• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maslahah Mursalah

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

3. Maslahah Mursalah

11). Membayar biaya permohonan pendaftran ciptaan Rp. 200. 000 khusus untuk permohonan pendaftran ciptaan program komputer sebesar Rp. 300.000.33

Islam. Juga dapat berarti, suatu perbuatan yang mengandung nilai maslahat atau bermanfaat dan menolak atau mencegah mafsadat ( َبلج

َدسافملاَءردوَحلاصملا).35

Al-Ghazali dalam kitab al-Mustasyfā merumuskan Maslahah Mursalah sebagai berikut:

َْمَلاَمَْدَهْشَي َُهَل َْنِم َِع ْرَّشلاَِنَلاْطُبْلاِبََلا َورِاَبِتْعِلاْاِب َ صَن َ نَّيَعُم

“Apa-apa (maslahah) yang tidak ada bukti baginya dari syara’ dalam

bentuk nash tertentu yang membatalkannya dan tidak ada yang menjadi tujuan Allah dalam menetapkan hukum itu adalah al-maslahah

atau maslahat yaitu untuk memberi kemaslahatan kepada umat, manusia dalam kehidupannya di dunia maupun persiapannya menghadapi kehidupan akhirat.36 Dengan demikian maqashis syariah itu adalah maslahah itu sendiri. Atau maqasid syariah adalah maslahah. Maksud Allah untuk kemaslahatan atau untuk memaslahatkan umat itu dapat dilihat dalam firman Allah yang berbunyi:

َنْي ِم َلٰعْلِ ل ًةَمْحَر الَِّا َكٰنْل َسْرَا ٓاَمَو

Artinya: “Dan Tiadaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.37

35 Ibid.

36 Ibid.

37 QS al-Anbiyaa [21]: 107.

Yang dimaksud dengan rahmat disini adalah maslahat itu sendiri.

“mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat” itu merupakan maksud atau keinginan manusia, bukan maksud Allah sedangkan maslahat itu adalah maksud dari Allah yang membuat hukum (memelihara tujuan syara’) sedangkan tujuan syara sehubungan dengan hambanya adalah menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.38

Dari kelima tujuan syara atau dikenal dengan al-hams sebagai berikut:

1. Pemeliharaan agama

yakni syariat untuk untuk mewujudkan dan sempurnanya agama itu pada diri seseorang contoh perintah sholat.

2. Pemeliharaan jiwa

yakni syariat untuk memelihara eksistensi dan dan meningkatkan kualitasnya contoh dilarang membunuh.

3. Pemeliharaan akal

Yakni pemeliharaan terhadap eksistensi akal pikiran contohnya larangan meminum khamr.

4. Pemeliharaan keturunan

Yakni disyariatkannya menikah dan dilarangnya berzina 5. Pemeliharaan harta

38 Ibid..hlm, 38.

Yakni disyariatkanya tata cara pemilikan harta, dan dilarang mengambil harta orang lain

Menurut Imam Syatibi, kemaslahatan yang akan diwujudkan oleh hukum Islam dari kelima perkara di atas memiliki tiga peringkat kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan daruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.Hukum Islam bertujuan untuk memelihara dan melestarikan kebutuhan manusia dalam semua peringkat baik dalam peringkat daruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.39 Daruriyat adalah memelihara kebutuhan yang bersifat esensial (pokok) bagi kehidupan manusia, meliputi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Tidak terpeliharanya kelima hal pokok tersebut dalam daruriyat akan berakibat kehancuran, kerusakan, dan kebinasaan dalam hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Kebutuhan daruriyat ini menempati peringkat tertinggi dan paling utama dibanding dua maslahat lainnya. Hajiyat yaitu kebutuhan yang dapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup, jika kebutuhan peringkat kedua ini tidak terpenuhi, maka tidak akan mengakibatkan kehancuran dan kemusnahan bagi kehidupan manusia, tetapi akan membawa kesulitan dan kesempitan. Tahsiniyat adalah kebutuhan yang menunjang peningkatan martabat hidup seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Allah SWT dalam batas kewajaran dan kepatutan. Apabila kebutuhan tingkat ketiga ini tidak terpenuhi maka tidak menimbulkan kemusnahan hidup manusia sebagaimana

