• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membuat Peta Potensi Bencana Longsor

Dalam dokumen BENCANA TANAH LONGSOR (Halaman 80-91)

BAB IV PEMBAHASAN

4.5. Membuat Peta Potensi Bencana Longsor

Data sekunder yang telah didapatkan dari berbagai instansi berupa data parameter penyebab longsor di antaranya yaitu data kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, keberadaan sesar, jenis tanah dan keadaan geologi. Dari data tersebut kemudian dibuat peta masing-masing tiap parameter penyebab longsor, kemudian dilakukan skoring pada masing-masing data atribut parameter. Proses pengisian skor seperti pada tabel yang telah ditentukan berdasarkan pengaruh terhadap penyebab longsor, di mana skor 4 diberikan kepada data atribut parameter yang memiliki pengaruh besar terhadap bencana longsor di Kota Sukabumi. Selanjutnya, setelah proses skoring dan pembobotan dilakukan dalam perangkat lunak ArcGIS.

a. Skoring

1. Pemberian Skor Parameter Jenis Tanah

Data Atribut Jenis Tanah Skor

Latosol 4

Andosol 3

Data Atribut Jenis Tanah Skor

Grumusol 3

Padzolik 3

Sumber: Pengolahan Data 2019

2. Pemberian Skor Parameter Penggunaan Lahan

Data Atribut Penggunaan Lahan Skor

Tanah Kosong 1

Hutan Kering 1

Semak Belukar 3

Pemukiman 4

Empang 4

Gedung/Bangunan 4

Kebun 2

Ladang 2

Sawah 4

Sumber: Pengolahan Data 2019

3. Pemberian Skor Parameter Geologi

Data Atribut Geologi Kota Sukabumi Skor

Formasi Rajamandala 3

Anggota Batugamping Formasi Rajamandala 2

Batuan gunungapi gunung gede 4

Aluvium 3

Anggota Tuf dan Breksi Formasi Jampang 3 Sumber: Pengolahan Data 2019

4. Pemberian Skor Parameter Curah Hujan

Data Atribut Curah Hujan Kota Sukabumi Skor

2500 - 3000 mm 4

3000 - 3500 mm 4

Sumber: Pengolahan Data 2019

5. Pemberian Skor Parameter Kemiringan Lereng

Data Atribut Kemiringan Lereng Skor

0-8% 1

8-15% 1

15-25% 2

25-45% 3

>45% 4

Sumber: Pengolahan Data 2019 b. Pembobotan

Pembobotan adalah pemberian bobot pada masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana longsor.

Pembobotan di sini berdasarkan perhitungan menggunakan metode AHP.

Tabel 4.9. Bobot Parameter Penyebab Longsor Kota Sukabumi

Kriteria Bobot

Curah Hujan 0,330

Kemiringan Lereng 0,234

Penggunaan Lahan 0,128

Keberadaan Sesar 0,94

Geologi 0,87

Jenis Tanah 0,67

Sumber: Pengolahan Data 2019 Perkalian Skor dengan Bobot

Untuk menentukan nilai dari parameter yang baru, maka diperlukan persamaan matematis dengan cara menggabungkan antara skoring dan pembobotan.

Persamaannya yaitu:

X= Wi * Vi

Keterangan:

X = Nilai Potensi Longsor W = Bobot Parameter-i V = Skor tiap data atribut parameter ke-i

Sehingga nilai tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkatannya dengan menganalisis menggunakan teknik overlay (tumpang susun) peta.

Analisis Spasial

Analisis spasial dilakukan dengan melakukan overlay (tumpang susun) dari setiap faktor penyebab terjadinya longsor menggunakan perangkat komputer GIS. Berdasarkan hasil analisis spasial, maka daerah yang berpotensi longsor tersebar hampir di seluruh daerah Kota Sukabumi. Umumnya hampir seluruh kejadian longsor ini terjadi di kawasan pemukiman masyarakat yang derajat kemiringannya sangat tinggi. Tentunya selain derajat kemiringannya yang tinggi, daerah longsor ini umumnya memiliki batuan dan jenis tanah yang labil terutama pada saat hujan.

