• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:107) mengatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap objek yang diteliti dan dalam kondisi yang terkendalikan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran tari terhadap kemampuan motorik kasar anak. Untuk memenuhi tujuan penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian ini yaitu metode pre-eksperimental designs yang menggunakan desain One Group Preteset-Posttest. Desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakukan. Punggunaan desain one group pretest-posttest bertujuan agar dapat membandingkan sebelum diberi perlakuan dengan keadaan sesudah diberi perlakuan, sehingga hasilnya lebih akurat. Ilustrasi desain penelitian tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

O1 X O2

Keterangan:

O1 = Nilai pre test atau observasi kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan treatment pembelajaran tari.

X = Treatment yang diberikan yaitu pembelajaran tari.

O2 = Nilai posttest peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberi treatment pembelajaran tari.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Babbie (Sukardi 2015:53) bahwa “populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitan”. Populasi penelitian adalah peserta didik TK/KB Minasa Upa Makassar di kelas B kelompok usia 5-6 tahun yang beralamat Jl. Btn Minasa Upa Blok E4 Kecamatan Rappocini Kabupaten Makassar.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (20143:118) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sukardi (2015:64) “Teknik purposive sampling untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu”. Sampel dari penelitian yaitu kelompok B1 dengan jumlah siswa 16 anak terdiri dari 8 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

35 C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tari (X)

Tari dalam penelitian ini adalah tari kreasi dengan menggunakan tari kupu- kupu, meliputi gerakan berputar, gerakan maju mundur, gerakan berlutut, gerakan berjinjit, gerakan tangan mengayun, dan gerakan membungkuk.

b. Motorik Kasar (Y)

Motorik kasar merupakan kemampuan gerak melibatkan kemampuan otot- otot besar. Kemampuan motorik kasar yang diteliti adalah kemampuan gerak dasar yang meliputi kemampuan gerak lokomotor dan gerak non lokomotor.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:148) bahwa “instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Peneliti menggunakan 2 bentuk instrumen, yaitu 1) lembar tes dan 2) lembar penilaian

1) Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes performance. Tes performance digunakan untuk menilai kemampuan motorik kasar peserta didik. Tes performance untuk mengukur kemampuan awal motorik kasar sebelum diberi perlakuan menggunakan pembelajaran seni tari dan mengukur ada atau tidak adanya peningkatan kemampuan motorik setelah diberikan perakuan menggunakan pembelajaran seni tari. Penilaian ini dilakukan dengan dua tahap tes penilaian, yaitu pretest yaitu tes yang dilakukan sebelum diberi perlakuan

(treatment) dan sesudah diberi perlakuan posttest. Instrumen ini disusun berdasarkan dari teori Samsuddin (2018:15) “pengayaan motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar, meliputi gerakan dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif”. Gerakan dasar lokomotor adalah gerakan yang berpindah tempat artinya terjadi perubahan posisi seperti gerakan lari, loncar berputar. Sedangkan gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak berpindah tempat yang artinya tidak ada perubahan posisi seperti mengayun, berlutut, mendorong. Jadi pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melatih kemampuan motorik kasar dilakukan melalui pengayaan motorik kasar dengan menggunakan gerakan dasar lokomotor, non lokomotor. Berikut kisi-kisi tes performance kemampuan motorik kasar

2) Lembar Observasi Perlakuan

Pedoman observasi merupakan instrumen untuk mencari data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen peneltian pelengkap, dan menjadikan acuan dalam membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Lembar observasi digunakan untuk melihat kamampuan anak menguasai gerakan tari.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:308) bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Bentuk teknik pengambilan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara), kuesioner

37 (angket), dokumentasi. Penulis mencoba beberapa diantara teknik pengumpulan data tersebut.

1) Tes performance

Tes performance dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan motorik kasar yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Bentuk tes performance yang digunakan berupa penilaian subjektif untuk mengukur kemampuan gerak tari yang diberikan pada saat treatment.

