• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode penelitian

mursalah, dan sad al-Dzara’i yang mana banyak aspek maslahah di dalamnya.46

c. Landasan Hukum Maslahah Mursalah

Landasan hukum maslahah mursalah terdapat dalam Al-Quran

ْوُل َٔ

ـ ْسَي َو ۗ ِةَر ِخ ٰ ْلَّاَو اَيْن ُّدلا ىِف ْم ُه ْو ُ

طِلا َخُت ْنِاَو ۗ ٌرْي َخ ْمُه ال ٌح َلَْصِا ْلُق ۗى ٰمٰتَيْلا ِنَع َكَن َش ْو َ

ل َو ۗ ِح ِلْص ُ ْلْا َنِم َد ِسْفُْلْا ُمَلْعَي ُ هاللّٰ َو ۗ ْمُكُناَوْخِاَف ٌزْيِزَع َ هاللّٰ انِا ْمُكَتَنْعَ َلَّ ُ هاللّٰ َءۤا

ٌمْي ِك َح

Artinya: Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. Dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.47

َنيِ َ

لْاَعْلِل ة َم ْحَرالَّإ كاَن ْل َسْرَأاَمَو

Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.48

G. Metode Penelitian

pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multi metode, bersifat alami dan holistic, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif.49

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris, yaitu pendekatan mengenai bagaimana interaksi masyarakat yang dikaji terhadap akibat interaksi dengan norma dalam peraturan perundangan50 peneliti melalui pendekatan dengan melihat suatu kenyataan hukum dalam masyarakat, untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial dalam masyarakat.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti sangat berperan dalam pengumpulan data atau menjadi instrument penelitian. Maka kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti akan berusaha menciptakan hubungan yang akrab dengan informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Melakukan observasi yang mendalam terkait dari fokus penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan akurat.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Pringgasela kabupaten Lombok Timur Pengambilan desa tersebut sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa alas an bahwa kekayaan intlektual komunal atas pengetahuan

49 Muri, Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 329

50 Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), cet ke-2, hlm.46.

tradisional desa Pringgasela merupakan karya tenun yang masih menggunakan bahan alami, masih mengunakan alat tradisional dan eksistensinya di Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu Brand tenun dengan kualitas bagus.

4. Sumber dan Jenis data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diproleh secara langsung dari objek penelitian baik perorangan, kelompok maupun organisasi.51 Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari kelompok masyarakat adat Pringgasela dan peraturan undang-undang yang terkait dengan objek penelitian adalah undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber.52 Dalam penelitian ini data sekunder berupa data yang diambil dari literatur, buku-buku, dan hasil penelitian yang terkait, dengan masalah dalam penelitian ini.

5. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

51 Rosdy Ruslan, metode penelitian public relations dan komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grapfndo Persada, 2006), hlm. 29.

52 Muhammad Teguh, metode penelitian ekonomi, teori dan aplikasi, (Jakarta: Grapindo

Persada 2005), hlm. 121

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik unsur-unsur yang tampak dalam suatu objek penelitian. Observasi dilakukan untuk memproleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitan.53 Dengan metode ini peneliti melakukan pengamatan secara sistematis terhadap pengetahuan tradisional tenun di desa Pringgasela.

b. Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subyek penelitian yaitu dengan masyarakat desa Pringgasela.54

Penulis melakukan teknik wawancara untuk mencari data tentang bagaimana perlindungan hukum atas pengetahuan tradisional dengan mewawancarai perempuan adat sebagai informan dalam penelitian.

c. Teknik dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian55 Dimana semuanya itu dijadikan

53 Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), hlm.148.

54 Ibid., hlm.146.

55 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitaif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 152.

sebagai sumber tertulis dalam rangka membantu memperjelas keberadaan obyek dilapangan.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada subjek/responden atau tempat tinggal responden melakukan kegiatan sehari-harinya. Penulis menggunakan teknik ini untuk mencari informasi dari buku, foto dan berbagai macam sumber tertuliis untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya guna mengetahui perlindungan pengetahuan tradisional tenun.56

6. Analisis Data

Metode analisis data yang penulis gunakan adalah menggunakan kualitatif deskriptif, yaitu dengan memaparkan informasi-informasi faktual yang diperoleh dari lapangan yang banyak bersifat informasi dan keterangan-keterangan, baik berupa kata-kata lisan maupun tulisan dan langkah-langkah yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.

7. Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan dan validitas data, maka penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Pembahasan dengan teman sejawat

Teknik ini penulis lakukan dengan cara memaparkan hasil penelitian dengan cara diskusi dengan rekan sejawat, dosen pembimbing, atau dengan orang yang ahli yang memiliki pengetahuan yang memiliki

56 Ibid.

pengetahuan yang sama dengan hal yang dikaji dalam penelitian ini.

Tujuannya untuk menghindari penafsiran yang keluar dari fokus penelitian dan merupakan tambahan wawasan bagi peneliti yang membahas tentang masalah tersebut sesering mungkin.

b. Kecukupan refrensi

Kecukupan ini untuk membandingkan data-data yang diperoleh dari bahan catatan kutipan atau sebagainya. Penelitian berusaha untuk menggunakan teknik ini dengan kemampuan peneliti, yaitu dengan membandingkan catatan yang satu dengan catatan yang lainnya. Oleh karena itu peneliti selalu berpedoman pada kemuktahiran refrensi dengan banyak membaca refrensi-refrensi yang mendukung.

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan laporan hasil penelitian agar mudah dipahami, peneliti menggunakan sistematika penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi UIN Mataram Tahun 2020 berikut.

a. Bagian awal

Pada bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, judul, persetujuan pembimbing, nota dinas, pernyataan keaslian, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.

b. Bagian isi

Pada bagian ini terdiri dari: Bab I pendahuluan, bab II paparan data dan temuan, bab III pembahasan, dan bab IV penutup. Berikut rincian bagian isi.

1) Bab I Pendahuluan

Pada bab I terdapat uraian latar belakang penelitian yang peneliti lakukan dan sebagai acuan dalam menjawab persoalan pada penelitian ini pada bab selanjutnya. Terdapat beberapa bagian di dalamnya yaitu, terdiri dari rumusan masalah, tujuan, dan manfaat peneliitian, ruang lingkup, dan setting peneltian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode peneliitian, dan sistematika penulisan.

2) Bab II Paparan dan Temuan

Pada bab II yaitu uraian mengenai data dan temuan peneliti selama proses penelitian berlangsung, yaitu berupa gambaran umum lookasi penelitian, Tenun yang terdapat di desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur dan perspektif maslahah mursalah terhadapnya. Kemudian paparan bagian ini juga digunakan sebagai landasan menjawab persoalan penelitian ini.

3) Bab III Pembahasan

Pada bab III ini yaitu uraian mengenai hasil analisis peneitian, peneliti akan memaparkan jawaban terkait dari persoalan penelitian ini.

c. Bagaian akhir

Pada bagian ini berisi daftar pustaka yang peneliti gunakan selama proses penelitian dan lampiran-lampiran berupa izin penelitian, surat balasan izin penelitian, pedoman wawancara serta dokumentasi penelitian.

BAB II

TEKNIK PENGETAHUAN TRADISIONAL SEBAGAI ASET

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Desa Pringgasela Lombok Timur

Kecamatan Pringgasela merupakan salah satu dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Disinilah pusat kerajinan kain Tenun Tradisional sasak Lombok yaitu desa Pringgasela Lombok Timur. Selain itu, desa ini sangat menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari masyarakat di desa ini adalah menenun selain bertani dan berdagang atau mengerjakan pekerjaan rutinitas lainnya.