Tabel 4.10. Klasifikasi Potensi Longsor Kota Sukabumi Kelas Potensi Longsor Luas Ha Persentase %

Rendah 320,00 7%

Sedang 1. 689,83 35%

Tinggi 2. 876,99 59%

Jumlah 4. 886,82 100%

Sumber: Pengolahan Data 2019

Tabel tersebut dihitung berdasarkan luas area Kota Sukabumi dalam ArcGIS. Dengan memasukkan koordinat dan geometri, didapatkan luas area Kota Sukabumi dan luas area daerah longsor dengan perhitungan metode AHP.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa daerah Kota Sukabumi ini memiliki potensi tinggi untuk terjadinya bencana longsor. Untuk potensi longsor dengan kelas tinggi memiliki nilai 59% dengan total luas keseluruhan mencapai 2.

876,99 ha. Untuk potensi longsor dengan kelas sedang sebesar 35%

dengan luas 1. 689,83 ha dan untuk potensi longsor dengan kelas terendah memiliki nilai paling kecil yaitu sebesar 7% dengan luas 320,00 ha.

Perbedaan luas daerah yang berpotensi longsor di Kota Sukabumi dipengaruhi oleh beberapa parameter yang digunakan yaitu parameter curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, geologi, penggunaan lahan dan keberadaan sesar. Di setiap kawasan di Kota Sukabumi, pengaruh setiap parameter ini berbeda-beda. Akan tetapi umumnya kejadian longsor di Kota Sukabumi sangat dipengaruhi oleh tingkat intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada keadaan lahan yang sudah dibuka oleh masyarakat pada daerah dengan keadaan derajat kemiringan lereng yang cukup tinggi.

Gambar 4.13. Peta Potensi Bencana Tanah Longsor Kota Sukabumi Jawa Barat

BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor utama penyebab terjadinya bencana longsor di Kota Sukabumi dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan penentuan daerah berpotensi longsor di Kota Sukabumi dengan analisis spasial, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan persepsi para ahli terhadap 6 (enam) faktor yang mempengaruhi penyebab longsor di Kota Sukabumi faktor curah hujan mendapatkan bobot tertinggi yaitu 0,330 dan parameter yang memperoleh skor terkecil adalah parameter jenis tanah dengan bobot 0,067.

2. Hasil analisis berdasarkan pembobotan menggunakan metode AHP mengenai kejadian bencana longsor di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa pengaruh parameter curah hujan sebesar 35%, parameter kemiringan lereng 25%, penggunaan lahan 14%, keberadaan sesar 10%, keadaan geologi 9% dan jenis tanah 7%.

3. Luas tingkat potensi bencana longsor di Kota Sukabumi yaitu, untuk potensi longsor dengan kelas tinggi memiliki nilai 59%

dengan total luas keseluruhan mencapai 2. 876,99 ha. Untuk potensi longsor dengan kelas sedang sebesar 35% dengan luas 1. 689,83 ha dan untuk potensi longsor dengan kelas terendah memiliki nilai paling kecil yaitu sebesar 7% dengan luas 320,00 ha.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Kabupaten Sukabumi Dalam Angka 2018, Sukabumi: BPS.

Bakornas Penanggulangan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Direktorat Mitigasi Lahar BAKORNAS PB: Jakarta.

BNPB, 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008.

______, 2012. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012.

Cruden DM, Varnes DJ. 1996. Landslide Type and Processes. Landslide:

Investigation and Mitigation. 247: 36-7.

Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Jakarta: Dinas PU RI.

Djuaridah, Anik. 2009. Indeks Kerentanan Sosial Ekonomi untuk Bencana Alam di Wilayah Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Goenadi. 2003. Konservasi lahan terpadu daerah rawan bencana longsoran di Kabupaten Kulonprogo. Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hafiyussholeh, M. 2009. Pengaruh Gangguan Pada Matriks Pairwise Comparison Terhadap Rasio Konsistensi dan Pembalikan Dominasi dalam Analytical Hierarchy Process. Thesis. Bandung:

ITB

IRBI, 2013. Indeks Risiko Bencana Indonesia. 2013.

