BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2. Pengertian Motorik
Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia.
Menurut Samsudin (2008:10) bahwa “motorik adalah terjemahan dari kata “motor”
yang menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses motorik”. Muhibbin (Samsuddin, 2008:10) juga menyebutkan bahwa “motorik dengan istilah “motor”. Menurutnya, motor
diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/getah)”. Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan dengan gerak dan di dalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dan gerak. Dalam perkembangan motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan perannya masing-masing secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya Zulkifli (Samsuddin, 2008).
Menurut Hildayani, dkk (2008: 8.4) bahwa “perkembangan motorik (motor development) adalah perubahan secara progesif pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara kematangan (maturation) dan latihan/pengalaman (experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan”. Sedangkan menurut Piaget (Purnama, 2018:126) berpendapat bahwa “anak terlahir dengan kemampuan refleks, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak refleks yang pada akhirnya ia mampu mengontrol geraknya”. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
21 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motorik bentuk perilaku gerak yang melibatkan otot-otot dan syaraf. Perkembangan motorik adalah perubahan atau peningkatan kemampuan gerak dari unsur kematangan atau latihan.
Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.
b. Pengertian Motorik Halus
Menurut Rohendi & Laurens Seba (2017:119) mengatakan bahwa
“perkembangan motori halus adalah perkembangan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot kecil (Fine muscle)”. Perkembangan motorik halus ditekankan pada kemampuan koordinasi. Gerakan motorik halus berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
Sedangkan menurut Hildayani, dkk (2008:8.17) mengatakan bahwa “koordinasi mata-tangan anak semakin baik. Kelenturan tangannya juga semakin baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah sebuah keterampilan menggunakan tangan yang meliputi otot-otot kecil secara terkoordimasi. Kemampuan motorik halus meliputi kemampuan menulis, menggambar, menjahit, menganyam, menggunting kertas dan kegiatan lainnya yang menggunakan aktivitas tangan.
c. Pengertian Motorik Kasar
Motorik kasar berkaitan dengan kemampuan gerak yang melibatkan otot- otot besar. Menurut Purnama (2018:126) mengatakan bahwa “motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita yaitu diawali dengan kemampuan berjalan, lari, lompat, kemudian melempar”. Perkembangan motorik
kasar anak dapat digerakkan melalui perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan otot yang terkoordinasi perkembangan refleksi dan kegiatan masa waktu lahir. Sebelum perkembangan terserbut terjadi anak akan tetap tidak berdaya akan tetapi kondisi tidak berdayaan tersebut berubah secara cepat.
Menurut Rohendi dan Laurens Seba (2017:119) menjelaskan bahwa
“perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar (big muscle) atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan”. Perkembangan kemampuan motorik kasar atau kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagaian besar bagian tubuhnya, didukung dengan pertumbuhan otot dan tulang yang kuat, memungkinkan anak mampu melakukan hal-hal seperti meloncat, memanjat, berlari, dan berdiri dengan satu kaki.
Menurut Rachmi dkk, (2008:6.5) “Keterampilan koordinasi motorik atau otot kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh . disamping itu, keterampilan koordinasi motorik kasar juga mencangkup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan”. Modal dasar untuk perkembangan motorik kasar terdapat tiga dan berkaitan dengan sensoris utama, yaitu keseimbanan (vesibuler), rasa sendi (propirosepsi), dan raba (taktil).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motorik kasar merupakan gerakan yang dikendalikan oleh seluruh tubuh yang meliputi otot-otot besar. Dengan demikian yang dimaksud motorik kasar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi bagian tubuh anak seperti, tangan dan aktivitas otot kaki, dalam menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki
23 1) Indikator Kemampuan Motorik Kasar
Terdapat tiga jenis gerak dasar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu a) gerak lokomotor, b) gerak non lokomotor, c) gerak manipulatif (Samsuddin, 2008).
a) Gerak Lokomotor
Adalah aktivitas gerak dengan memindahkan tubuh dari satu tempat ketempat yang lain atau mengangkat tubuh. Seperti lari, loncat, lompat, dan jengket, berguling. Gerak kombinasi seperti meluncur, menggeser kekanan dan kekiri.
b) Gerak Non lokomotor
Adalah yang meliputi menggerakan anggota tubuh dengan posisi diam ditempat atau tanpa ada ruang yang memadai. Contohnya mengulur, menekuk, berbelok, mengayun, bergoyang, berputar, meliuk, mendorong, mengangkat, merentang.
c) Gerak Manipulatif
Adalah aktivitas yang dilakukan dengan bantuan alat. Gerak manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Seperti memukul, memantul, melempar, menendang, mengguling, menerima, menangkap, dan menghentikan.