Ciri khas tenun desa Pringgasela adalah tenunannya memakai benang kapas.57

Desa Pringgasela dikenal menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para tamu Nasional maupun Mancanegara. Di sepanjang jalan desa ini, banyak toko-toko yang menjual kain Tenun gedogan hasil kerajinan setiap orang di desa Pringgasela. Wilayah Kecamatan Pringgasela relatif subur karena berada di daerah pegunungan Rinjani sehingga masyarakat Pringgasela dengan mudah mendapatkan bahan baku pembuatan kain sesekan/Tenun gedogan tradisional dan sebagian besar masyarakat menekuni warisan leluhur

57 Dokumentasi, Desa Pringgasela, Pringgasela 31 Mei, 2021

37

untuk melestarikan sesekan (tenun gedogan) sekaligus sebagai mata pencahariannya.

Kondisi alam yang sangat mendukung perkembangan Tenun gedogan dimana bahan-bahan seperti kapas mudah di dapatkan dan tumbuh subur di daerah Pringgasela Lombok Timur.

2. Sejarah Keberadaan Tenun Gedogan Pringgasela Lombok Timur Mayoritas penghuni pulau Lombok yaitu suku sasak atau biasanya masyarakat menyebutnya dengan nama anak sasak tulen (keturunan anak sasak). Sasak secara etimologis berasal dari kata sah yang berarti

“pergi” dan shaka yang berarti “leluhur” dengan demikian sasak berarti

“pergi ke tanah leluhur”. Suku sasak Lombok sudah mendiami pulau Lombok sekitar 2.000 Tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 Tahun yang lalu. Etnis sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok. Suku sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya.58

Berdasarkan pendapat dari beberapa responden dari hasil wawancara pada tanggal 11, 12 dan 13 Agustus 2012 dengan masyarakat di desa Pringgasela tentang awal mula keberadaan kerajinan Tenun gedogan Pringgasela, bahwa keberadaan kerajinan kain tenun gedogan Pringgasela Lombok Timur sudah ada sejak suku sasak sudah mendiami pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi. Salah

58 Dokumentasi Sejarah Keberadaan Tenun Gedogan Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei 2021

seorang responden M. Maliki mengatakan bahwa kerajinan tenun gedogan Pringgasela Lombok Timur sudah ada sejak suku sasak mendiami pulau Lombok dan masyarakat Pringgasela sudah belajar memenuhi dari semenjak mereka masih kecil yang diajarkan oleh orang tua mereka secara turun-temurun. Selanjutnya responden Ibu Dian Putra, Ibu Rizalihadi, Ibu Rina Jannatun’naim, Ibu Yudirahman, dan masyarakata di desa Pringgasela mentakan pendapat sama tentang awal mula keberadaan kerajinan Tenun gedogan sehingga dapat disimpulkan bahwa memang benar keberadaan kerajinan tenun gedogan Pringgasela Lombok Timur diwariskan oleh suku sasak dengan cara tradisional dan merupakan salah satu kerajinan yang keberadaan sudah ada secara turun-tumurun serta bagian dari kebudayaan ritual adat sasak Lombok.

Kelestarian kerajinan tenun gedogan tetap terjaga sampai sekarang dikarenakan adanya semacam aturan bagi seorang anak perempuan sasak Lombok yang tidak boleh menikah apabila belum bisa menenun.

Hal ini menjadi modal bahwa untuk bisa menghidupi diri disaat membina rumah tangga harus memiliki keterampilan menenun.

Perempuan sasak memang diwajibkan untuk bisa menenun sebelum mereka menikah.

Kain tenun gedogan Pringgasela Lombok Timur bukan hanya berfungsi sebagai alat kebutuhan hidup masyarakat sasak melainkan sebagai kain tradisional sasak yang biasa dipakai pada kesenian upaca ritual adat sasak yang dipengaruhi oleh kesenian Bali dan pengaruh

kebudayaan Islam yang merupakan pengaruh Hindu Bali yaitu kesenian Cepung, Cupak Gerantang, Gendan Beleq, Tari Jangger, Gamelan Thokol, Sorong Serah, dan Nyongkolan. Pengaruh Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana, Nyaer, dan Kecipluq. Tradisi adat sasak diwariskan secara turun-temurun dan kain tenun gedogan merupakan bagian dari kesenian ritual sasak yang selalu dipakai di saat upacara adat sasak59.

