihan, Dalil Dalil Enam Sifat Para Sahabat. Bandung : Pustaka Ramadhan.
Sinar, Tuanku Luckman.2001.Adat Perkawinan dan Tata Rias Pengantin Melayu.Medan : Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Melayu.
Sjah, O.K Moehad.2012.Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Medan : USU Press.
Sjamsuddin, Helius. 2016. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Widagdio, Djoko.1994.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta : Bumi Aksara
Zuhdi, Sulaiman.2014.Langkat Dalam Kilatan Selintan Jejak Sejarah dan Peradaban. Stabat Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Langkat.
Sumber Skripsi
Amri, Hulul.Eksistensi Tepuk Tepung Tawar Dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga.Skripsi. Tanjung Pinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.2016
Islami, Intan Permata.Nilai – nilai Islam Dalam Upacara Adat Perkawinan Etnik Gayo (Kabupaten Aceh Tengah).Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2018
Kristanto, Veryan.Chinese Culture Center di Yogyakarta.Skripsi.
Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.2011 Lestari, Rani.Kampung Babussalam di Tanjung Pura Langkat
Sumatera Utara.Skripsi, Yogyakarta : Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta.2016
Saadah.Makna Simbolik Dalam Tari Blenggo di Ciganjur.Skripsi.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2018
Umam, Chairul.Makna Simbolis Sarana Persembahyangan Agama Hindu.Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2014
Widyastuti.Tradisi Langkahan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di Dusun Ngringin, Desa Jatipurwo, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah).Skripsi.Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.2011
Sumber Jurnal
Damanik, Ramlan. 2002. Fungsi dan Peranan Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Deli.Digital Librari USU.
Hamidah. 2014. Nilai – Nilai Moral Dalam Adat Perkawinan Melayu Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Tazkir, Vol.9 No. 1.
Mega Fitriani Handayani Nasution, D. W. 2014. Pelestrarian Kawasan Tanjung Pura Sebagai Aset Wisata di Kabupaten Langkat. Jurnal RUAS, Vol 12 No.2.
Pratikto, Adji. 2012. Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Perekonomian. Jurnal Studi Ekonomi Atma Jaya, Vol.17 No.2.
Royyani, Mohammad Fathi. 2014. Tepung Tawar :Keanekaragaman Hayati dan Jejak Budaya di Pegunungan Meratus. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.10 No.2. (media.neliti.com).
79
Sumber Web
https://www.langkatkab.go.id. Iklim dan Wilayah Pemerintah Kabupaten Langkat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat 2014).Diakses pada tanggal 22 Mei 2018 pukul 11.15 WIB.
Hasan,Ridwan.2012.Kepercayaan Animisme dan Dinamisme
Dalam Masyarakat Aceh.
https://www.download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 13.03 WIB.
http://file.upi.edu/Direktorat/FIP/JUR._PSIKOLOGI/1950090119 81032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf.
Interaksi Sosial. Diakses pada tanggal 11 September 2018 pukul 13.12 WIB.
https://goo.gl/images/H1ihTT . Berita Sumut, Sejarah Kabupaten Langkat. Porta Berita Sumut. 2015, Diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 pukul 12.42 WIB.
www.riaudailyphoto.com/2011/12/prosesi-adat-perkawinan- melayu-riau.html?m=1. Prosesi Adat Perkawinan Melayu Riau. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 15.29 WIB.
https://tanjungbalaiwatch.wordpress.com//2011/10/14/tepung- tawar-upah-upah/. Tanjung Balai Watch, Tepung Tawar dan Upah - upah. Diakses pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 21.22 WIB.
https://kbbi.web.id/tradisi.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 20.51 WIB.
Sumber Wawancara
Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin Aka (56 tahun), seorang sejarawan Langkat, mantan kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 21/05/2018 di Pangkalan Brandan.