39 Imam Syatibi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), cet. Ke-2, hlm. 226.

tidak terpenuhinya kebutuhan daruriyat dan tidak membuat manusia menjadi sulit sebagaimana tidak terpenuhinya kebutuhan hajiyat, akan tetapi kehidupan manusia dipandang tidak layak menurut akal dan fitrah manusia. Perkara yang terkait dengan kebutuhan tahsiniyat ini terkait dengan akhlak mulia dan adat yang baik.40

Segala tindakan perbuatan manusia yang menyebabkan terpeliharanya lima prinsip tersebut dinyatakan perbuatan itu merupakan bermanfaat. Segala bentuk perbuatan manusia yang yang menyebabkan rusaknya salah satu prinsip yang lima maka perbuatan itu adalah mudharat atau merusak.

Menurut Jalal al-Din Abd al-Rahman, al-maslahah secara etimologi adalah “segala sesuatu yang mengandung manfaat bagi manusia”sedangkan terminologi” Al-maslahah adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, yang dapat diraih oleh manusia dengan cara memperolehnya maupun dengan cara menghindarinya, seperti halnya menghindari perbudakan yang tentu membahayakan manusia.”41

Hakikat dari perintah dan larangan syara’ pada dasarnya untuk mewujudkan tujuan syaria’ah yang dikembalikan pada suatu kaidah, yaitu jaib al-masahlih wa dar’u al-mafasid (menarik kemaslahatan dan menolak kerusakan).

40 Sapiudin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), cet. ke-2, hlm. 226-227.

41 Jalal al-Din Abd al-Rahman, Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-

Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Grouup, 2014), hlm 47.

Para ahli Ushul memberikan takrif al-maslahah-al-mursalah dengan: “Memberikan hukum syara kepada sesuatu kasus yang tidak terdapat dalam nash atau ijma’ atas dasar memelihara kemaslahatan42

Jumhur fuqaha (sebagian besar ulama fikih) sepakat bahwa masalahah wajib diambil selama tidak merupakan hawa nafsu dan tidak bertentangan dengan nash.43

Abd al-wahab Khallaf dan Abu Zahrah.44 Memberikan persyaratan menggunakan maslahah al-mursalah tanpa persyaratan tertentu sangat besar kemungkinan jatuh kepada keinginan hawa nafsu belaka. Oleh karena itu diperlukan persyaratan pengunaan maslahat agar tetap ada dalam nilai-nilai Syariah sebagai berikut:

a) Al-maslahah Al-mursalah tidak boleh bertentangan dengan Maqashid al-Syariah, dalil-dalil kulli, semangat ajaran Islam, dan dalil-dalil juz’i yang qath’iwurudl dan dalalah-Nya.

b) Kemaslahatan harus meyakinkan dalam arti harus ada pembahasan dan penelitian yang rasional serta mendalam sehingga kita bahwa hal tersebut memberikan manfaat atau menolak kemudharatan.

c) Kemaslahatan tersebut bersifat umum

d) Pelaksanaanya tidak menimbulkan kesulitan yang tidak wajar.45

42 Djazuli, Ilmu Fiqh, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2013), cet ke-9, hlm.86.

43 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

Maqashid al-Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm 50.

44 Abd al- wahab Khallaf dan Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2014), hlm.227.

45 Djazuli, Ilmu…, hlm.87.

b. Pembagian maslahah

Maslahah secara umum dibagi menjadi tiga bagian:

1) Al-Maslahah al-Mu’tabarah.

2) Al-Maslahah al-Mulghah (al-Maslahah al-Mardud).

3) Al-Maslahah al-Mursalah.

Pertama, al-Maslahah al-mu’tabarah adalah keemaslahatan yang bisa dijadikan hujjah dan tidak diragukan lagi penggunaanya. Dalam kasus hukum yang secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis, kemaslahatan ini dapat ditelusuri melalui teks yang ada, sehingga kemaslahatan ini lazim dijadikan titik tolak penerapan hukum.