59 Dokumentasi Kain Tenun Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei 2021

3. Struktur Pengurus

Struktur Pengurus Kelompok “TUTURAN INGES”60

TABEL 1

60 Dokumentasi Struktur Pengurus Kelompok Tenun Tuturan Inges Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei 2021

Ketua Pengurus M. Maliki

Sekretaris

Taharah Marketing

Mislaini

Idayanti

Pesiraman

Quality Control

Suhartini Nur Azizah

Sentosa Sasak Tenun

Anggota

Aman Maksan Sundawa

Makmur Sleman

Adil

4. Alat dan Bahan Pembuatan Tenun Gedogan Pringgasela Lombok Timur

1. Alat Tenun Gedogan Pringgasela Lombok Timur

Alat tenun gedogan adalah alat yang di gunakan untuk menghasilkan kain tenun. Peralatan-peralatan masih menggunakan dari bahan kayu dan cara penggunaanya dengan cara memangku atau mengendong peralatan tersebut. Penenun biasanya duduk di tanah beralaskan tikar/kain atau di sebuah balai-balai dengan kaki diselonjorkan lurus ke depan. Adapun alat-alat tenun gedogan serta alat-alat gedogan yang digunakan sebelum benang masuk ke alat tenun sebagai berikut:61

a. Lampat jajak

Alat ini terbuat dari kayu kelapa atau jenis kayu lain yang baik, berat, dan kuat. Panjangnya minimal 1 meter berfungsi sebagai tempat berdirinya jajak.

b. Daun jajak

Alat ini terbuat dari kayu nangka maupun kayu kelapa yang bagian tengahnya berlubang. Alat ini tingginya 60 cm, lebar 12 cm, dan tebal pecahan dibagian kanan dan kiri 5 cm. alat ini berfungsi memegang tutukan yang telah berisi benang lungsin yang sudah digulung.

61Dokumentasi, Alat dan Bahan Pembuatan Tenun Gedogan Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei 2021

c. Jejanggel

Alat ini terbuat dari besi kuningan berbentuk gepeng.

Panjangnya 20 cm dan lebar 3 cm. alat ini dimasukkan atau diselipkan antara daun jajak dan tutukan fungsinya sebagai alat perangsang bunyi disaat proses pembuatan kain tenun gedogan sehingga penenun dapat mengetahui tekanan (hentakan) alat tenun (apit) disaat proses menenun agar hasil tenunan menjadi rapat dan rapi.

d. Tutukan

Alat ini terbuat dari kayu berupa sebilah papan, tebalnya 1,5 cm, lebar 10 cm dan panjang 1,5 cm. fungsi alat ini sebagai tempat gulungan benang lungsin yang telah didesain motifnya.

e. Lelangan

Alat ini terbuat dari kayu pilihan yang memiliki panjang 2 meter dengan tebal 10 cm berfungsi sebagai tempat lampat jajak dan tumpuan kaki disaat menenun.

f. Lelidi

Alat ini terbuat dari bamboo yang panjangnya 1 meter dan berbentuk gepung berfungsi untuk memberikan jarak persilangan benang lungsin.

g. Penggolong

Alat ini terbuat dari bambu yang kuat dan berbentuk bulat panjang dengan panjang 100 cm berfungsi membatasi persilangan benang lungsin atas dan bawah untuk mengesek benang yang merekat pada desain dan untuk membuat kain tenun menjadi seimbang ketika sedang memproses kain tenun.

h. Lurusan Gun

Alat ini seperti anak panah yang kedua sisinya runcing dengan panjang 100 cm digunakan untuk mengikat benang-benang yang sudah didesain agar tidak mudah lepas berfungsi untuk membuat motif pada kain tenun.

i. Belida

Alat inii terbuat dari kayu kelapa dengan panjang 90cm, berbentuk seperti pedang (ujung yang satu runcing dan gepeng sedangkan yang lain tumpul) dan berwarna hitam berfungsi untuk menghentakkan benang pakan dan lungsin agar hasil tenun menjadi rapat dan padat.

j. Sisir (suri)