Wawancara dengan Bapak Basyaruddin (56 tahun), seorang tokoh Agama Tanjung Pura, mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Tanjung Pura, 29/06/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang Staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 03/06/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Ibu Lisnawati (45 tahun) seorang Penyedia Jasa Alat dan Bahan Tepung Tawar, 06/08/2018 di Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
Wawancara dengan Bapak Gempar S. (68 tahun) seorang penjual bunga dan perlengkapan Tepung Tawar, 09/08/2018 di Stabat, Kab. Langkat.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
83
Gsmbar 1. Bacaan Barzanji
(Sumber: Majmu’ah, Jakarta: Darul Hikmah (tidak ada tahun terbit))
85
Gambar 2. Bacaan Marhaban
(Sumber: Barzanji Terjemahan Indonesia,Medan: Sumber Ilmu Jaya,1991)
Gambar 3. Bacaan Do’a Penutup Barzanzi dan Marhaban (Sumber: Majmu’ah, Jakarta: Darul Hikmah (tidak ada tahun
terbit))
87
89
Gambar 4. Daun Silinjuhan (cordyline fruticosa l.a. cheva) (Sumber: http://tanaman--herbal.blogspot.com/2015/03/manfaat-
tanaman-andong-cordyline.html?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 17.47 WIB)
Gambar 5. Daun Ganda Rusa (justicia gendarussa) (Sumber: http://www.tanobat.com/gandarusa-ciri-ciri-tanaman-
serta-khasiat-dan-manfaatnya.html, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 17.51 WIB)
Gambar 6. Daun Sepenuh (eurycles ambourensis)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 7. Daun Jejurun (starcytarpheta folia)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
91
Gambar 8. Daun Sedingin (kalanchoe pinnata)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 9. Daun Sipulut (urena lobata l.)
(Sumber: http://tipspetani.blogspot.com/2016/11/peranan-pohon- dadap-sebagai-penaung.html?m=1, Diakses pada tanggal 22
Oktober 2018 pukul 18.33 WIB)
Gambar 10. Daun Sambau (eleusine indica)
(Sumber:http://puakmelayu.blogspot.com/2010_03_18_archive.ht ml?m=1, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB)
Gambar 11. Ramuan penabur dan ramuan perinjis
93
Gambar 12. Tepung Tawar dalam acara Khitanan
Gambar 13. Tepung Tawar dalam acara pernikahan Melayu
Gambar 14. Tepung Tawar dalam acara malam berinai
(Sumber: www.riaudailyphoto.com/2011/12/prosesi-adat-perkawinan-melayu- riau.html?m=1, Diakses pada tanggal 18 Agustus pukul 15.29 WIB)
Gambar 15. Tepung Tawar dalam acara menabalkan nama
95
Gambar 16. Tepung Tawar sebelum berangkat Haji
Gambar 17. Tepung Tawar sebelum berangkat Umroh (Sumber: https://tanjungbalaiwatch.wordpress.com//2011/10/14/tepung- tawar-upah-upah/.Diakses pada tanggal 23 Mei 2018 pukul 21.22 WIB)
Gambar 18. Tempat penjual bunga tepung tawar
Gambar 19. Tampak salah satu penjual bunga tepung tawar
97
Gambar 20. Salah satu pembeli bunga dengan penjual bunga
99
Hasil Wawancara
Narasumber : Zainal Arifin Aka Waktu : 21 Mei 2018
Tempat : Jln. Pangkalan Brandan Jabatan : Tokoh Adat Melayu Langkat
Tanya : Bagaimana Melayu datang ke Tanjung Pura untuk yang pertama kali ?
Jawab : “Untuk Melayu datang ke Tanjung Pura kita tidak tau pasti kapan, karena sudah berkembang, karena kalau kita mengambil sejarahnya melayu itu kan dari India belakang iya kan. Di daerah Tibet kawasan Nepal kan begitu, (ehem) mereka berada di kaki gunung Himalaya, jadi ee apa namanya mereka ketika antara tahun 2500 – 1500 SM. Jadi mereka itu apa namanya ee, ketika itu kan banyak meletus gunung – gunung yang ada di Himalaya sementara mereka di kaki gunung himalayakan, anak – anak gunung Himalaya. Nah itu mereka (cikal bakal melayu) terganggu, kemudian datangnya pasukan Yunani tentara Yunani yang ingin menguasai daratan India, jadi kadang – kadang melintas perang segala macam seakan – akan kehidupan mereka jadi terganggu. Maka dari situ mereka sudah eksodus meninggalkan daratan itu daratan malay, pada mula kan nama perkampungannya kan meleyen. Tentara – tentara Yunani menyebut mereka itu suku moloy. Jadi mereka itu kan sudah apa namanya berbudaya sudah pandai bikin perahu segala macam, jadi berangkatlah mereka berperahu, nah yang berperahu ini lah
yang mampir di pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan, ee Sulawesi sebagian, kemudian apanamanya kepulauan Filiphin sebagiannya, semenanjung Malaysia. Nah mereka yang berjalan kaki yang berkuda, yang ber apa namanya ber gajah dan sebagainya itulah mereka mampir akhirnya menjadi masyarakat Thailand, Kamboja, ee Vietnam, Myanmar dan sebagainya.
