• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Meaningful Learning

E. Manfaat Hasil Penelitian

2. Metode Meaningful Learning

a. Pengertian meaningful learning (pembelajaran bermakna)

Menurut Ausubel ”seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri”.14

Belajar bermakna adalah suatu proses dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang

14 Surianto, Teori Pembelajaran Kontstruktivisme, Dalam http://suriantowordpress.com diambil pada tanggal 10 April 2018, pukul 10:50 WITA

yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal diperlukan untuk memperoleh informasi baru seperti difinisi.

Menurut teori belajar bermakna, belajar menerima dan belajar menemukan keduanya dapat menjadi belajar bermakna apabila konsep baru atau informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif pesertik.

Meaningfull merupakan pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual koknitif-konstruktivitas yang disadari permasalahan kontekstual dan pengalaman siswa, serta dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dioptimalkan untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.15

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belaja bermakna adalah suatu proses dimana konsep dan informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif pesertik serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang dioptimalkan untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebermaknaan Belajar

Adapun faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran terdapat tiga faktor, yaitu struktur kognitif yang ada stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu

15 Moch.Agus Krisno B, Sintaks Metode Pembelajaran,( Malang:UMM Press,2016), h.

112.

dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan pembelajaran yang bermakna, Dahar mengemukakan dua persyaratan terjadinya belajar bermakna yaitu (1) materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial dan (2) anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna. Kebermaknaan potensial materi bergantung kepada 2 faktor, yaitu: (1) materi itu harus memiliki kebermaknaan logis dan (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.16

Intinya jika seseorang berkeinginan untuk mengingat suatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya. Adapun menurut Vygotsky (sosial and emancipator contruktivism) yang dikutip oleh Harianto

”pembelajaran bermakna sangat erat kaitannya dengan teori konstruktivisme”.17

Dimana dalam faham ini berpendapat bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berintraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini merupakan teori tentang penciptaan makna.Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Piaget (Piagetian psychological Construktivism), yang menyatakan bahwa setiap individu menciptakan makna dan

16 Dedi Koswara, Pembelajaran Kreatif Dan Bermakna, Dalam http://www.google.co.id, diambil tanggal 10 April 2018 pukul 11.30 WITA

17 Surianto, Teori Pembelajaran Kontstruktivisme, Dalam http://suriantowordpress.com diambil pada tanggal 10 April 2018, pukul 10:50 WITA

pengertian baru berdasarkan intraksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau informasi yang baru dipelajari. Piaget menjelaskan bahwa setiap siswa membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya kedalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi dan diubah oleh informasi yang dijumpai dalam proses belajar.

Amalia Nurjannah dalam artikelnya mengatakan bahwa, ”David Ausubel mengklarifikasikan belajar dalam dua dimensi, pertama menyangkut cara penyajian materi diterima oleh peserta didik. Melalui dimensi ini peserta didik memperoleh materi/informasi melalui penerimaan dan penemuan.18 Maksud peserta didik dapat dapat mengasimilasi informasi/materi pellajaran dengan penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Jika peserta didik hanya mencoba menghafal informasi atau materi pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep- konsep atau hal lain yang ada di dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar hafalan. Sebaliknya jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam stuktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.

18 Rudi Unesa, Pembelajaran Bermakna, dalam http://ebookbrowsee.net diambil tanggal 10 April 2018 pukul 11.30 WITA

Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.19

c. Langkah-langkah pembelajaran bermakna (meaningful)

Adapun langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausubel adalah20:

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar dan sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.

4) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizers yang akan dipelajari siswa.

5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.

6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

19 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,(Jakarta: Kencana, 2009), h. 38.

20 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 50.

d. Kelebihan dan kekurangan meaningfull learning

Adapun keleihan dan kekurangan yang dimiliki metode meanigfull learnig antara lain:

1) Kelebihan meaningfull learning

a) Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedang di pelajari siswa.

b) Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

d) Membantu siswa membentuk, mengubah, diri atau mentransformasikan informasi baru.

e) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingati.

f) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.

g) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

2) Kekurangan meaningfull learning

a) Guru merasa kesulitan contoh-contoh konkrit dan realistic.

b) Karena ini membentuk suatu kelompok maka hal sering terjadi adalah mengandalkan siswa yang pintar.21

Dokumen terkait