Hampir semua ulama sepakat untuk menerima al- Maslahah al- Mu’tabarah, karena bentuk kemaslahatan ini tertera dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Kedua, al-Maslahah al-Mulghah adalah kemaslahatan yang tidak ada teksnya dalam syari’ah, bahkan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Dan menjadikan maslahah itu sendiri dihilangkan (mulghah) dan tidak dianggap. Kemaslahatan seperti ini dipandang batil oleh syara’ dan tidak berlaku dalam menetapkan suatu hukum.

Maslahah ini bersifat subjektif dan terkesan dibuat-buat. Contoh bahasan ini, adalah banyak manusia yang menggaitkan hal-hal yang sudah jelas dilarang dalam Al-Qur’an dan Hadis untuk alasan kemaslahatan. Contohnya seperti pendapat beberapa pihak yang menganggap adanya kemaslahatan dalamm praktik riba. Padahal sudah

jelas diungkapkan bahwa riba adalah sesuatu yang diharamkan dan dicela dalam Islam. Maka kemaslahatan yang bersifat subjektif ini merupakan sesuatu yang mulghah atau seharusnya dihilanngkan karena tidak sesuai dengan syari’ah.

Ketiga, al-maslahah al-mursalah adalah ketika tidak ada teks yang membatalkannya dan tidak ada ketentuan khusus yang terkait dengannya atau kemaslahatan yang tidak disebutkan atau dihapuskan oleh dalil syari’ah. Ketika ada suatu perkara, maka Syari’(Allah) tidak mensyariatkan suatu hukum. Dan hakikat dari al-maslahah al-murslah adalah semua kemaslahatan dan manfaat yang masuk dalam area maqashid al-syari’ah, ketika hal tersebut tidak disyariatkan ataupun dihilangka. Al-maslahah al-muraslah merupakan kemaslahatan yang bisa dijadikan rujukan dalam pengambilan dalil, karena berhubungan dengan menjaga agama. Banyak sistem baru dalam ekonomi Islam, yang kemudian masuk dalam area al-maslahah al-mursalah. Dalam hal ini peranan mujtahid sangat penting untuk menggali dan menemukan maslahah dalam penetapan suatu hukum. Pencarian maslahah ini oleh para ahli ushul fiqh dilakukan melalui beberapa bentuk metode ijtihad.

Dengan tendensi untuk menemukan kemaslahatan bagi umat, maka berbagai macam istilah telah digunakan para ahli ushul fiqh dalam merumuskan metode penemuan hukum. Sehingga dikenali beberapa sumber hukum dalam Islam, yaitu qiyas, istihsan, al-mashalih al-

mursalah, dan sad al-Dzara’i yang mana banyak aspek maslahah di dalamnya.46

c. Landasan Hukum Maslahah Mursalah

Landasan hukum maslahah mursalah terdapat dalam Al-Quran

ْوُل َٔ

ـ ْسَي َو ۗ ِةَر ِخ ٰ ْلَّاَو اَيْن ُّدلا ىِف ْم ُه ْو ُ

طِلا َخُت ْنِاَو ۗ ٌرْي َخ ْمُه ال ٌح َلَْصِا ْلُق ۗى ٰمٰتَيْلا ِنَع َكَن َش ْو َ

ل َو ۗ ِح ِلْص ُ ْلْا َنِم َد ِسْفُْلْا ُمَلْعَي ُ هاللّٰ َو ۗ ْمُكُناَوْخِاَف ٌزْيِزَع َ هاللّٰ انِا ْمُكَتَنْعَ َلَّ ُ هاللّٰ َءۤا

ٌمْي ِك َح

Artinya: Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. Dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.47

َنيِ َ

لْاَعْلِل ة َم ْحَرالَّإ كاَن ْل َسْرَأاَمَو

Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.48

G. Metode Penelitian

Dokumen terkait