Alat ini terbuat dari irisan bambu yang sangat halus dan disusun rapi hingga berbentuk sisir sepanjang 63 cm dan lebar 5 cm, berbingkai pada kedua sisinya berfungsi untuk mengukuur jarak benang secara merata, menentukan lebarnya tenunan, mempermudah ke luar masuknya teropong.

k. Apit

Alat ini terbuat dari kayu Kalimantan atau kayu nangka berbentuk segi empat dengan ukuran 120 cm dan ujungnya dibuat jari-jari, masing-masing 4 buah berfungsi untuk menggulung sebagian lembaran kain yang sedang dalam proses penenunan.

l. Anak Apit

Alat yang panjangnya 60 cm digunakan untuk menggaet benang lungsi yang baru di tenun kemudian anak apit dimasukkan ke lubang apit tersebut.

m. Lekot

Alat ini terbuat dari kayu yang berbentuk semi busur ukurannya 120 cm berfungsi sebagai sandaran untuk mengencangkan perangkat-perangkat lain pada waktu menenun.

n. Tali Lekot

Alat ini terbuat dari benang serat nanas yang sudah dipintal, akan tetapi karena kemajuan industri, masyarakat sudah memakai tali nyilon untuk menggantikan benang serta nanas. Tali lekot berfungsi untuk menjerat atau mengikat lekot dengan apit supaya benang tetap lurus dan tidak lepas.

o. Pelting

Alat ini terbuat dari bambu yang panjangnya 27 cm dan diameternya 8 cm berfungsi sebagai tempat menggulung atau melintir benang pakan.

p. Teropong

Alat ini terbuat dari ruas ujung bambu yang kecil dengan panjang 37 cm, berdiameter 10 cm berfungsi untuk memasukkan pelting yang sudah digulungi benang agar mudah mendorong benang dari kiri ke kanan pada saat proses menenun.

2. Alat Tenun Gedogan yang digunakan sebelum benang masuk ke alat tenun

Adapun alat-alat tenun gedogan yang digunakan sebelum benang masuk ke alat tenun yaitu Kanjian, Tatakan, Gantian, Pegontong, Erakan, Hanean 7 jari, dan Hanean 9 jari.

3. Bahan Tenun Gedogan Pringgasela a. Benang kapas

b. Katun c. Misrais d. Piber/Rayon62

4. Proses Pembuatan Kain Tenun Gedogan

Dalam pembuatan kain tenun gedogan ada beberapa langkah atau proses yang dilakukan sebagai berikut:63

a. Penyiapan Bahan Baku Tenun

62 Dokumentasi Bahan Tenun Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei 2021

63 Dokumentasi Proses Pembuatan Kain Tenun Gedogan Pringgasela, Pringgasela, 31 Mei

2021

Bahan baku yang biasa digunakan masyarakat pringgasela sebelum menenun yaitu menyediakan kapas, katun, piber, rayon, dan misrais.

b. Fiksinasi

Fiksinasi biasanya di lakukan untuk pengucian warna stelah di warnai dengan pewarnaan alam seperti dari bahan kulit, akar dan daun. Salah satu bahan yaitu kapur sirih, tawas, dan tunjung.

c. Penajinan

Proses penajian bertujuan untuk mengkilatkan serat benang dan menjadi gersang (agar benang tidak kusut). Selain itu, mempermudah persilangan serat benang disaat penenunan, ada beberapa tahapan penajinan sebagai berikut:

1) Ketan putih dimasak seperti bubur kemudian diangkat setelah matang.

2) Kemudian didinginkan 30 menit.

