• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membedakan Teks Tantangan

Dalam dokumen Buku Siswa Kelas IX Bahasa Indonesia (Halaman 148-157)

Bab III Menyanggah Pendapat Dan Gagasan secara Bijak

Tugas 2 Membedakan Teks Tantangan

Pendapatan Belanja Negara Perubahan) 2013 sejumlah 287,14 triliun. Subsidi energi tahun ini mencakup BBM/LPG dengan pengajuan 210,73 triliun.

Sementara itu, realisasi tahun lalu mencapai 210 triliun dari APBN-P 2013 sebesar 199,9 triliun. Peningkatan subsidi BBM tersebut karena lonjakan konsumsi minyak Indonesia. Di sisi lain, produksi (lifting) minyak tidak mencapai target. Contoh, sejak tahun 2009, realisasi produksi minyak selalu di bawah target.

Pada tahun 2013, targetnya 840 ribu barel per hari, sedangkan realisasinya 825 ribu barel per hari.

Bagaimana dengan konsumsi minyak? Pada tahun 2009, konsumsinya sebesar 1,02 juta barel per hari. Kemudian, pada tahun 2013 melonjak menjadi 1,50 juta barel per hari. Dengan demikian, pada tahun lalu Indonesia harus mengimpor minyak sebesar 725 ribu barel per hari. Indonesia adalah negara pengekspor sekaligus pengimpor minyak.

Sejak 2004, Indonesia sudah menjadi importir minyak (net importer oil). Dengan kata lain, jumlah impor untuk memenuhi konsumsi domestik melebihi jumlah ekspor minyak. Sebelum tahun 2004, Indonesia masih dikenal sebagai eksportir minyak (net exporter oil) karena ekspor lebih tinggi dari impor.

Subsidi BBM harus diakui cenderung meningkat. Kondisi ini tentu membebani APBN. Untuk itu, diperlukan upaya menurunkan atau bahkan menghapus subsidi BBM secara bertahap.

Meskipun demikian, kelompok masyarakat yang kontra penurunan subsidi BBM mempunyai argumentasi lain. Penurunan subsidi yang diikuti kenaikan harga BBM memicu inflasi (barang dan jasa mahal). Kondisi ini menjadikan daya beli masyarakat turun, khususnya masyarakat miskin. Akhirnya, jumlah penduduk kategori miskin akan bertambah.

Kenaikan harga BBM dan inflasi akan menyebabkan permintaan domestik menurun sehingga melemahkan produksi. Penurunan produksi di berbagai sektor ekonomi akan meningkatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan meningkatkan pengangguran. Ringkasnya, kelompok kontra berpendapat kenaikan harga BBM menyebabkan inflasi, kemiskinan, serta pengangguran lebih tinggi.

Penurunan dan/atau penghapusan subsidi BBM tentu berdampak negatif terhadap perekonomian dalam jangka pendek, terutama inflasi, sektoral, ekonomi makro, kemiskinan, dan pengangguran. Yang perlu dicermati adalah dampak terhadap kemiskinan dan pengangguran. Pemerintah baru harus sudah mempunyai solusi terhadap subsidi BBM, seperti keberanian menurunkan subsidi BBM secara bertahap sampai akhirnya menghapus.

Dampak negatif penurunan subsidi BBM dalam jangka pendek dapat dikurangi dengan menerapkan kebijakan fiskal lewat jaring pengaman sosial dan kebijakan moneter. Selain itu, Bank Indonesia dapat menurunkan jumlah uang beredar melalui instrumen menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pengurangan subsidi BBM juga harus disertai program kompensasi. Akan tetapi, program kompensasi yang tidak efektif justru akan meningkatkan kemiskinan.

Sebaliknya, jika program kompensasi dapat dilaksanakan dengan efektif, dapat menekan kemiskinan. Kompensasi sebaiknya bukan dalam bentuk tunai, tetapi dapat berupa asuransi kesehatan, beasiswa pendidikan, modal kerja usaha kecil dan menengah, padat karya, serta beras untuk masyarakat miskin.

