• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Metode Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam ketegori, menjabarkan kedalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam

melakukan data analisi mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiyono 2018:246) yang diteliti beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2018:247) Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan topic penelitian, mencari tema dan polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Dalam mereduksi data akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai dan telah ditentukan sebelumnya. Reduksi data juga merupakan suatu proses berfikir kritis yang memerlukan kecerdasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono 2018:149) penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Data yang diperoleh dari wawancara yang mendalam dikumpulkan untuk kemudian diambil kesimpulannya sehingga bisa disajikan dalam bentuk teks deskriftif.

3. Menarik Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018:252) kesimpulan

34

dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan perumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupah deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PAMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografis dan Monografi

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan daratan Sulawesi dan berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibu kota Sulawesi Selatan terletak antara 05020’-05040’ LS dan 119058’- 120028’ BT. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba secara keseluruhan sekitar 1.154,7 km2 atau sekitar 2,5 persen dari wilayah Sulawesi-Selatan yang meliputi 10 kecamatan dan terbagi dalam 27 Kelurahan dan 109 Desa.

Kelurahan Tanuntung merupakan salah satu dari 8 (delapan) Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Kelurahan Tanuntung terdiri atas 5 (lima) Lingkungan yaitu Lingkungan Tanuntung, Lingkungan Duriang, Lingkungan Alorang, Linkungan Banyoro dan Lingkungan Bontobana. Kelurahan Tanuntung adalah pusat Pemerintahan Kecamatan Herlang.

Luas wilayah Kelurahan Tanuntung sekitar 1.063 m2. Sebagai pusat Pemerintahan Kecamatan Herlang sebagian besar lahan di Kelurahan Tanuntung dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, dan areal kantor Pemerintahan Daerah. Ada juga sebagian kecil

36

masyarakat yang berprofesi sebagai Nelayan dan petani, namun luas penggunaan lahan tak begitu signifikan, hanya disekitaran rumah saja.

Secara umum keadaan tofografi Kelurahan Tanuntung adalah daerah daratan rendah dan daerah perbukitan. Wilayah Lingkungan Banyoro, Lingkungan Duriang dan Lingkungan Alorang berada di daerah pinggir laut dan sebagian berada di daerah perbukitan dan khusus Lingkungan Tanuntung dan Lingkungan Botobana berada pada daerah ketinggian (perbukitan).

Batas wilayah Kelurahan Tanuntung - Sebelah Timur : Teluk Bone - Sebelah Utara : Desa Gunturu

- Sebelah Barat : Desa Singa dan Desa Borong - Sebelah Selatan : Kelurahan Bontokamase

Berikut gambar terlampir peta administrasi Kelurahan Tanuntung dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1

Peta Administrasi Kelurahan Tanuntung

2. Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data arsip di Kelurahan tanuntung, Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba terdiri atas 1.682 KK dengan total jumlah jiwa 4.656 jiwa. Berikut perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan.

Tabel 4.1

Keadaan Penduduk Kelurahan Tanuntung tahun 2022

Laki-laki Perempuan Total

2.364 Jiwa 2.292 Jiwa 4.656 Jiwa

Sumber : Dok.Arsip Kantor Kelurahan Tanuntung Tahun 2022.

Tingkat kesejateraan Masyarakat Kelurahan Tanuntung. Berikut perbandingan jumlah KK Sejahtera dan prasejahtera di Kelurahan Tanuntung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kel.Tanuntung

Pra Sejahtera Sejatera Total

600 KK 585 KK 1.185 KK

Sumber : Dok.Arsip Kantor Kelurahan Tanuntung Tahun 2022.

Kelurahan Tanuntung adalah pusat Kecamatan Herlang, sebagian besar penduduk di Kelurahan Tanuntung bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kelurahan Tanuntung juga merupakan kota jasa dan perdagangan sehingga sektor juga ini menjadi tumpuan hidup sebagian penduduknya hanya sebagian kecil yang berprofesi sebagai nelayan.