2) Observasi

Observasi (pengamatan) adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan hasil untuk memperoleh data tentang kemampuan motorik kasar melalui pembelajaran tari.

3) Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto dalam pembelajaran untuk melihat kegiatan kemampuan motorik kasar melalui pembelajaran tari.

F. Teknik Analisis Data

Analisis datan dalam penelitian dilakukan sejak memasuki lapangan.

Teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2013). Teknik analisi data yang digunakan adalah statistik nonparametrik yaitu dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon). Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan memperhatikan dari dua sampel berpasangan dan data tidak berdistribusi normal dengan sampel n ≤ 25 (Riadi, 2016).

Prosedur uji Wilcoxon Signed Rank Test (Hurriyati & Gunarto, 2019) a. Menentukan hipotesis

Hipotesis yang ditentukan dalam pengujian Wilcoxon Signed Rank Test ini adalah sebagai berikut. Ha: Ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar dan Ho: Tidak ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar.

b. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.

c. Kriteria Pengujian

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji Wilcoxon Signed Rank Test adalah sebagai berikut. Jika probabilitas (Asymp.Sig) <

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

d. Penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis, pengujian statistik akan menggunakan program IBM SPSS 25.

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian membahas tentang beberapa hal untuk mengetahui hasil dan menjawab hipotesis penelitian. Secara rinci peneliti akan membahas tentang hasil analisis deskriptif, deskripsi pelaksanaan perlakuan, deskripsi hasil pretest, deskripsi hasil posttest, deskripsi perbandingan hasil pretest dan posttest kemampuan motorik kasar dan uji inferensial.

1. Hasil Analisis Deskriptif a. Deskripsi Lokasi Penelitian

KB/TK Minasa Upa Makassar merupakan pendidikan formal dibawah yayasan pendidikan Andi Bunga Billung Kessi (YPABBK). KB/TK Minasa Upa Makassar terletak di Jl. Syech Yusuf Kompleks BTN Minasa Upa Blok E4 No 5 - 11A-11B -16-18 Makassar. Jumlah keseluran peserta didik terdapat 48 orang peserta didik yang terdiri dari, 2 peserta didik di kelompok bermain (KB) yang berusia dibawah 5 tahun, 8 peserta didik di kelompok A yang berusia 5-6 tahun, 16 peserta didik di kelompok B1, 18 peserta didik di kelompok B2, dan 4 peserta didik di kelompok B3 yang masing-masing berusia 6-7 tahun. KB/TK Minasa Upa Makassar memiliki 8 guru dan setiap kelas terdapat 2 guru yang masing-masing bertugas untuk mendampingi kelas dan 1 tata usaha.

b. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas B1 KB/TK Minasa Upa Makassar Tahun Ajaran 2019/2020 yang berjumlah 16 peserta didik yang terdiri dari 8 laki-laki dan 8 perempuan. Proses penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu yang terdiri dari pretest, treatment dan yang terakhir posttest.

2. Deskripsi Pelaksanaan Perlakuan (treatment)

Penelitian ini menggunakan tari sebagai treatment untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh setelah diberikan perlakuan. Pemberian perlakuan (treatment) menggunakan pembelajaran seni tari dengan menggunakan tari kreasi yaitu tari kupu-kupu. Pemberian perlakuan dengan menggunakan tari kupu-kupu karena gerakannya yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Gerakan dalam tari kupu-kupu terdiri dari gerakan berputar, gerakan maju mundur, gerakan berlutut, gerakan berjinjit, gerakan tangan mengayun, gerakan membungkuk. Berikut deskripsi gerakan tari kupu-kupu selama pemberian perlakuan (treatment):

a) Gerakan berputar

Pemberian perlakuan pertama dengan gerakan berputar, gerakan berputar adalah gerakan dasar dari tari kupu-kupu. Pada saat perlakuan (treatment) kemampuan berputar peserta didik sudah baik, peserta didik dapat menyeimbangkan tubuhnya pada saat berputar. Dalam gerakan berputar posisi kedua tangan berada di depan muka lalu ibu jari bertemu dengan jari telunjuk membentuk lingkaran dan ujung selendang dijepit di antara jari telunjuk dan ibu jari. Terdapat beberapa peserta didik yang belum mampu mengikuti posisi tangan yang dicontohkan oleh peneliti. Gerakan berputar selanjutnya dengan gerakan

