• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Lingkungan Sekolah yang Kondusif Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Membangun Lingkungan Sekolah yang Kondusif Dalam

Pengembangan sekolah yang efektif, efisien, produktif, dan akuntabel perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim sekolah (school climate). Perubahan iklim sekolah perlu dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan dewas a ini yang semakin terpuruk. Hal ini lebih diperkuat lagi dengan perubahan- perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, yang menuntut penyusaian pendidikan, dan iklim sekolah yang kondusif yang menunjang terhadap pembelajaran yang bermakna. Dalam kerangka inilah perlunya Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam menciptakan iklim dan budaya sekolah dan kondusif, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien, mandiri, produktif, dan akuntbel.

C. Membangun Lingkungan Sekolah yang Kondusif Dalam

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan, kelembagaan, proses pengeloaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, prodiktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya perstasi siswa, menunjukkan pencapainnya yang tinggi seperti: prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik, dan prestasi non akademik seperti: kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompotensi guru, pengadaan buku dan media pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah.

Hal ini menujukkan bahwa dalam peningkatan mutu belajar siswa di sekolah tidaklah mudah kecuali di lakukan dalam tiga hal yaitu input, proses dan output. Olehnya itu, Kepala Sekolah harus mengusahakan semaksimal mungkin agar mutu belajar siswa bisa maju.

2. Usaha-Usaha Dalam Peningkatan Mutu Belajar Siswa di Sekolah a. Program Akselerasi

Undang-Undang Sisdiknas 2003, dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) memberikan kesempatan kepada sekolah dan daerah untuk mengembangkan program-program unggulan sesuai dengan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Dalam hal ini, sekolah dapat mengembangkan program akselerasi (percepatan) untuk melayani dan mengakomodasi peserta didik unggulan, yang belajar dan memiliki kompotensi, serta integritas pribadi diatas rata-rata.

Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki integritas pribadi dan kompotensi di atas rata-rata menyelesaikan kegiatan belajar di sekolah dengan waktu yang relatif

cepat. Peserta didik dapat menempuh masa belajar di sekolah dasar sekitar lima tahun, di sekolah menengah pertama dua tahun, dan di sekolah menengah atas dua tahun. Melalui program akselerasi, peserta didik dalam usia 10 tahun sudah dapat menyelesaikan sekolah dasar, 12 tahun lulus SMP, dan 14 atau 15 tahun sudah lulus SMA, sehingga dalam kurang dari usia 20 tahun sudah dapat meraih sarjana.

b. Mendongkrak Prestasi Belajar

Belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan induvidu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktis latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian, perubahan karena kematangan, keletihan atau penyakit tidak dipandang sebagai hasil belajar.

Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan terjadi secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja, serta menggunakan cara dan kerangka berpikir yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi pembelajaran merupakan titik temu yang besifat mengikat dan mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan pembelajaran hendak-nya ditimbang atau dievaluasi berdasarkan tercapai tidaknya tujuan tersebut.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi. Inteligensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Inteligensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai.

c. Lingkungan Sekitar Sekolah

Pendayagunaan lingkungan sekitar sekolah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam pendekatan lingkungan, pembelajaran disusun sekitar hubungan dan faedahnya. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pemahaman dan kompotensi dengan cara mengamati dan melakukan secara langsung apa-apa yang ada dan belangsung di lingkungan sekitar, baik rumah maupun sekolah. Dalam hal ini, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui pada orang di lingkungan mereka yang dianggap kopotensi tentang masalah yang dihadapi. Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara: pertama, membawa peserta didik ke

lingkungan untuk kepentingan pembelajaran, dengan metode karyawisata, dan pemberian tugas; kedua, membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah untuk kepentingan belajar.

d. Program Kewirausahaan

Pada saat ini banyak sekolah swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik dibanding sekolah negeri, karena tidak terikat oleh alokasi dana dari pemerintah. Hal tersebut menantang sekolah negeri untuk mampu mandiri seperti sekolah swasta. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memahami prinsip kewirausahaan, kemudian mengembangkan serta memasukkannya kedalam kurikulum.