Berikut perbandingan persentase jenis mata pencaharian penduduk Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

38

Tabel 4.3

Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan Tanuntung

Mata Pencaharian Persentase

Petani 25%

Nelayan 5%

Peternak 5%

Wiraswasta 20%

PNS 35%

Karyawan 1%

Pengrajin 9%

Sumber : Dok.Arsip Kantor Kelurahan Tanuntung Tahun 2022.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di Kelurahan Tanuntung, diantaranya bekerja sebagai Petani sebesar 25%, Nelayan sebesar 5%, Peternak sebesar 5%, Wiraswasta sebesar 20%, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 35%, Karyawan sebesar 1%, Pengrajin 9%. Pada tabel tersebut jumlah persentase paling tinggi adalah PNS yaitu 35% dan yang paling rendah adalah Karyawan yaitu 1%.

Sarana dan pra sarana kelurahan Tabel 4.4 Sarana Umum

Sarana Jumlah

Pasar 2 Buah

Pelabuhan - Buah

Terminal - Buah

TPI - Buah

Sumber : Dok.Arsip Kantor Kelurahan Tanuntung Tahun 2022.

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan

Sarana Jumlah

TK 4 Buah

SD/MIS 6 Buah

SMP/M.Ts 2 Buah

SMA/MAN 1 Buah

Sumber : Dok.Arsip Kantor Kelurahan Tanuntung Tahun 2022.

B. Deskripsi Narasumber

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 5 orang, yang terdiri dari Juragan, dan Anak Buah Kapal di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Dapat dilihat dari tabel 4.6.

Tabel 4.6 Identitas Responden N

o

Nama Usia Pendidikan Terakhir

Lama Melaut (Tahun)

Keterangan

1 .

Muh. Ramli 43 Thn

SMA 17

Tahun

Juragan Darat (Pemilik kapal) 2

.

Sudirman 32 Thn

SMA 13

Tahun

Juragan Laut (Juru mudi) 3

.

Hermansa 42 Thn

SMP 13

Tahun

ABK (Pakkaca/

Penyelam) 4

.

Sultan Baco 56 Thn

SD 10

Tahun

ABK (Penarik Jaring) 5

.

Sabri 22

Thn

SMA 6 Tahun ABK (Penarik Jaring) Sumber: Data Primer Tahun 2022

C. Hasil Penelitian

a. Sistem Pembagian Upah

Masyarakat nelayan di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba memiliki keunikan mengenai masalah upah

40

yang diberikan kepada anak buah kapal yaitu sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil tersebut dibebankan pada pendapatan bersih dari hasil tangkapan setelah dipotong biaya melaut. Hal ini diungkap pada saat proses wawancara dengan informan bapak MR (30 April 2022) sebagai juragan, mengatakan bahwa dalam sistem pengupahan yang dilakukan dengan cara bagi hasil tangkapan para anak buah kapal (ABK).

Selain itu menurut informan berinisial SDR (8 Mei 2022) beliau mengatakan bahwa sistem pengupahan yang dilakukan oleh juragan kepada kami menggunakan sistem bagi hasil yang tidak merugikan kami para anak buah kapal (ABK) dan juragan. Dari hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa, sistem pengupahan anak buah kapal di Kelurahan Tanuntung ini mengunakan sistem bagi hasil yang adil, dimana jurangan dalam pemberian upah disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Jika ada dua orang atau lebih mengerjakan pekerjaan yang sama, maka upah yang didapatkan mesti sama, siapapun pekerja, apakah tua atau muda, berpendidikan atau tidak, selagi mengerjakan pekerjaan yang sama, maka mereke akan dibayar dengan upah yang sama.

b. Mekanisme atau Perhitungan Dalam Pengupahan Ini

Mekanisme atau perhitungan dalam pengupahan ini tergantung dari banyaknya hasil yang didapat saat melaut. Dimana dalam pemberian upah berdasarkan pendapatan yang diperoleh dengan mengkalkulasikan terlebih dahulu biaya-biaya yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas melaut. Jika pendapatan besar maka upahnya

juga besar, tapi jika pendapatannya kecil maka upahnya juga kecil.