41 berputar sambil badan digoyangkan ke kiri dan ke kanan, semua peserta didik mampu melakukan gerakan ini dan peserta didik cukup antusias melakukan gerakan tari tersebut.

b) Gerakan maju mundur

Gerakan maju mundur adalah gerakan ke dua yang diajarkan oleh peneliti, dalam gerakan maju mundur tediri dari gerakan maju mundur sambil tangan di ayunkan berputar 360° pada saat melakukan gerakan maju mundur terdapat beberapa peserta didik yang belum mampu melakukannya secara bersamaan. Pada saat akan mengayunkan tangan, peserta didik tersebut akan diam ditempat lalu melanjutkan gerakan maju mundur. Gerakan selanjutnya yaitu gerakan maju mundur dengan tangan diayunkan menyilang, dalam gerakan tangan menyilang terkadang peserta didik lupa melakukannya dan hanya mengayunkan tangan dengan berputar 360°. Dan semua peserta didik melakukan gerakan maju mundur sebanyak 4 kali.

c) Gerakan berlutut

Posisi awal dari gerakan berlutut yaitu kedua tangan direntangkan dan selendang diselipkan disela-sela jari, kemudian perlahan-lahan mulai melakukan posisi berlutut sambil kepala dibergerak ke kiri dan ke kanan. Semua peserta didik mampu melakukan posisi berlutut, tetapi ada beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam bergerak seperti posisi kepala tidak bergerak ke kiri dan ke kanan. Dan selanjutnya semua peserta mampu melakukan posisi tangan direntangkan dengan posisi selendang diselipkan disela-sela jari dan mampu mengganti posisi tangan yang di rentangkan menghadap ke kiri dan ke kanan.

d) Gerakan berjinjit

Terdapat beberapa peserta didik kesulitan untuk melakukan gerakan berjinjit, untuk melakukan gerakan berjinjit sambil berputar peserta didik terkadang kurang bisa menjaga keseimbangan. Beberapa peserta didik hanya mampu berjinjit kecil namun pada saat disuruh untuk berputar posisi kaki seperti berjalan.

Selanjutnya posisi gerakan berjinjit berikutnya yaitu berjinjit dengan tangan di ayunkan ke atas ke bawah, ada beberapa peserta didik yang belum mampu mengikuti posisi gerakan yang dicontohkan oleh peneliti.

e) Gerakan tangan mengayun

Gerakan mengayun posisi tangan mampu berputar 360°, terdapat beberapa peserta didik yang tidak sesuai dengan gerakan mengayunkan yang dicontohkan oleh peneliti. Begitupun dengan gerakan menyilang tekadang peserta didik hanya melakukan gerakan mengayun dengan posisi kedua telapak tangan berputar 360°, dan tidak melakukan gerakan manyilang. Selanjutnya gerakan tangan ke atas dan ke bawah semua peserta didik mampu melakukannya seperti yang dicontohkan oleh peneliti.

f) Gerakan membungkuk

Gerakan terakhir adalah gerakan membungkuk, gerakan ini dimulai dengan posisi kedua tangan berada di depan muka lalu ibu jari bertemu dengan jari telunjuk membentuk lingkaran dan ujung selendang dijepit di antara jari telunjuk dan ibu jari, semua peserta didik sudah mampu melakukan gerakan ini, karena gerakan ini sudah diberikan pada saat perlakukan (treatment) sebelumnya. Kemudian perlahan melakukan posisi duduk dengan kaki ditekuk ke belakang dan dilanjutkan dengan

43 membungkuk dengan posisi duduk kaki ditekuk ke belakang. Posisi kepala menoleh ke kiri dan ke kanan dan kedua tangan diayunkan ke atas. Semua peserta didik mampu melakukan gerakan tersebut yang artinya semua peerta didik cukup lentur melakukan gerakan tersebut.