2) Fungsi Motorik Kasar
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas.
Oleh karena itu menurut Amisisiliasari (Herlan, 2018:8) mengatakan bahwa Fungsi motorik kasar adalah sebagai berikut :
a) Untuk keseimbangan tubuh anak b) Melenturkan otot-otot anak
c) Mengembangkan kecerdasan anak d) Untuk kelincahan gerakan anak
e) Sebagai alat untuk menunjang pertumbuan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil
f) Meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat.
3) Faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar anak dpengaruhi oleh kematangan anak.
Menurut Yuliana (Mardiani, 2017) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motorik kasar sebagai berikut:
a) Motivasi Belajar Anak
Motivasi dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku- buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
b) Pengalaman Ibu
Pengetahuan ibu memegang penting peranan penting di dalam memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal.
c) Stimulasi Ibu
Karena pada anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.
d) Kelompok Sebaya
25 Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tau tetap dbutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul.
e) Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi anak yang tidak sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
f) Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima oleh anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat, sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang .
g) Ganjaran atau Hukuman
Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi ganjaran, misalnya pujian, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.
h) Lingkungan
Lingkungan merupakan fakor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambat.
i) Stabilitas Rumah Tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak, anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang kurang harmonis.
j) Pendapatan Ibu
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
k) Tingkat Gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berberda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor eksternal dan internal.
Pentingnya untuk mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik kasar karena motorik kasar adalah salah satu perkembangan yang penting dilakukan sejak dini agak dapat diberikan stimulus sejak dini pada anak.
4) Indikator Motorik Anak
Menurut Kementian Pendidikan Nasional (2014:35) tentang peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014, indikator tingkat pencapaian perkembangan motorik anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
27 Tabel 2.1. Indikator Motorik Anak
Aspek Perkembangan Indikator Pencapaian Perkembangan Motorik Anak
Usia 5-6 Tahun Fisik Motorik
a. Motorik Kasar
1. Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang, dan lincah
2. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan- kepala
3. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan permainan dengan aturan 4. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
Penjelasan:
1. Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang, dan lincah, seperti gerakan kupu-kupu yang terbang memutar membentuk lingkaran.
2. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala, seperti gerakan mengayunkan tangan dan menoleh ke kiri dan ke kanan .
3. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan permainan dengan aturan. Anak mengikuti setiap gerakan tarian sesuai dengan gerakannya.
4. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri, seperti buka tutup sayap kupu- kupu, gerakan ayunan.
3. Kaitan Pembelajaran Tari dan Kemampuan Motorik Kasar
Perkembangan motorik berkaitan dengan kematangan mekanisme otot, saraf, yang memberikan progresif di dalam kemampuan motorik. Perkembangan
motorik mencerminkandalam diri individu terjadi perubahan-perubahan perkembangan yang positif yang diharapkan sudah dapat diarahkan sedini mungkin sejak anak pada usia prasekolah dengan cara memberikan kesempatan bergerak yang banyak, menempatkan pola gerak dasar secara benar dengan pendekatan multilateral, dan pendekatan bermain sesuai dengan dunianya, sehingga terciptanya perubahan gerak yang dapat mengakibatkan kebugaran fisik anak.
Sedangkan tari bertujuan agar anak mampu mengontrol dan mengintreprestasikan gerak tubuh, memanipulasi benda-benda dan menumbukan harmoni antara tubuh dan pikiran. Gerakan dalam tari dapat membantu perkembangan fisik dan pola gerak anak. Menurut Mulyani (2016:68) “gerak tari merupakan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk oleh media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis”.
Gerakan dari tari kupu-kupu meliputi keterampilan lokomotor yaitu gerakan memindahkan posisi tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya seperti gerakan tari kupu-kupu yang terbang memutar, gerakan maju mundur dan berlari sambil merentangkan sayap. Selanjutnya keterampilan nonlokomotor yaitu, buka tutup sayap kupu-kupu dan meliputi gerakan mengayunkan tangan.
Jadi kaitan perkembangan motorik anak usia dini dengan tari adalah bahwasannya perkembangan motorik kasar anak itu bisa juga berkembang melalui tari. Melalui pembelajaran tari tubuh anak dapat bergerak dengan bebas dan seluruh aspek yang ada ditubuh anak-anak dapat berkembang dengan baik karena setiap gerakan tari meliputi keterampilan motorik yaitu keterampilan lokomotor,
29 nonlokomotor yang dapat meningkatkan kemampuan motorik anak khususnya motorik kasar.
4. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil Penelitian Ismaya Rahma Dany (2018) yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Tari Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Di TK Pertiwi Pucang” menunjukkan bahwa stimulasi perkembangan motorik kasar dapat diberikan dengan kegiatan tari salah satunya tari kelinci. Kegiatan tari ini dapat mengembangkan motorik kasar, karena memiliki komposisi gerak yang lincah dan gembira. Variasi gerakan tari kelinci sesuai dengan kebutuhan stimulasi kematangan motorik kasar anak untuk melatih koordinasi gerak, kelenturan, keseimbangan, kelincahan, dan kemampuan anak bermain permainan fisik dengan aturan. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa kegiatan tari berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar anak kelompok B di TK Pertiwi Pucang Tulung Klaten tahun ajaran 2017/2018 secara signifikan.
2. Penelitian Alfi Manzilatur Rohma (2013) yang berjudul “Peran Kegiatan Tari Untuk Mengembangkan Motorik Kasar Anak Kelompok B Di TK Muslimat Maazratul Ulum II Paciran Lamongan”. Kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan tari di kelompok B TK Muslimat Mazraatul Ulum II Paciran Lamongan cukup berkembang, karena dari beberapa aspek perkembangan motorik kasar anak tidak sama. Dari hasil penelitian dan pembahasan terdapat 11 tanda cek (√) yang kadang-kadang mampu mengekspresikan diri dalam
kegiatan tarinya sedangkan ada 10 tanda cek (√) yang sering (mampu) mengekspresikan tariannya dengan baik.
3. Penelitian Kurnia Munawaroh (2015) yang berjudul “Peningkatan Keterampila Motorik Kasar Melalui kegiatan Menari Animal Dance pada Anak Kelompok A di Tk Aba Kutu Asem Yogyakarta
”.
Perkembangan peningkatan keterampilan motorik kasar anak ditunjukan melalui kegiatan observasi pada proses kegiatan menari animal dance. Hasil penelitian menunjukan bahwa siklus I keterampilan motorik kasar anak mencapai 33,33%, pada siklus II meningkat menjadi 84,44%. Pada penelitian siklus II menunjukan peningkatan yang signifikan sehingga mencapai keberhasilan dengan kriteria berkembang sangat baik.4. Penelitian Denok, dkk (2016) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Tari Binatang pada Anak Kelompok B” kemampuan motorik kasar anak kelompok B di TK PGRI 1 Langkap sudah mulai berkembang artinya keterampilan motorik kasar anak mulai menunjukan peningkatan. pada siklus II sehingga anak lebih antusias dan mudah dalam melakukan gerakan tari binatang sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik kasar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa siklus I keterampilan motorik kasar anak mencapai 33,33%, pada siklus II meningkat menjadi 84,44%. Pada penelitian siklus II menunjukan peningkatan yang signifikan sehingga mencapai keberhasilan dengan kriteria berkembang sangat baik.
31 B. Kerangka Pikir
Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan menggunakan otot- otot besar. hal yang terpenting yakni koordinasi dalam gerakan untuk melatih keseimbangan, kelenturan, dan kelincahan. Dalam gerakan tari haruslah mewakili dunia anak yang penuh dengan kegembiraan dan kesenangan. Bentuk gerak yang sesuai dengan karakteristik anak-anak, adalah gerak yang tidak sulit atau gerak yang sederhana. Gerakan tarian kupu-kupu meliputi gerakan kupu-kupu yang terbang memutar, gerakan maju mundur, gerakan berlutut, gerakan berjinjit, gerakan mengayun, dan gerakan membungkuk.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Pretest Treatment Posttest
Kemampuan Motorik Kasar anak
Sebelum Tindakan
Langkah-langkah Pelaksanaan Tari 1. Gerakan berputar 2. Gerakan maju
mundur
3. Gerakan berlutut 4. Gerakan berjinjit 5. Gerakan tangan
mengayun 6. Gerakan
membungkuk
Kemampuan Motorik Kasar anak
Sesudah Tindakan
Kemampuan Gerak Dasar 3. Gerak
Lokomotor 4. Gerak
Non Lokomotor
Kemampuan Gerak Dasar 1. Gerak
Lokomotor 2. Gerak
Non Lokomotor
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha: Ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar
Ho: Tidak ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:107) mengatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap objek yang diteliti dan dalam kondisi yang terkendalikan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran tari terhadap kemampuan motorik kasar anak. Untuk memenuhi tujuan penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian ini yaitu metode pre-eksperimental designs yang menggunakan desain One Group Preteset-Posttest. Desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakukan. Punggunaan desain one group pretest-posttest bertujuan agar dapat membandingkan sebelum diberi perlakuan dengan keadaan sesudah diberi perlakuan, sehingga hasilnya lebih akurat. Ilustrasi desain penelitian tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
O1 X O2
Keterangan:
O1 = Nilai pre test atau observasi kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan treatment pembelajaran tari.
