• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Al-Qur`an

4. Metode Pengajaran Al-Qur`an

Banyak Metode pembelajaran membaca Al-Qur`an yang berkembang dan dipakai oleh masyarakat islam, dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, sejumlah Metode pengajaran yang bisa digunakan adalah:

a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses.31 Bisa dibantu dengan menggunakan peralatan atau dengan benda.

b. Metode Drill/Latihan

Metode drill/latihan adalah Metode yang digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari karena dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.32

c. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara pengajaran dimana seorang pendidik memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik.33

d. Metode Muthala’an atau Qira’at

Metode muthala’an atau qira’at adalah Metode membaca pada peserta didiknya, sedangkan peserta didik menyimak dan memperhatikan bacaan dan sekali-kali peserta didik menirukan bacaan pendidik tersebut. Teknik ini dapat dilakukan oleh peserta didik yang sudah pandai membaca dan peserta didik lainnya

31 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran Cet. Ke-2, h. 183

32 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam Cet. Ke-6, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 349

33 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam Cet. Ke-6, h. 361

tinggal menyimak, fungsi pendidik disini adalah memperhatikan dan menegur bila terjadi kesalahan dalam membaca.34

Secara garis besar Metode membaca Al-Qur`an dapat digolongkan menjadi empat golongan berdasarkan buku pedoman pengajaran Al-Qur`an bagi anak-anak yang dikeluarkan oleh Departemen Agama, empat Metode tersebut adalah:35

a. At-Thariqah Tarkibiyah (Metode Sintetik)

Metode sintetik adalah Metode pengajaran membaca yang dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah terlebih dulu. Kemudian diberi harakat atau tanda baca, setelah itu disusun menjadi sebuah kata dan dirangkai menjadi sebuah kalimat. Menurut Metode ini kita mulai mengajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut urutannya dari alif sampai ya’. Kelemahan Metode ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan kelebihannya adalah peserta didik bisa memperhatikan huruf per huruf sampai terbentuk menjadi sebuah kalimat. Di samping itu Metode ini sangat membantu bagi peserta didik yang kurang cerdas dan guru pemula atau belum pengalaman dalam mengajar Al-Qur`an.

b. At-Thariqah Shautiyyah (Metode Bunyi)

Metode bunyi ini dimulai dengan mengajarkan bunyi huruf bukan nama-nama huruf. Dari bunyi ini disusun menjadi suku kata dan menjadi sebuah kalimat yang teratur. Kekurangan Metode ini adalah peserta didik kurang mengenal nama huruf sedangkan kelebihannya bagi guru yang menguasai Metode ini akan mempercepat peserta didik dalam membaca dan peserta

34 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam Cet. Ke-3, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), h. 208

35 Siti Sumihatul Ummah dan Abdul Wafi, Metode-Metode Praktis dan Efektif dalam Mengajar Al-Qur`an bagi Anak Usia Dini vol. 2 No. 2, (Yogyakarta: Journal State Islamic University of Sunan Kalijaga, 2017), h. 128

37

didik akan langsung diajarkan cara baca yang menuntut kefasihan pengucapan.

c. At-Thariqah Musyafahah (Metode Meniru)

Metode ini dimulai dengan guru memberikan contoh cara membacanya lalu peserta didik menirukan bacaan dari seorang guru sampai hafal. Setelah itu baru peserta didik diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda bacanya dari klimat yang dibacanya.

Metode ini sejalan dari naluri anak dalam belajar bahasanya sendiri. Peserta didik mengucapkan kalimat secara langsung tanpa ada pikiran-pikiran untuk menguraikan huruf-hurufnya.

Kelebihan Metode ini adalah secara naluri peserta didik belajar membacaAl-Qur`an sebagaimana belajar bicara bahasanya sendiri. Namun kelemahannya adalah guru harus mengulang- ulang bacaannya dalam batas-batas tertentu.

d. At-Thariqah Jaami’ah (Metode Campuran)

Semua Metode pasti ada kelebihan dan kelemahan masing-masing, maka dari itu seiring berkembangnya zaman maka berkembang pula Metode-Metode atau pembaharuan Metode, misalnya Metode campuran. Dengan Metode campuran ini guru diharapkan dapat mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Contohnya jika peserta didik yang sudah dapat membaca tapi belum mengenal huruf hijaiyah maka diajarkan dengan Metode shautiyyah dengan memperhatikan makhraj huruf per huruf.