Setelah melakukan gerakan membungkuk, gerakan selanjutnya mengulang gerakan posisi kedua tangan berada di depan muka lalu ibu jari bertemu dengan jari telunjuk membentuk lingkaran dan ujung selendang dijepit di antara jari telunjuk dan ibu jari dan bersiap untuk bangkit untuk memulai posisi berdiri.

Selama proses pemberian perlakuan (treatment) melalui tari kupu-kupu terdapat beberapa anak yang masih kesulitan dalam mengikuti gerakan tari seperti yang dicontohkan oleh peneliti. Ada beberapa peserta didik yang pasif atau tidak aktif mengikuti gerakan tari dan hanya berdiam diri ditempat. Gerakan yang cukup sulit dilakukan oleh peserta didik yaitu gerakan maju mundur sambil tangan diayunkan.

Sedangkan gerakan tari yang mudah dikuasai oleh peserta didik adalah gerakan membungkuk dan berlutut. Pada gerakan tersebut menunjukkan kemampuan gerak non lokomotor peserta didik menunjukkan sudah sangat baik. Selama perlakuan peserta didik menunjukkan kemampuan motoriknya mengalami peningkatan.

Selama mengajarkan gerakan tari peneliti terlebih dahalu mengajarkan gerakan tari melalui hitungan 1 x 8, setelah merasa anak sudah mampu menguasai gerakan tari peneliti menggunakan musik untuk menyesuaikan gerakan dengan irama musik. Pemberian perlakuan (treatment) terakhir peneliti mengajak peserta didik untuk mengulangi semua gerakan tari yang telah diajarkan dengan iringan

musik. Peserta didik sangat antusias dan bersemangat ketika menari dengan iringan musik yang diberikan oleh peneliti.

3. Deskripsi Hasil Pretest

Penelitian ini merupakan pre–eksperimental designs dengan menggunakan desain one-group pretest-posttest design yaitu dengan membandingkan antara nilai kamampuan motorik kasar anak sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran tari. Pada pretest peneliti melakukan tes kemampuan motorik kasar peserta didik sesuai dengan instrumen penelitian yang telah disiapkan oleh peneliti dan sudah melalui uji validasi. Tes kemampuan motorik kasar terdiri tes kemampuan gerak dasar yaitu gerak lokomotor dan non lokomotor.

Pretest dilakukan sebelum pemberian treatment, pretest menggunakan tes performance dengan menggunakan empat indikator yaitu, berpindah tempat dengan berjinjit kecil sambil berputar, melakukan gerakan maju mundur sambil mengayunkan tangan, menyeimangkan tubuh dengan berlutut sambil tangan diayunkan, dan gerakan yang terakhir dengan menyeimbangkan tubuh dengan membungkuk dengan posisi tangan di atas. Tes performance dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan motorik kasar anak.

Data skor awal prestest dari hasil penelitian melalui pembelajaran tari terhadap kemampuan motorik kasar anak di KB/TK Minasa Upa Makassar sebelum diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

45 Tabel 4.1 Skor Pretest Hasil Kemampuan Motorik Kasar

NO SUBJEK

PENELITIAN

SKOR PRETEST

1 AMR 11

2 ABR 11

3 AMGL 10

4 AAD 12

5 DK 10

6 IT 13

7 KAR 11

8 MA 13

9 MAA 13

10 MIS 13

11 MNB 12

12 NAN 14

13 ODSD 12

14 RAF 9

15 RAP 14

16 AJD 11

Jumlah 189 Rata-Rata 11,81

Pada hasil data pretest menunjukkan kemampuan motorik kasar peserta didik perlu ditingkatkan melihat terdapat beberapa peserta didik yang memperoleh skor rendah. Peserta didik yang memperoleh skor rendah rata-rata kemampuan berjinjit peserta didik perlu ditingkatkan. Pada saat berjinjit peserat didik hanya mampu berjinjit setengah lingkaran, atau berjinjit dengan beberapa langkah, dan kurang bisa menjaga keseimbangan tubuh pada saat berjinjit sambil berputar.