Subsidi tidak dapat diberlakukan terus-menerus. Andai subsidi terpaksa diberikan, harus diberlakukan secara adil, selektif, dan tepat sasaran dengan jangka waktu terbatas. Subsidi harus dikurangi secara bertahap, sampai akhirnya dihapus. Pemerintah baru didorong berani mengurangi subsidi BBM disertai penjelasan kepada masyarakat.

Oleh: Y. Sri Susilo, MSi.

Penulis adalah Dosen Atma Jaya Yogyakarta

(Diolah dari Sumber: http://www.koran-jakarta.com/?13837-pengurangan+subsidi+bbm

Kamu baca dan kamu amati teks “Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak” dengan cermat. Kemudian, tentukan struktur teks tersebut serta ciri- ciri kebahasaannya.

Struktur Teks Tantangan “Pengurangan Subsidi BBM”

Struktur Teks Teks Fungsi Sosial Unsur Kebahasaan

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

2) Teks Diskusi

Perlukah Pengurangan Subsidi BBM?

Foto: istimewa

Gambar 3.4: BBM Subsidi

Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi tahun 2013 sebesar 299,59 triliun dari yang ditetapkan APBN-P 2013 sejumlah

287,14 triliun. Subsidi energi tahun ini mencakup BBM/LPG dengan pengajuan 210,73 triliun.

Sementara itu, realisasi tahun lalu mencapai 210 triliun dari APBN-P 2013 sebesar 199,9 triliun. Peningkatan subsidi BBM tersebut karena lonjakan konsumsi minyak Indonesia. Di sisi lain, produksi (lifting) minyak tidak mencapai target. Contoh, sejak tahun 2009, realisasi produksi minyak selalu di bawah target. Pada tahun 2013, targetnya 840 ribu barel per hari, realisasinya 825 ribu barel per hari.

Bagaimana dengan konsumsi minyak? Pada tahun 2009, konsumsinya sebesar 1,02 juta barel per hari. Kemudian, pada tahun 2013 melonjak menjadi 1,50 juta barel per hari. Dengan demikian, pada tahun lalu Indonesia harus mengimpor minyak sebesar 725 ribu barel per hari. Indonesia adalah negara pengekspor sekaligus pengimpor minyak.

Sejak 2004, Indonesia sudah menjadi importir minyak (net importer oil). Dengan kata lain, jumlah impor untuk memenuhi konsumsi domestik melebihi jumlah ekspor minyak. Sebelum tahun 2004, Indonesia masih dikenal sebagai eksportir minyak (net exporter oil) karena ekspor lebih tinggi dari impor.

Subsidi BBM harus diakui cenderung meningkat. Kondisi ini tentu membebani APBN. Untuk itu, diperlukan upaya menurunkan atau bahkan menghapus subsidi BBM secara bertahap. Mengenai kebijakan penurunan subsidi BBM yang berdampak pada kenaikan harga BBM, tentu menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan.

Kelompok yang setuju penurunan subsidi BBM mempunyai argumentasi subsidi akan menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian. Besaran subsidi tersebut sebagian dinikmati produsen dan konsumen, namun ada yang hilang dan tak dinikmati keduanya (dead-weight welfare loss). Subsidi BBM tidak tepat sasaran. Masyarakat yang berpenghasilan lebih tinggi menikmati subsidi BBM lebih besar daripada rakyat berpendapatan rendah.

Dengan subsidi, harga di pasar domestik menjadi lebih murah. Akibatnya, cenderung terjadi konsumsi berlebihan (over consumption) atau pemborosan energi. Kondisi tersebut juga akan mendorong penyelundupan ke pasar internasional. Hasil pengurangan anggaran subsidi BBM dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, asuransi, jaminan kesehatan, beasiswa

pendidikan, program padat karya dan kegiatan lainnya untuk masyarakat miskin. Jika harga naik, konsumsi menjadi semakin rasional (tidak berlebihan). Selanjutnya, kondisi kualitas lingkungan menjadi semakin baik karena polusi berkurang.