Komac, M. 2005. A Landslide Susceptibility Model Using the Analytical Hierarchy Process Method and Multivariate Statistics in Perialpine Slovenia. Journal of Geomorphology (2006) 74 Page 17- 28.

Latifah, S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy proces.

SumateraUtara: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Murayama Y, Estoque RC. 2010. Foundamentals of Geographic Information System Japan (JP): University of Tsukuba.

Paimin, Sukresno dan Pramono, I. B. 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan: Tropenbos International Indonesia Programme.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2015. Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah/Tanah Longsor dan Banjir Bandang di Seluruh Indonesia. Bandung: ESDM, Kementrerian.

Saaty, T. L. 1988, Decision Making for Leader, The Analytical Hierarchy Process for Decisionsin Complex World, RWS Publikations 4922 Ellsworth Avenue Pittsburgh, USA.

Saleh, M. B dan Tatang Tiryana. 2007. Technique Pengambilan Keputusan dengan Metode AHP. Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor.

Shabibi H, Hashim. 2015. Landslide Susceptibility Mapping Using GIS- based Statistical Models and Remote Sensing Data in Tropical Environment. Scientific Reports. Malaysia (MY): Universiti Teknologi Malaysia.

Skempton, A. W., and Hutchinson. 1969. Stability of Natural Slope and Embankment Foundations. In Slope Stability and Stabilization Methods, 1996, Abramson, et. al. New York.

Soeters R, Van Westen CJ. 1996. Slope Stability Recognition, Analysis, and Zonation Application of Geographical Information System to Landslide Hazard Zonation. Di dalam: Landslides: Investigation and Mitigation. Washington DC (US): National Academy Press. 129-177.

Somantri, L. 2008. Kajian Mitigasi Bencana Longsor Lahan dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh. Padang, 22–23 Nopember 2008, 10 hlm.

Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode Analytical Hierarchy Process.

http://Syaifullah08. wordpress. com/.

Van Westen, C. J. 1993. Aplication of Geographic Information System to Landslide Hazard Zonation. The Netherlands, Enschede: ITC Publication.

http://bpbd. sukabumikota.go.id/, diakses pada 26 November 2018

http://dibi. bnpb. go.id/dibi/, diakses pada 26 November 2018 http://inarisk. bnpb.go.id/pdf/Buku%20RBI_Final_low.pdf, Risiko

Bencana Indonesia, 2016 diakses pada 26 November 2018.

http://investasi. sukabumikab.go.id/investasi. html, diakses pada 26 November 2018.

https://www.bnpb. go. id/uploads/24/buku-rbi.pdf, diakses pada November 2018

https://www.esdm. go.id/, diakses pada 15 Mei 2019

PROFIL PENULIS

Dr. Muzani, M.Si.

Penulis dilahirkan di Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat.

Pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas ditempuh di Kota Solok. Penulis merupakan dosen di Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. Menyelesaikan pendidikan S-1 pada Fachbereich Geowissenschaft (Geologie) di Technische Universitaet, Berlin, Jerman. Pendidikan S-2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut di IPB dan S-3 pada program studi yang sama di IPB. Saat ini, selain sebagai dosen tetap di Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, penulis juga mengajar di Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Selain mengajar, penulis juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat serta publikasi ilmiah pada bidang geografi kebencanaan, geologi, dan pengelolaan sumberdaya.

Latar belakang pendidikan di bidang kebumian membuat penulis sering menjadi narasumber pada berbagai pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam pembinaan siswa Kontingen DKI Jakarta pada ajang Olimpiade Sains tingkat Nasional bidang Geografi dan Kebumian. Sebagai dosen pada bidang Pendidikan Geografi membawa penulis juga aktif menjadi instruktur nasional pada sertifikasi guru-guru bidang geografi. Karya penulis dalam bentuk buku ajar yang sudah ber-ISBN telah diterbitkan, antara lain (1) Geologi, (2) Mineralogi, (3) Gunung Sinabung, dan (4) Mitigasi Bencana. Selain itu, penulis juga sudah membuat lebih dari 10 hak cipta pada bidang kebencanaan.

Dalam dokumen BENCANA TANAH LONGSOR (Halaman 80-91)

Dokumen terkait