Gerakan maju mundur sambil mengayunkan tangan juga merupakan gerakan yang cukup sulit dilakukan oleh beberapa peserta didik. Pada saat akan gerakan maju mundur dan mengayunkan tangan, peserta didik akan berhenti sejenak untuk mengayunkan tangan lalu melanjutkan gerakan maju mundur. Hal ini menunjukkan anak belum mampu melakukan gerakan kaki dan gerakan tangan secara bersamaan. Berdasarkan hasil tes performance menunjukkan bahwa peserta didik cukup kesulitan melakukan gerak lokomotor atau melakukan gerakan berpindah tempat.

Berdasarkan data hasil pretest menunjukkan skor tertinggi yaitu 14, terdapat 1 peserta didik yang mendapat skor tertinggi dan nilai terendah yaitu 9 dan terdapat 1 peserta didik yang mendapat skor terendah. Peserta didik yang mendapat skor tertinggi menujukkan anak cukup mampu melalukan gerak lokomotor dan non lokomotor sedangkan peserta didik yang mendapat skor terendah masih memerlukan bantuan guru atau peneliti dalam melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor.

4. Deskripsi Hasil Posttest

Hasil nilai posttest diperoleh setelah pemberian treatment dengan menggunakan tari kupu-kupu. Tes ini menggunakan tes performance untuk melihat kemampuan motorik kasar peserta didik. Data hasil posttest dari penelitian melalui tari terhadap kemampuan motorik kasar anak di KB/TK Minasa Upa Makassar sesudah diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

47 Tabel 4.2 Skor Posttest Hasil Kemampuan Motorik Kasar

NO SUBJEK

PENELITIAN

SKOR POSTTEST

1 AMR 15

2 ABR 16

3 AMGL 14

4 AAD 15

5 DK 8

6 IT 12

7 KAR 16

8 MA 14

9 MAA 14

10 MIS 15

11 MNB 15

12 NAN 15

13 ODSD 11

14 RAF 13

15 RAP 16

16 AJD 16

Jumlah 225 Rata-Rata 14,06

Hasil skor posttest menunjukkan kemampuan motorik kasar peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peserta didik menujukkan peningkatan kemampuan motorik kasar dengan berkembang sangat baik.

Kemampuan gerak lokomotor peserta didik juga mengalami peningkatan yang sangat baik dibanding dari hasil skor pada saat pretest. Hal ini didukung oleh pada saat treatment, peserta didik melakukan gerakan tari yang diberikan oleh peneliti dengan baik. Gerakan dari tari kupu-kupu mencangkup gerak lokomotor dan non

lokomotor sehingga pada saat pemberian treatment dengan menggunaka tari dapat melatih kemampuan motorik kasar khususnya gerak dasar lokomotor dan non lokomotor.

Berdasarkan hasil posttest menunjukkan tingkat kemampuan motorik kasar peserta didik berkembang dengan baik terbukti dari 4 peserta didik mendapatkan skor tertinggi yaitu dengan skor 16. Peserta didik yang memberoleh skor 16 menunjukkan peserta didik menunjukkan kemampuan gerak lokomotor dan non lokomotor berkembang sangat baik. Skor terendah yaitu dengan nilai 8 dan hanya satu peserta didik yang mendapat skor terendah. Karena pada saat diberikan perlakuan (treatment) anak tersebut kurang aktif bergerak mengikuti gerakan tari yang diberikan oleh peneliti. Skor peserta didik dari pretest ke posttest mengalami peningkatan cukup baik terbukti banyaknya peserta didik mendapatkan skor tinggi pada saat posttest.