Adapun mekanisme atau perhitungan dalam pemberian upah adalah sebagai berikut. Hal ini diungkap pada saat proses wawancara dengan informan bapak MR (30 April 2022) sebagai juragan, bahwa total pendapatan dilihat dari tugasnya, jika pendapatan bersih Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) maka bagian untuk perahu dan alat tangkap yaitu Rp 3.000.000 (Tiga juta rupiah) dan yang menerimanya adalah juragan darat, Rp 2.000.000 (Dua juta rupiah) untuk juragan laut (Juru mudi), Rp 3.000.000 (Tiga juta rupiah) untuk ABK (Penarik Jaring) biasanya terdiri dari 3-5 orang, Rp 1.000.000 (Satu juta rupiah) untuk yang bertugas sebagai pakkaca (Penyelam), Rp 1.000.000 (Satu juta rupiah) untuk mekanik mesin. Sama halnya yang dikatakan saat pada dilakukan wawancara kepada Bapak SDR (8 Mei 2022) mengatakan bahwa perhitungan pembagian upah kami itu tergantung dari hasil tangkapan, misalnya kita mendapat tangkapan ikan yang total bersih harganya Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) maka itu akan dibagi menjadi Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) untuk juragan atau pemilik perahu, Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) untuk saya sebagai Juragan Laut atau Juru Mudi, Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) untuk anak buah kapal (ABK), Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk tukang mesin, dan Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) lagi itu untuk pakkaca (penyelam).

Dari hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa, mekanisme atau perhitungan dalan pengupahan yang di terapkan di Kelurahan Tanuntung

42

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba yaitu tergantung dari hasil yang didapatkan dan tergantung dari tugas yang dikerjakan setelah dikeluarkan biaya-biaya operasional saat melaut. Adapun persensetase perhitungan upah yang didapatkan saat melaut adalah jika pendapatan bersih 100%, maka bagian untuk juragan darat (pemilik perahu) sebanyak 30%, juragan laut (juru mudi) sebanyak 20%, anak buah kapal (ABK) sebanyak 30% biasanya berjumlah 3-5 orang, penyelam (pakkaca) mendapatkan sebanyak 10%, dan mekanik mesin mendapatkan sebanyak 10%.

c. Waktu Dalam Melakukan Pengupahan

Waktu dalam melakukan pengupahan pada sistem bagi hasil ini yang di ungkapkan saat melakukan wawancara dengan bapak MR (30 April 2022) mengatakan bahwa waktu pembayaran upah anak buah kapal (ABK) yaitu setiap selesai membongkar ikan di pelabuahan dan harga hasil penjualan ikan telah di bayarkan oleh pembeli kepada juragan di situ juga kita melakukan pengbagian upah kepada anak buah kapal. Sama halnya seperti informan yakni Bapak HM (5 Mei 2022) mengatakan bahwa pembayaran upah di lakukan setelah selesai bongkar muat ikan di pelabuhan dan harga ikan telah diterima oleh juragan disitulah kita akan diberi upah oleh juragan.

Dari hasil wawancara dengan informan maka peneliti menarik kesimpulan bahwa waktu pengupahan anak buah kapal (ABK) yaitu setiap selesai bongkar muat ikan di pelabuhan dan harga ikan telah diterima oleh juragan maka disitulah akan dilakukan pembagian upah.