5. Macam-macam Metode Membaca Al-Qur`an a. Metode Iqra’

Metode Iqra’ adalah suatu Metode membaca Al-Qur`an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode ini disusun oleh KH. As’ad Humam. Buku panduan iqra’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak- anak. Metode yang diterapkan adalah CBSA (cara belajar santri aktif), privat, modul, asistensi, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, fleksibel.36

b. Metode Qira’ati

Metode ini disebarkan pada awal 1970-an oleh KH.

Dachlan Salim Zarkasyi. Metode ini mempunyai 6 jilid buku pelajaran membaca Al-Qur`an. KH. Dachlan berwasiat supaya tidak sembarang orang bisa mengajarkan Metode qira’ati tapi semua orang boleh diajar dengan Metode qira’ati. Dalam perkembangannya sasaran Metode qira’ati kian diperluas, ada qira’ati untuk anak 4-6 tahun, untuk anak 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa. Secara umum pengajaran qira’ati yang diterapkan adalah klasikal dan privat, CBSA, siswa membaca tanpa mengeja, sejak awal belajar siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.

c. Metode Tilawati

Metode tilawati disusun pada tahun 2002 oleh tim terdiri dari DRS. H. Hasan Sadzili dkk. Prinsip pembelajaran dengan Metode tilawati adalah disampaikan dengan praktis,

36 Srijatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an dengan Metode Iqra’

pada Anak Usia dini di RA perwanida Slawi Kabupaten Tegal Vol. 2 No. 1, (Semarang:

Jurnal Pendidikan Islam, 2017), h. 33

39

menggunakan lagu rost, menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.

d. Metode Baghdadiyah

Metode ini disebut juga dengan Metode “eja” berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Secara garis besar kaidah baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah.

Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi dan variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak dan berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama.

Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat.

e. Metode An-Nahdhiyah

Metode ini lebih menekankan pada kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan disini merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga dengan ketukan bacaan santri akan sesuai baik panjang dan pendeknya dari sebuah bacaan Al-Qur`an. Dalam pelaksanaannya, Metode ini harus menyelesaikan dua program, yaitu: program buku paket yang berisi pengenalan dan pemahaman serta mempraktekkan baca Al-Qur`an dan program sorogan berisi program lanjutan praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca Al-Qur`an sampai khatam.

f. Metode Jibril

Metode ini sama dengan Metode nahdhiyah yaitu penekanan Metode ketukan dan sama-sama sistem musyafahah atau sistem tatap muka. Teknik dasar pada Metode ini adalah dengan membaca satu ayat atau lebih kemudian ditirukan oleh

seluruh peserta didik sampai sesuai dengan bacaan gurunya.

Untuk menyelesaikan Metode ini harus menyelesaikan dua tahap pembelajaran yaitu tahqiq dan tartil.

g. Metode Yanbu’a

Metode ini berkembang pada tahun 2004, terdiri dari 7 juz atau jilid untuk TPQ dan 1 juz untuk pra TK. Di dalam Metode ini tidak hanya diajarkan membaca Al-Qur`an saja tetapi juga diajarkan menulis Al-Qur`an. Penyampaian pembelajaran ini dilakukan dengan berbagai macam Metode, yaitu: musyafahah,

‘Ardul Qira’ah/sorogan, pengulangan.

h. Metode Ummi

Metode ini diperkenalkan pada tahun 2007.

Metodologiyang digunakan adalah privat individual, klasikal individual, klasikal baca simak, dan klasikal baca simak murni.