5. Deskripsi Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Motorik Kasar

Data dari skor pretest kemudian akan dibandingkan dengan data skor posttest untuk melihat selisih nilai (skor) data sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan data sesudah diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan tes performance untuk melihat kemampuan motorik kasar anak. Peningkatan skor peserta didik terhadap kemampuan motorik kasar sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (treatment) dengan pembelajaran tari dapat dilihat pada tabel berikut:

49 Tabel 4.3 Data Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest

NO SUBJEK

PENELITIAN

SKOR PRETEST

SKOR POSTTEST

HASIL NILAI PENINGKATAN

1 AMR 11 15 4

2 ABR 11 16 5

3 AMGL 10 14 4

4 AAD 12 15 3

5 DK 10 8 -2

6 IT 13 12 -1

7 KAR 11 16 5

8 MA 13 14 1

9 MAA 13 14 1

10 MIS 13 15 2

11 MNB 12 15 3

12 NAN 14 15 1

13 ODSD 12 11 -1

14 RAF 9 13 4

15 RAP 14 16 2

16 AJD 11 16 5

Jumlah 189 225 85

Rata-Rata 11,81 14,06 5,31

Dari tabel perbandingan diatas menunjukkan 13 subjek penelitian mengalami peningkatan kemamampuan motorik kasar setelah diberikan perlakuan melalui pembelajaran tari. Sedangkan terdapat 3 peserta didik yang mengalami penurunan nilai saat posttest. Secara umum anak kelas B1 setelah diberi perlakuan mengalami peningkatan. Skor terendah peserta didik kelas B1 saat pretest adalah 9, setelah diberi perlakuan skor posttest tertinggi adalah 16. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa peserat didik kelas B1 mengalami peningkatan.

Perbedaan skor pretest dan posttest pada keenam belas subjek mengenai kamampuan motorik kasar dapat dilihat pada grafik histogram sebagai berikut :

Grafik 4.1 Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Motorik Kasar

Grafik di atas menunjukkan perbedaan yang diperoleh subjek penelitian sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment) berupa pembelajaran seni tari dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di kelas B1 KB/TK Minasa Upa Makassar. Terdapat 3 peserta didik yang menunjukan nilai pretest lebih tinggi dibandingkan nilai posttest, sedangkan 13 subjek yang lainnya menunjukan peningkatan dari nilai pretest ke posttest.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

SKOR

SUBJEK PENELITIAN Pretest Posttest

51 6. Hasil Uji Inferensial

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat hasil kemampuan motorik kasar anak sebelum dan sesudah pemberian treatment. Pada analisis ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian pembelajaran seni tari terhadap kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan hipotesis Ha jika ada peningkatan dan Ho jika tidak ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar.

Berikut hasil pengujian hipotesis dari uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan menggunakan program IBM SPSS 25 dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Wilcoxon Signed Rank Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Post Test - Pre

Test

Negative Ranks 3a 4.33 13.00

Positive Ranks 13b 9.46 123.00

Ties 0c

Total 16

a. Post Test < Pre Test b. Post Test > Pre Test c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsa

Pre Test - Post Test

Z -2.860b

Asymp. Sig. (2- tailed)

.004 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Berdasarkan hasil analisis data uji peringkat bertanda Wilcoxon diperoleh nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,04 disini didapat probabilitas dibawah 0,05 atau p < 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini didasarkan pada pengambilan keputusan probabilitas : Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

B. Pembahasan

Kemampuan motorik kasar membutuhkan koordinasi anggota tubuh khususnya dalam gerak dasar motorik kasar. Gerak dasar motorik kasar membutuhkan koordinasi tangan, kaki yang melibatkan otot-otot besar.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan (Rohendi & Lauens Seba, 2017). Pembelajaran tari sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan kemamuan motorik kasar anak karena dengan tari anak akan bergerak aktif. Menurut Mulyani (2016:39) “seni tari menjadi media yang efektif untuk menampung dan mengontrol gerakan-gerakan anak.

Dokumen terkait