d. Penyebab Pendapatan Juragan Dan ABK Dapat Meningkat Dan Menurung

Penyebab pendapatan juragan dan anak buah kapal (ABK) dapat meningkat dan menurung seperti yang di ungkapkan oleh bapak MR (30 April 2022) saat dilakukan wawancara, mengupkankann bahwa pendapatan kita sebagai nelayan dapat meningkat dan menurun tergantung musimnya ikan dan harga ikan dipasaran kadang naik dan kadang juga turung. Berdasarkan ungkapan informan Bapak SB (8 Mei 2022) mengatakan bahwa pedapatan nelayan itu dapat meningkat saat musim ikan dilaut dan harga dipasaran naik.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan maka dapat disimpulkan bahwa penyebab pendapatan juragan dan anak buah kapal (ABK) dapat meningkat dan menurung karta tergantung pada musimnya ikan dilaut dan harga ikan dipasaran kadang meningkat dan kadang juga menurung.

e. Keluhan Dari Anak Buah Kapal (ABK) Terkait Sistem Upah Yang di Terapkan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan yaitu bapak MR (30 April 2022) mengatakan bahwa tidak pernah terjadi keluhan dari anak buah kapal (ABK) mengenai sistem upah yang diterapkan karna semua biaya operasional melaut itu ditanggup oleh saya sebagai juragan jadi untung atau ruginya aktivitas saat melaut itu ditanggung oleh saya sebagai juragan. Sama halya dengan informan Saudara S (8 Mei 2022) mengatakan bahwa selama saya ikut melaut dengan

44

juragan Bapak MR saya tidak pernah mendengar ada anak buah kapal (ABK) yang mengeluh terkait sistem upah yang diterapakan juragan.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak pernah ada keluhan dari anak buah kapal (ABK) terkait sistem upah yang diterapkan juragan selama ini dalam aktivitas melaut.

f. Perjanjian atau kontrk kerja antara juragan dan anak buah kapal (ABK)

Perjanjian atau kontrak kerja antara juragan dan anak buah kapal (ABK) yang di ungkapkan saat melakukan wawancara dengan Bapak MR (30 April 2022) mengatakan bahwa perjanjian atau kontrak kerja yang kita lakukan yaitu, hanya disebutkan atau secara lisan saja dan setiap ada anggota yang baru mau ikut bergabung, semua telah kita jelaskan konsekuensi mulai dari tata tertib disaat melaut, jam kerja, tugas dan tanggung jawab, kecelakaan kerja dan pengupahan disaat melaut baik itu pendapatan kita normal maupan tidak normal apakah siap mengikuti kontrak kerja yang kita terapkan dan jika siap maka akan kita ikutkan dalam aktivitas melaut. Adapun yang diungkapkan oleh Bapak HM (5 Mei 2022) mengatakan bahwa perjajian kerja yang juragan lakukan itu hanya secara lisan saja dan semua telah dijelaskan tentang konsekuensi di saat kita pertama mulai ikut melaut.

Dari hasil wawancara dengan informan maka peneliti menarik kesimpulan bahwa sistem perjanjian atau kontrak kerja antara juragan dan anak buah kapal (ABK) itu hanya dijelaskan secara lisan tentang semua konsekuensi atau keadaan disaat melaut.

D. Pembahasan

1. Analisis Sistem Upah Anak Buah Kapal Pada Perahu Nelayan DI Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Masyarakat nelayan di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba mengenai masalah pengupahan yang dilakukan pada anak buah kapal (ABK) yaitu sistem upah bagi hasil.

Sistem bagi hasil tersebut dibebankan pada pendapatan bersih dari hasil tangkapan setelah dipotong biaya operasional dalam kegiatan melaut. Sistem bagi hasil secara teoritis tidak sesuai menurut teori ekonomi, karena upah terhadap tenaga kerja merupakan biaya pengusaha yang harus dipenuhi sebagai salah satu pemenuhan faktor produksi tentang tenaga kerja. Faktanya teori tersebut berbeda dengan upah bagi hasil yang merupakan biaya pengeluaran untuk anak buah kapal (ABK) yang tidak dibebankan kepada juragan atau pemilik perahu, melainkan ditanggung secara bersama melalui sistem upah bagi hasil. Hal tersebut, manjadikan teori marjinal tenaga kerja tidak berlaku pada kegiatan melaut pada perikanan tangkap.