X = Treatment yang diberikan yaitu pembelajaran tari.
O2 = Nilai posttest peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberi treatment pembelajaran tari.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Babbie (Sukardi 2015:53) bahwa “populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitan”. Populasi penelitian adalah peserta didik TK/KB Minasa Upa Makassar di kelas B kelompok usia 5-6 tahun yang beralamat Jl. Btn Minasa Upa Blok E4 Kecamatan Rappocini Kabupaten Makassar.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (20143:118) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sukardi (2015:64) “Teknik purposive sampling untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu”. Sampel dari penelitian yaitu kelompok B1 dengan jumlah siswa 16 anak terdiri dari 8 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
35 C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tari (X)
Tari dalam penelitian ini adalah tari kreasi dengan menggunakan tari kupu- kupu, meliputi gerakan berputar, gerakan maju mundur, gerakan berlutut, gerakan berjinjit, gerakan tangan mengayun, dan gerakan membungkuk.
b. Motorik Kasar (Y)
Motorik kasar merupakan kemampuan gerak melibatkan kemampuan otot- otot besar. Kemampuan motorik kasar yang diteliti adalah kemampuan gerak dasar yang meliputi kemampuan gerak lokomotor dan gerak non lokomotor.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:148) bahwa “instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Peneliti menggunakan 2 bentuk instrumen, yaitu 1) lembar tes dan 2) lembar penilaian
1) Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes performance. Tes performance digunakan untuk menilai kemampuan motorik kasar peserta didik. Tes performance untuk mengukur kemampuan awal motorik kasar sebelum diberi perlakuan menggunakan pembelajaran seni tari dan mengukur ada atau tidak adanya peningkatan kemampuan motorik setelah diberikan perakuan menggunakan pembelajaran seni tari. Penilaian ini dilakukan dengan dua tahap tes penilaian, yaitu pretest yaitu tes yang dilakukan sebelum diberi perlakuan
(treatment) dan sesudah diberi perlakuan posttest. Instrumen ini disusun berdasarkan dari teori Samsuddin (2018:15) “pengayaan motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar, meliputi gerakan dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif”. Gerakan dasar lokomotor adalah gerakan yang berpindah tempat artinya terjadi perubahan posisi seperti gerakan lari, loncar berputar. Sedangkan gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak berpindah tempat yang artinya tidak ada perubahan posisi seperti mengayun, berlutut, mendorong. Jadi pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melatih kemampuan motorik kasar dilakukan melalui pengayaan motorik kasar dengan menggunakan gerakan dasar lokomotor, non lokomotor. Berikut kisi-kisi tes performance kemampuan motorik kasar
2) Lembar Observasi Perlakuan
Pedoman observasi merupakan instrumen untuk mencari data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen peneltian pelengkap, dan menjadikan acuan dalam membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Lembar observasi digunakan untuk melihat kamampuan anak menguasai gerakan tari.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:308) bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Bentuk teknik pengambilan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara), kuesioner
37 (angket), dokumentasi. Penulis mencoba beberapa diantara teknik pengumpulan data tersebut.
1) Tes performance
Tes performance dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan motorik kasar yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Bentuk tes performance yang digunakan berupa penilaian subjektif untuk mengukur kemampuan gerak tari yang diberikan pada saat treatment.
2) Observasi
Observasi (pengamatan) adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan hasil untuk memperoleh data tentang kemampuan motorik kasar melalui pembelajaran tari.
3) Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto dalam pembelajaran untuk melihat kegiatan kemampuan motorik kasar melalui pembelajaran tari.
F. Teknik Analisis Data
Analisis datan dalam penelitian dilakukan sejak memasuki lapangan.
Teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2013). Teknik analisi data yang digunakan adalah statistik nonparametrik yaitu dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test (Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon). Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan memperhatikan dari dua sampel berpasangan dan data tidak berdistribusi normal dengan sampel n ≤ 25 (Riadi, 2016).
Prosedur uji Wilcoxon Signed Rank Test (Hurriyati & Gunarto, 2019) a. Menentukan hipotesis
Hipotesis yang ditentukan dalam pengujian Wilcoxon Signed Rank Test ini adalah sebagai berikut. Ha: Ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar dan Ho: Tidak ada peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment pembelajaran seni tari kupu-kupu di KB/TK Minasa Upa Makassar.
b. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.
c. Kriteria Pengujian
Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji Wilcoxon Signed Rank Test adalah sebagai berikut. Jika probabilitas (Asymp.Sig) <
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
d. Penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis, pengujian statistik akan menggunakan program IBM SPSS 25.