Maka dikatakan Asia Tenggara ini adalah ber etnis Melayu ya itu, jadi dalam perkembangannya kita ga tau kapan pasti tahunnya, semenjak itu kan mulai berkembang pindah kesana mengisi sana mengisi dimana tempat yang aman mereka tinggal berkembanglah akhirnya terjadi perkawinan beranak cucu dan sebagainyakan, berkembang ini kan berpuak – puak ini. Akhirnya sebahagian ada yang disana disini dan sebagainya dan akhirnya sampailah ke Tanjung Pura, kita ga tau pasti ke Tanjung Pura itu kapan mereka masuk ya ga tau pasti. Tapi setelah berkembang itulah mereka masuk, apalagi Tanjung Pura ini kan termasuk pinggiran ya jadi termasuk apa ya namanya ya pinggiran pantai la, Babalan ini pinggiran pantai. Jadi orang – orang pendatang itu selalu pantai dulu kan, baru ke gunung. Maka itu orang – orang gunung itu Karo la itu katakana, itu sebenarnya dikatakan suku Melayu, Melayu Tua termasuk Batak dan sebagainya. Jadi Abad ke 7 ketika Islam masuk, yang mana pada awalnya mereka kan belum beragama, dimana sebagian hindu dan kemudian kepercayaan animism dan sebagainya, jadi ketika agama masuk, Islam masuk secara menyeluruh orang – orang pantai ini menerima dan memeluk Islam, sebagian mereka yang orang – orang Melayu Tua yang tidak mau memeluk agama Islam mereka
101
lari ke gunung itulah orang Karo atau orang Batak dan sebagainya la. Nah dimana bukti bahwa mereka dulu adalah orang – orang Hindu adalah pada 30 tahun yang lalu masih ditemukan candi – candi di daerah Karo yang membuktikan bahwa mereka adalah penganut Hindu. Nah inilah yang bisa disebut dengan perkembangannya. Untuk Tanjung Pura itu abad 16 kotanya sudah ada, nama kotanya kota Pati nah pada abad 17 barulah berubah menjadi nama Tanjung Pura.
Tanya : Kalau makna tradisi Tepung Tawar sebelum adanya Islam ?
Jawab : Kalau untuk Tepung Tawar sendiri memang peninggalan dari Hindu, Tepung Tawar, Inai yakan gitu, dulu Tepung Tawar itu kan apa namanya ee asalnya itu ada bertih, ada beras kuning, beras putih, dan sebagainya ada inai kemudian ada namanya ini bedak sejuk, itu ya bedak putih dan sebagainya. Nah belakangan timbul suatu protes, dikatakan bahwa Tepung Tawar itu adalah bid’ah, dikatakan mubadzir timbulah ini itu dan sebagainya. Jadi kalau saya tetap bertahan, biarkan lah orang katakana bid’ah biar katakan mubadzir dan sebagainya. Tapi saya bertahan kepada sisi adat, itu Tepung Tawar jika sudah kita gunakan itu bukan dibuang, oleh si tuan rumah ini dikumpulkan lagi atau masyarakat yang tau dia minta izin dia kumpulkan lagi ya kumpulkan lagi itu bunga – bungaan, itu kan ada pandan apa namanya apa bunga rampai ya itu disiramkan ke pohon ke tanaman nah ini yang dikasinya juga kebinatang malah binatangnya sehat dan gemuk, ga kena penyakit dan yang disiramkan ketumbuhan itu tumbuh subur, nah ini jadi saya secara logika pernah meneliti itu, kenapa