3) Ketan diremas sampai lembut ditambahkan air dingin secukupnya kemudian disaring dengan menggunakan air jernih.

d. Penjemuran

Proses penjemuran adalah proses mengeringkan benang yang sudah di tajin dengan air ketan. Kemudian dijemur dibawah sinar matahari disebuah kebutan dari bambu (tempat penjemuran dari bambu) sampai benar-benar kering. Proses ini bertujuan

untuk membuat serat benang menjadi keras selanjutnya, benang yang sudah dijemur lalu kios (menggulung benang) yang bertujuan untuk mempermudah dalam penghanian benang.

e. Pengelosan

Pengelosan adalah proses menggulung benang menggunakan alat kelosan yang berbentuk roda yang di putar secara manual yaitu alat gentian. Mengelos satu grenten benang yang sudah dijemur dapat menghasilkan panjang 4, 25 meter dan menghasilkan benang lungsin 6 cm dalam satu kelosan untuk satu kain. Dalam mengunakan alat gentian yang digabung dengan alat kajian yang dimodifikasi oleh M. Maliki untuk pengelolasan benang bisa menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk satu kain atau 40 reng benang.

f. Penghanian (hanean)

Alat penghaanian terdiri dari dua macam, yaitu penghanian 9 jari dan penghanian 11 jari. Penghanian 9 jari adalah suatu proses penyusunan benang ke dalam alat hanean yang berfungsi untuk merancang berbagai macam motif dan menghasilkan panjang kain tenun 4 meter dan lebar 60 cm. proses pembuatan membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam. Sedangkan penghanian 11 jari adalah suatu proses untuk merancang berbagai macam motif dan menghasilkan panjang kain 8 meter dan lebar 60 cm dengan

cara kerja yang sama. Waktu yang dibutuhkan sekitar 4 sampai 5 jam.

g. Pencucukan sisir (suri)

Proses pencucukan sisir adalah memasukkan benang lungsin yang sudah selesai di hane (merancang benang lungsin untuk membuat motif kain) ke dalam lubang sisir secara beraturan sehingga benang lungsin tidak tersangkut dan mempermudah persilangan serat benang. Pencucukan sisir (suri) dapat menentukan lebar kain yaitu 60 cm.

h. Penggulungan (melipat benang lungsin)

Melipat benang lungsin ke alat tutukan (alat melipat benang lungsin) proses ini dikerjakan oleh dua orang dan ditarik dengan kencang kemudian benang digulung secara rapi untuk menghasilkan tenunan yang bagus dan rapi.

i. Pemaaletan

Proses pemaletan adalah melilit benang pakan yang akan dimasukkan ke benang lungsin berfungsi untuk mempermudah keluar masuknya benang pakan di saat proses penenunan.

j. Menenun

Setelah melalui proses persiapan alat, persiapan bahan hingga pengolahan bahan maka akan dilakukan kegiatan menenun.

Menenun adalah membuat kain dari helai ke helai benang dengan cara memasukkan benang satu persatu secara berurutan

kemudian ditekan begitu seterusnya, hingga menjadi sebuah lembaran kain tenun gedogan.

5. Produksi Tenun

Tenun yang sudah jadi lembaran dikreasikan ke berbagai kebutuhan sandang yang dipadupadakan seperti, baju, topi, tas, dan sepatu64 B. Pendaftaran Pengetahuan Tradisional Tenun sebagai Aset Masyarakat

1. Memberikan Perlindungan secara lebih tegas terhadap Kepentingan- kepentingan Masyarakat

Sebagai upaya mendapatkan perlindungan hukum. Pengetahuan Tradisional Tenun penting dilakukan Pendaftaran. Tercipta dari suatu ide, gagasan, atau penemuan kelompok masyarakat suatu daerah, memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri yang dikembangkan tanpa mengubah keaslian dan memiliki nilai jual tinggi, tentu akan berdampak positif bagi ekonomi masyarakat. Terkait hal tersebut peneliti mengajukan pertanyaan kepada Kepala Seksi Pembangunan Industri Kecil Menengah tentang pengetahuan tradisional tenun sebagai aset masyarakat. Dalam jawabannya M. Bukhari menyatakan bahwa

“Pengetahuan Tradisional merupakan aset karena sebagai pembeda antara tenun Pringgasela dengan tenun yang ada diwilayah lain”

Pengetahuan tradisional apabila sudah di daftarkan harganya akan menjadi naik karena produksinya hanya boleh di wilayah yang didaftarkan serta produksi tersebut diawasi oleh Negara (Yasona Loly

64 Observasi, Galeri Tenun Pringgasela, 5 Juni 2021.

Dokumen terkait