• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

2. Pengetahuan Tradisional

a. Pengertian Pengetahuan Tradisional

Terkait pengertian pengetahuan tradisional sampai sekarang belum ada keseragaman definisi pengetahuan tradisional yang disepakati.

Terdapat berbagai macam definisi pengetahuan tradisional dalam literatur baik yang di usulkan oleh organisasi Internasional maupun para sarjana dan ahli beberapa di antaranya:

Menurut WIPO yang mendefinisikan traditional knowledge sebagai traditional based literary, artistic or scientific work, permorfmances, inventions, scientific discoveries, designs, marks, names, and symbols, undisclosed information, and, all other tradition-based innovations and creations resulting from intellectual activity in thr industrial, scientific, literary or artistic fields. Lebih jauh Prof. Sdyawati menjelaskan bahwa The term traditional has so far been understood as anything done in the old ways, and hence on antonym of “modern”. Modernity has been defined as anything based on scientific reasoning, on calculability, and as anything running counter against the control and fetter of any tradition.25

24 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm.158-

161.

25 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.174.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “tradisional” berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh kepada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.26.

Menurut Peter Jaszi pengetahuan tradisional sebagai pengetahuan yang dihasilakan dari aktivitas intelektual yang dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang lalu, yang memiliki sifat dinamis dan karakter yang selalu berubah berdasarkan kebutuhan dan perubahan masyarakat.27

b. Karakteristik Pengetahuan Tradisional (knowledge traditional)

Pengetahuan Tradisional diwariskan antar generasi ke generasi yang menyebabkan Pengetahuan Tradisional bersifat dinamis yang mengalami modifikasi kemudian diadofsi dengan perubahan sesuai kebutuhan pemakainya, yang pemakaianya lebih menyokong untuk memenuhi kebutuhan hidup penciptanya, bukan berorientasi keuntungan (non profit orientation). Makna dari karakter-karakter Pengetahuan Tradisional yang disebutkan diatas, bahwa semuanya merupakan gaya hidup dan mengandung kearifan lokal satu komunitas adat yang kemudian berbentuk menjadi identitas komunitas tersebut.

c. Traditional Knowledge dalam Sistem Hukum HAKI Indonesia

Dari ke tujuh undang-undang HAKI terdapat dua undang-undang yang secara ekspilit maupun tidak langsung menyebutkan mengenai

26 Ibid.

27 Ibid., hlm.175

traditional knowledge yaitu undang-undang Hak Cipta dan undang- undang Variates Tanaman.28

Indonesia telah ikut serta pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights. (Persetujuan tentang aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut TRIPs, melalui undang- undang nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan world Intelectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) selanjutnya disebut WTC melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.29

Indonesia memliki Undang-Undang hak cipta terbaru diatur dalam undang-undang No 28 Tahun 2014 menggantikan undang-undang Nomor 19 Tahun 2000.30 Dalam rangka mencapai tujuan dan menciptakan kepastian hukum, Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH) memberikan peluang kepada-negara peserta untuk mengembangkan dua model perlindungan, yaitu model perlindungan secara positif (positive protection) dan model perlindungan secara devensif (defensivif protection). Model perlindungan secara positif dapat diwujudkan melalui pengembangan hukum positif suatu negara. Baik dengan mengoptimalkan peraturan-peraturan HKI, maupun melalui pengembangan peraturan di luar rezim HKI atau lebih sering disebut

28 Ibid.

29 Ibid., hlm. 177

30 Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014),, hlm.3.

sebagai sui generis law. Model perlindungan positif akan memberikan hak kekayaan intelektual atas objek yang dimintakan perlindungan. Sebaliknya perlindungan secara defensiv tidak akan memberikan hak kekayaan intelektual, model perlindungan secara defensiv lebih bertujuan untuk mencegah dan menyetop pemberian hak kekayaan intelekktual kepada pihak-pihak yang tidak berhak.

Tidak ada kewajiban bagi suatu Negara untuk mengembangkan keduanya setiap Negara dibebaskan mengembangkan model perlindungan sesuai kebutuhan masing-masing Negara.31

d. Urgensi hak cipta

Di Indonesia hak cipta atas suatu ciptaan tidaklah ditentukan oleh pendaftaran. Hal ini berbeda dengan misalnya hak merek yang mensyaratkan adanya pendaftaran untuk memperoleh hak merek tersebut. Pendaftaran suatu ciptaan bukan merupakan kewajiban atau syarat untuk mendapatkan hak cipta. Tetapi pendaftaran ciptaan tidaklah mengandung anti sebagai penegesahan terhadap isi, arti, maksud ataupun bentuk dari ciptaan yang didaftar. Pada prinsipnya suatu hak cipta telah lahir secara otomatis ketika ciptaan tersebut selesai dibuat. Pendaftaran hak cipta lebih dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan administratif dan pembuktian dan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan.32

e. Tata cara permohonan pendaftaran hak cipta

1). Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap tiga, (formulir dapat diminta secara cuma-cuma pada kantor wilyah), lembar pertamadari formulir tersebut ditandatangani di atas materai Rp6.000 (enam ribu rupiah)

2). Surat permohonan pendaftaran ciptaan (mencantumkan nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta, pemegang hak cipta atau kuasanya, jenis dan judul ciptaan, tanggal dan tempat ciptaan diumumkan pertama kali, uraian ciptaaan rangkap 4).

31 Perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional melalui pengembangan sui generis law, Jurnal Ilmu Hukum, Volume No.4, Oktober-Desember 2015, 430.

32 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 347-348

3). Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan

4). Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa fotokopy KTP atau paspor

5). Apabila permohonan badan hkum, maka pada suarat permohonananya haus dilamprkan turunan resmi akta pendirian badan hokum tersebut,

6). Melampirkan surat kuasa, bilamana permohonan tersebut diajukan oleh seorang kuasa, beserta bukti kewarganegaraan kuasa tersebut.

7). Apabila permohonan tidak bertempat tinggal di dalam wilayah RI, maka untuk keperluaan permohonan pendaftraan ciptaan ia harus memiliki tempat tingggal dan menunjuk seorang kuasa didalam wilayah RI.

8). Apabila permohonan pendaftarna ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan atau suatu badan hukum, maka nama-nama permohonan harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat pemohon.

9). Apabila ciptaan tersebut telah dipindahkan, agar melampirkan pemindahan hak.

10).contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau penggantinya.

11). Membayar biaya permohonan pendaftran ciptaan Rp. 200. 000 khusus untuk permohonan pendaftran ciptaan program komputer sebesar Rp. 300.000.33

Dokumen terkait