Kelompok yang kontra penurunan subsidi BBM mempunyai argumentasi lain. Penurunan subsidi yang diikuti kenaikan harga BBM memicu inflasi (barang dan jasa mahal). Kondisi ini menjadikan daya beli masyarakat turun, khususnya masyarakat masyarakat miskin. Akhirnya, jumlah penduduk kategori miskin akan bertambah.

Kenaikan harga BBM dan inflasi akan menyebabkan permintaan domestik menurun sehingga melemahkan produksi.

Penurunan produksi di berbagai sektor ekonomi akan meningkatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan meningkatkan pengangguran.

Ringkasnya, kelompok kontra berpendapat kenaikan harga BBM menyebabkan inflasi, kemiskinan, serta pengangguran lebih tinggi.

Penurunan dan/atau penghapusan subsidi BBM tentu berdampak negatif terhadap perekonomian dalam jangka pendek, terutama inflasi, sektoral, ekonomi makro, kemiskinan, dan pengangguran, tetapi kecil. Yang perlu dicermati adalah dampak terhadap kemiskinan dan pengangguran. Pemerintah baru harus sudah mempunyai solusi terhadap subsidi BBM, seperti keberanian menurunkan subsidi BBM secara bertahap sampai akhirnya menghapus.

Dampak negatif penurunan subsidi BBM dalam jangka pendek dapat dikurangi dengan menerapkan kebijakan fiskal lewat jaring pengaman sosial dan kebijakan moneter dan Bank Indonesia dapat menurunkan jumlah uang beredar melalui instrumen menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pengurangan subsidi BBM juga harus disertai program kompensasi. Meskipun demikian, program kompensasi yang tidak efektif justru akan meningkatkan kemiskinan.

Sebaliknya, jika program kompensasi dapat dilaksanakan dengan efektif, dapat menekan kemiskinan. Kompensasi sebaiknya bukan dalam bentuk tunai, tetapi dapat berupa asuransi kesehatan, beasiswa pendidikan, modal kerja UMKM, padat karya, serta beras untuk masyarakat miskin.

Subsidi tidak dapat diberlakukan terus-menerus. Andai subsidi terpaksa diberikan, harus diberlakukan secara adil, selektif, dan tepat sasaran dengan jangka waktu terbatas. Subsidi harus dikurangi secara bertahap, sampai akhirnya dihapus. Pemerintah baru didorong berani mengurangi subsidi BBM disertai penjelasan kepada masyarakat.

Oleh: Y. Sri Susilo, MSi.

Penulis adalah Dosen Atma Jaya Yogyakarta

(diolah dari sumber: http://www.koran-jakarta.com/?13837-pengurangan+subsidi+bbm)

Kamu baca dan kamu amati teks “Pengurangan Subsidi BBM” dengan cermat. Kemudian, tentukan struktur teks tersebut serta ciri-ciri kebahasaannya.

Struktur Teks Diskusi “Perlukah Pengurangan Subsidi BBM”

Struktur teks Teks Fungsi sosial Unsur kebahasaan

………

……… ………

……… ………

……… ...………

...………

………

……… ………

……… ………

……… ...………

...………

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

3) Teks Eksposisi

Subsidi BBM Perlu Dikurangi

Foto: istimewa

Gambar 3.5: BBM Subsidi

Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi tahun 2013 sebesar 299,59 triliun dari yang ditetapkan APBN-P 2013 sejumlah 287,14 triliun. Subsidi energi tahun ini mencakup BBM/LPG dengan pengajuan 210,73 triliun.

Sementara itu, realisasi tahun lalu mencapai 210 triliun dari APBN-P 2013 sebesar 199,9 triliun. Peningkatan subsidi BBM tersebut karena lonjakan konsumsi minyak Indonesia. Di sisi lain, produksi (lifting) minyak tidak mencapai target. Contoh, sejak tahun 2009, realisasi produksi minyak selalu di bawah target. Pada tahun 2013, targetnya 840 ribu barel per hari, realisasinya 825 ribu barel per hari.