Upah harus sesuai diberikan secara adil dan tidak merugikan salah satu pihak. Adil secara bahasa mengandung dua arti, tidak berat sebelah (tidak memihak) dan sepatutnya tidak sewenang- wenang. Upah yang adil juga dapat disebut dengan kerja dan kondisi pekerjaan, tidak ada unsur penganiayaan terhadap pekerja maupun majikan.

Selain ketentuan tersebut, pembayaran dianjurkan sesegera mungkin dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dikerjakan, terutama

46

masyarakat di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Upah yang sebenarnya merupakan upah yang mengacu kepada jasa dari pekerjaan yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti uang yang diterima, daya beli uang yang merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam penentuan upah penerapan adat suatu daerah sangat dominan, karena suatu daerah secara sosial mempunyai karasteriktik kehidupan seniri yang berbeda dengan daerah lain, sehingga menurut Imam Mazhab dalam penetapan hukum juga harus memperhatikan kebiasaan masyarakat setempat, seperti Imam Malik banyak menetapkan hukum yang didasarkan atas perilaku panduduk Madinah.

Untuk mengontrak tenaga kerja sesorang terlebih dahulu harus ditentukan mengenai bentuk kerjanya, waktu, upah serta tenaganya.

Oleh karena itu, jenis pekerjaanya harus dijelaskan, agar tidak kabur dan juga mengenai jenis upah kerjanya harus ditetapkan. Hal tersebut dilakukan agar terciptanya nilai keadilan bagi kedua belah pihak terutama masyarakat di Kelurahan Tanuntung Kecamata Herlang Kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat disimpulkan peneliti yaitu pemberian upah dalam sistem bagi hasil yang adil dilakukan di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba yang dilakukan juragan dalam pemberian upah harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang sama. Jika ada dua orang atau lebih yang mengerjakan pekerjaan yang sama, maka upah mereka mesti sama,

siapapin pekerja atau karyawannya, apakah itu tua atau mudah, berpendidikan atau tidak, selagi merekan mengerjakan pekerjaan yang sama, maka mereka akan dibayar dengan upah yang sama.

Hasil penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trischa Relanda Putra (2017) dengan judul Analisis Upah Sistem Bagi Hasil Anak Buah Kapal Pada Perahu Penagkap Ikan Di Kabupaten Lamongan (Studi Kasus Pada Perahu Jenis Ijon-Ijon Payangan Pada Masyarakat Nelayan di Kelurahan Brondong dan Kelurahan Blimbing). Penilitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang dimana dalam penelitian ini menggunakan informasi yang mendalam dan didalam penelitian ini dapat disimpulkan adalah pada perahu besar jumlah bagian terbesar adalah bagian anak buah kapal (ABK), karena jumlah anak buah kapal pada perahu besar lebih dari 10 orang yang masing-masing anak buah kapal (ABK) mendapatkan bagian rata-rata sebesar 1½ bagian. Jadi persentase pembagian upahnya dalam sistem bagi hasil yang diberikan kepada para anak buah kapal (ABK) yaitu setelah dikurangi pendapatan bersihnya sebesar ≥40%, tetapi hasil dari pendapatan anak buah kapal (ABK) masih dibawah UMK Kab.Lamongan pada tahun 2016 dan jam kerjanya pun masih diatas delapan jam tanpa adanya besaran kompensasi yang diberikan secara pasti, dalam pemberian kompensasi pada masyarakat nelayan memiliki suatu budaya yakni dengan kearifan lokalnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat bahwa kearifan local dalam bentuk kerjasama bagi hasil pendapatan perlu ditingkatkan demi tercapainya

48

keberhasil usaha dalam penengkapan ikan. Peningkatan kerjasama ini bisa dalam bentuk kenaikan bagi hasil atau persentase bagi hasil untuk para nelayan.