Manajemen iklim dan budaya sekolah memiliki arti yang sangat luas, tidak terbatas pada masalah manajemen. Dalam hal ini, sekolah diharapkan mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi peserta didik, tidak menjadi lembaga mekanik, birokratik, dan kaku, tetapi menjadi sebuah lembaga sosial organik, demokrtif, dan inovatif..

e. Modernisasi Pengelolaan Sekolah

Sekolah hendaknya tidak terpisah dari masyarakat. Oleh karena itu, dalam modernisasi pengelolaan sekolah para pelaksana pendidikan hendaknya bekerja sama dengan sektor-sektor lain di masyarakat yang telah menjalankan usaha modernisasi sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat.

f. Modernisasi Guru

Dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas sekolah, tampaknya faktor guru perlu mendapat perhatian yang pertama dan utama, disamping kurikulumnya, karena baik buruknya suatu kurikulum pada akhirnya bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum tersebut.

g. Modernisasi Pembelajaran

Korban dari sistem pendidikan yang sedang mengalami krisis dewasa ini adalah sebenarnya peserta didik, bukan guru. Pada hari pertama peserta didik memasuki sekolah mereka diliputi berbagai pertanyaan yang mesti dijawab oleh guru-guru. Namun, peserta didik tersebut segera sadar bahwa sekolahnya bukanlah tempat yang tepat bagi mereka untuk memperoleh jawaban seperti itu. Pembaharuan pembelajaran tidak harus disertai dengan pemakaian perlengkapan yang serba hebat. Dalam rangka pengembangan pendidikan guru dan pengambangan karier pendidikan seperti tersebut diatas perlu ditekankan pentingnya pengembangan cara-cara baru belajar yang efektif dan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.

h. Melakukan supervisi

Kegiatan utama pendidikan sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organissasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah

sebagai supervesor, yaitu mensuvervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi sesungguhnya dapat yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern di perlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.

Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan pengawasan dan pengendalian ini merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah di tetapkan.

Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kepala Sekolah sebagai Supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan menlaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervise pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervise kelas, pengembangan program supervisi untuk pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervisiperpustakaan, laboratorium, dan ujian.

Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam melaksanakan program supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler.

Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasi supervisi untuk mengembangkan sekolah. Kepala Sekolah sebagai Supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

Diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang dipecahkan dalam diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga kependidikan, dan masalah-masalah hasil temuan kepala sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas. Diskusi kelompok ini dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang, sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.

Diskusi kelompok ini bisa juga dilaksanakan setelah selesai rapat.

Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan pada jam efektif, seandainya terpaksa diskusi kelompok dan rapat ini dilaksanakan pada jam efektif, maka guru-guru harus memberikan tugas kepada para peserta didik sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas pada saat itu, misalnya mengadakan pengamatan atau observasi. Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus menarik agar tidak menjadi beban.

Kunjungan kelas. Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan

pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar; terutama dalam pemilihan dan pengunaan metode pembelajaran, media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang di ajarkan.

Berdasarkan hasil kunjungan kelas, Kepala Sekolah bersama guru bisa mendiskusikan sebagai permasalahan yang di temukan, mencari jalan keluar atas permasalahan yang di temukan dan menyusun program- program pemecahan untuk masa akan datang, baik menyangkut peningkatan profesionalisme guru maupun yang menyangkut pembelajaran. Pelaksanaan kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah dapat diberitahukan terlebih dahulu, tetapi pula dapat dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan dan program kerja Kepala Sekolah, atau atas undangan guru.

Pembicaraan individual. Pembicaraan individual merupakan teknik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakan oleh Kepala Sekolah untuk memberikan konseling kepada guru, baik yang berkaitan dengan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru.

Pembicaraan individual dapat menjadi strategi pembinaan tenaga kependidikanyang sangat efektif, terutama dalam memecahkan masalah-

masalah yang menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Meskipun demikian, pembicaraan individual ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagaian guru, yang merasa terusik privasinya.

Simulasi pembelajaran. Simulasi pembelajaran merupakan suatu teknik supervisi terbentuk demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai instropeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini dapat dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya sebulan sekali mengajar dikelas-kelas tertentuuntuk mengadakan simulasi pembelajaran.

Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodic dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk membantu mengembangkan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat diajukan oleh (1) meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerja, dan (2) meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (guru) dan melaksanakan tugasnya.

D. Faktor Penghambat dan Pendukung Bagi Kepala Sekolah Dalam

Dokumen terkait