Bagaimana dengan konsumsi minyak? Pada tahun 2009, konsumsinya sebesar 1,02 juta barel per hari. Kemudian, pada tahun 2013 melonjak menjadi 1,50 juta barel per hari. Dengan demikian, pada tahun lalu Indonesia harus mengimpor minyak sebesar 725 ribu barel per hari. Indonesia adalah negara pengekspor sekaligus pengimpor minyak.

Sejak 2004, Indonesia sudah menjadi importir minyak (net importer oil). Dengan kata lain, jumlah impor untuk memenuhi konsumsi domestik melebihi jumlah ekspor minyak. Sebelum

tahun 2004, Indonesia masih dikenal sebagai eksportir minyak (net exporter oil) karena ekspor lebih tinggi dari impor.

Subsidi BBM harus diakui cenderung meningkat. Kondisi ini tentu membebani APBN. Untuk itu, diperlukan upaya menurunkan atau bahkan menghapus subsidi BBM secara bertahap.

Kelompok yang setuju penurunan subsidi BBM mempunyai argumentasi subsidi akan menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian. Besaran subsidi tersebut sebagian dinikmati produsen dan konsumen, namun ada yang hilang tak dinikmati keduanya (dead-weight welfare loss). Subsidi BBM tidak tepat sasaran. Masyarakat yang berpenghasilan lebih tinggi menikmati subsidi BBM lebih besar daripada rakyat berpendapatan rendah.

Dengan subsidi, harga di pasar domestik menjadi lebih murah. Akibatnya, cenderung terjadi konsumsi berlebihan (over consumption) atau pemborosan energi. Kondisi tersebut juga akan mendorong penyelundupan ke pasar internasional. Hasil pengurangan anggaran subsidi BBM dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, asuransi, jaminan kesehatan, beasiswa pendidikan, program padat karya dan kegiatan lainnya untuk masyarakat miskin. Jika harga naik, konsumsi menjadi semakin rasional (tidak berlebihan). Selanjutnya, kondisi kualitas lingkungan menjadi semakin baik karena polusi berkurang.

Sebaliknya, jika dapat dilaksanakan dengan efektif, program kompensasi dapat menekan kemiskinan. Kompensasi sebaiknya bukan dalam bentuk tunai, tetapi dapat berupa asuransi kesehatan, beasiswa pendidikan, modal kerja UMKM, padat karya, serta beras untuk masyarakat miskin.

Subsidi tidak dapat diberlakukan terus-menerus. Andai subsidi terpaksa diberikan, harus diberlakukan secara adil, selektif, dan tepat sasaran dengan jangka waktu terbatas. Subsidi harus dikurangi secara bertahap, sampai akhirnya dihapus. Pemerintah baru didorong berani mengurangi subsidi BBM disertai penjelasan gamblang kepada masyarakat.

Oleh: Y. Sri Susilo, MSi.

Penulis adalah Dosen Atma Jaya Yogyakarta

(Diolah dari Sumber: http://www.koran-jakarta.com/?13837-pengurangan+subsidi+bbm)

Kamu baca dan kamu amati teks “Pengurangan Subsidi BBM” dengan cermat. Kemudian, tentukan struktur teks tersebut serta ciri-ciri kebahasaannya.

Struktur Teks Eksposisi “Subsidi BBM Perlu Dikurangi”

Struktur teks Teks Fungsi sosial Unsur kebahasaan

………

……… ………

……… ………

……… ...………

...………

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

………

………

………

………

………

………

………

………

………

...………

...………

...………

Setelah membaca dan membandingkan teks tantangan, teks diskusi, dan teks eksposisi tersebut, jawablah pertanyaan berikut.

1) Apakah ketiga jenis teks di atas memiliki perbedaan dalam hal struktur, fungsi sosial, dan unsur kebahasaan

2) Apa perbedaan struktur, fungsi sosial, dan unsur kebahasaan antara teks tantangan, teks diskusi, dan teks eksposisi? Jelaskan jawaban kamu!

3) Apa persamaan antara teks tantangan, teks diskusi, dan teks eksposisi?

Jelaskan jawabanmu!

Dalam dokumen Buku Siswa Kelas IX Bahasa Indonesia (Halaman 148-157)