Terdapat 3 pendekatan utama yang digunakan dalam Metode ini yaitu: langsung (tanpa penjelasan panjang lebar), dilakukan secara berulang-ulang, didasari oleh cinta yang tulus. Metode ini mempunyai 6 jilid yang masing-masing terdiri dari 40 halaman ditambah buku gharib dan tajwid.

i. Metode Dirosa

Panduan baca Al-Qur`an pada dirosa disusun tahun 2006.

Panduan ini khusus untuk orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Secara garis besar Metode pengajarannya adalah baca-tunjuk-simak-ulang yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulang bacaan tadi. Metode ini juga cocok diterapkan dalam mengajar Al-Qur`an pada anak usia dini yang sudah lancar dalam membacanya.

41

D. Gambaran Umum Metode Karimah 1. Sejarah Metode Karimah

BBQ (bisa belajar Al-Qur`an) Karimah merupakan panduan belajar membaca Al-Qur`an melengkapi berbagai Metode yang sudah ada. Sangat sesuai bagi yang sama sekali belum bisa membaca Al- Qur`an hingga tahsin. Dengan teknik “CERDAS” membaca Al- Qur`an semakin mudah dan cepat.37

Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Syukri bahwa, “Metode Karimah ini adalah Metode yang dikembangkan oleh para ahli, para asatidz lulusan pondok pesantren Isy Karimah Karanganyar, Jawa Tengah”38

Muhammad Amrullah, S.Pd.I sebagai waka kurikulum MIT Isy Karimah mengatakan bahwa “Karimah ini simple dan sederhana, sistematis dan mudah diajarkan untuk semua usia. Cukup melihat tanda baca anda mampu belajar tajwid dengan mudah. Bagi anda yang ingin belajar dan mengajarkan Al-Qur`an secara mudah dan simple, Metode Karimah Jawabannya.”

2. Visi Misi Metode Karimah Visi:

Semua umat Islam mampu membaca Al-Qur`an dengan tepat dan benar (tartil).

Misi:

Mewujudkan umat Islam yang mampu membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur`an.

37 Tim BBQ Karimah, Bisa Baca Qur’an (BBQ) Karimah Dasar, (Karanganyar:

Litbang BBQ Karimah, 2015)

38Hasil wawancara dengan Ustadz Syukri pengajar Kuttab Ibnu Abbas pada hari Selasa 24 Juli 2018 pukul 17.10 WIB

3. Karakteristik BBQ Karimah

a. Menggunakan Al-Qur`an standar utsmani (Al-Qur`an standar internasional).

b. Inovasi pengenalan huruf sesuai dengan huruf yang ada di setiap ayat Al-Qur`an.

c. Contoh dan latihan dari mushaf Al-Qur`an.

d. Penekanan pada pengucapan makhraj dan sifat-sifat huruf secara tepat dan benar.

e. Belajar tajwid cukup melalui ciri tanda baca.

f. Pengajaran secara klasikal dan privat dengan teknik “CERDAS”

lebih mudah, lebih cepat dan tartil.

g. Pengenalan pada bacaan-bacaan khusus pada ayat yang biasa disebut gharib.

h. Cocok untuk semua usia.

4. Isi Buku BBQ Karimah

BBQ Karimah mempunyai tiga buku pedoman membaca Al- Qur`an, buku pertama memuat dasar-dasar membaca Al-Qur`an, buku kedua berisi tentang pembelajaran tahsin, dan buku ketiga berisi penulisan surah-surah Al-Qur`an juz 30 dengan tulisan font arab putus-putus untuk anak-anak belajar menulis arab.

BBQ Karimah dasar memuat 3 bab:

a. Bab 1 berisi pengenalan huruf hijaiyah dan bagaimana bentuknya ketika terletak di awal, di tengah atau di akhir kata. Contoh:

- - -

43

b. Bab 2 berisi pengenalan tanda baca seperti fathah, kasrah, dhommah, (

ﹹﹻﹷ

), huruf mad

| ۦ ه = ىِه | َب = اَب (

وه = ه

ۥ)

, sukun ) , tasydidﹿ(

) ﹽ (

, hamzah washol

) (ﭐ

dll.