49 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang judul “Analisis Sistem Upah Anak Buah Kapal Pada Perahu Nelayan Di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba” yang dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui wawancara secara langsung dengan juragan atau pemilik perahu dan para anak buah kapal (ABK) penangkap ikan dan penelitian langsung di lokasi di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, maka skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan sistem pengupahan yang dilakukan di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba adalah cara bagi hasil yang disesuaikan dengan hasil tangkapan. Praktek pengupahan ini dilakukan berdasarkan adat istiadat setempat dan masih di pertahankan dan diterapakan oleh masyarakat di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dengan alasan bahwa upah anak buah kapal (ABK) telah sesuai dan setimpal dengan pekerjaannya (adil).

2. Praktek pelaksanaan pengupahan anak buah kapal (ABK) di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dilakukan dengan cara bagi hasil disesuaikan dengan hasil tangkapan ikan yang di peroleh saat melaut. Dari nilai segi keadilan sistem pengupah anak buah kapal (ABK) ini telah memenuhi keadilan

50

dengan pertimbangan bahwa anak buah kapal (ABK) menerima upah sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

B. Saran

1. Kepada juragan atau pemilik kapal hendaknya lebih menghargai dan memperhatikan lahi hak-hak anak buah kapal (ABK), tentang tengtang nilai upah sesuai dengan jerih payah anak buah kapal (ABK) dan sistem pengupahan bagi hasil tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan sebelum mengadakan sewa-menyewa jasa hendaknya diadakan terlebih dahulu perjamjian atas kespakatan secara tertulis antara juragan atau pemilik kapal dengan anak buah kapal (ABK) sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman antara kedua belah pihak dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya agar mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang berkaitan dengan Ananalis Sistem Upah Anak Buah Kapal Pada Perahu Penagkap Ikan dan meyertakan variabel lain.

51

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya,2009. Jakarta: Lautan Lestari,.

Afrizal, 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Arifin, Zainal, 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Bahri, Aris Syaifullah, 2019. Analisis Sistem Pengupahan Pada UMKM Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Buruh Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada UD Sukri Dana Abadi Cabang Abadan Ponorogo)

Hafinuddin, Nilam Shantica, Dan Zuraidah Syarifah, 2019. Studi Pendapatan dan Pola Bagi Hasil Nelayan Pukat Payang yang Menggunakan Alat Bantu Rumpon.

Heidjrachman, Ranupandojo dan Suad Husnan, 2012. Manajemen Personalia, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Imam Soepomo, 2003. Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta,Djambatan.

Kartasapoetra, G, 1998. Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Jakarta: Sinar Grafika, hml.100.

Lulu Husni, 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ,(Jakarta:Rajawalipers).

Magfiroh, Henni. 2018. Analisis Sistem Pembayaran Upah Pada Penggilingan Padi Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam.

Muhammad Sulaiman dan Aizuddinur Zakaria, 2010. Jejak Bisnis Rasul, (Jakarta:Cet.1,PT. Mizan Publika).

Mukhtar, 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan, Bab 1 (Ketentuan Umum) Pasal 1.

Putra, R.T. 2017. Sistem Upah Sistem Bagi Hasil Anak Buah Kapal Pada Perahu Penangkap Ikan di Kabupaten Lamongan.

Qiswah, Nur. 2020. Sistem Upah Buruh Pabrik Gabah Prespektif Etika Bisnis Islam (Studi di Biranti Kab. Sidrap)” Undergrate thesis, IAIN Parepare.

Ritonga, Tuti Dayanti, 2020. Analisis Sistem Pengupahan Buruh Harian Lepas Pada Usaha Karet Di Desa Padang Malakka Kecamatan Dolok Sigompulon Di Tinjau Menurut Ekonomi Syari’ah.

Dokumen terkait