c. Waqaf

ـ ـ ـ ـ

BBQ Karimah tahsin memuat:

a. Bab 1 berisi pengenalan makhraj dan sifat masing-masing huruf.

b. Bab 2 berisi ragam mad

c. Bab 3 berisi nun mati dan tanwin d. Bab 4 berisi mim mati

e. Bab 5 berisi idghom

f. Bab 6 berisi tafkhim dan tarqiq

g. Bab 7 berisi bacaan khusus seperti yang ada dalam gharib serta berisi bagaimana cara waqaf/berhenti

45 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di TPQ Kuttab Ibnu Abbas yang beralamatkan di Blok i1 Jl. Wana Kencana I No. 3 Kencana Loka, BSD City Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Observasi di TPQ Kuttab Ibnu Abbas dilakukan pada bulan mei 2018 sedangkan wawancara dilakukan pada bulan juli 2018.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena yang akan diteliti adalah proses pelaksanaan pembelajaran membaca Al- Qur`an.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang- orang di tempat penelitian.1 Dalam literatur metodologi penelitian, istilah kualitatif tidak hanya dimaknai sebagai jenis data tapi juga berhubungan dengan analisis data dan interpretasi atas objek kajian.

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut “metode penelitian naturalistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.2 Yaitu berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan

1 Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdkarya, 2006), h. 73

2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian Cet. Ke-3, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 22

46

empiris yaitu studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksi, dan visual.

Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory yakni teori yang timbul dari data bukan hipotesis-hipotesis seperti dalam metode kuantitatif.3 Data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Secara umum menurut tempat atau lapangan penelitiannya metode kualitatif dibagi menjadi dua jenis yaitu: metode penelitian lapangan (field research) dan metode penelitian kepustakaan (library research). Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode penelitian lapangan (field research).

Ada berbagai macam jenis metode kualitatif lapangan (field research) diantaranya adalah metode sejarah, metode deskriptif dan metode grounded research. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.4

Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.5 Perbedaan metode deskriptif dengan metode sejarah adalah dalam metode sejarah datanya sudah ada dari dulu.sedangkan

3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:

Sinar Baru Offset, 1989), h. 195

4 Arikunto dkk, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman teoritis praktis bagi praktisi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h 234

5 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian Cet. Ke-3, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 186

dalam penelitian metode deskriptif datanya ada pada masa sekarang atau masih baru.

Penelitian metode deskriptif pun banyak jenisnya, namun yang umum digunakan adalah metode studi kasus dan metode deskriptif berkesinambungan.

Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.6

Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.7 Biasanya peneliti yang memakai metode ini menggunakan teknik wawancara, pengamatan (observasi), penelaahan dokumen, survey, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.

Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti tapi juga dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus itu dengan baik. Dengan kata lain, data studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang diteliti.8

6 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2003), h. 1

7 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 201

8 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, h. 3

48

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data berupa kata-kata dikumpulkan melalui wawancara, data berupa tindakan diperoleh dari perilaku atau sikap sumber data, data yang tertulis bisa dilihat dari data-data di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun pertanyaan lisan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.9 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah Kepala TPQ Kuttab Ibnu Abbas dan ustadz ustadzah yang mengajar di TPQ Kuttab Ibnu Abbas.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama.10 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah dokumentasi.

9 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 93

10 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, h. 94

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti yang menggunakan metode kualitatif akan menganalisis kata-kata yang menyatakan alasan-alasan atau interpretasi atau makna- makna dan kejadian-kejadian serta perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan maupun kelompok sosial.11 peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan dan perbuatan-perbuatan manusia sebanyak- banyaknya. Teknik yang biasanya dipakai oleh para peneliti yang menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumen.

Data dikumpulkan untuk melengkapi bahan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.12 Teknik ini digunakan untuk menghimpun data tentang profil Kuttab Ibnu Abbas yang menjadi lokasi penelitian, implementasi Metode Karimah dalam pembelajaran membaca Al- Qur`an, pemahaman siswa terhadap bacaan Al-Qur`an melalui Metode Karimah, pelaksanaan Metode Karimah, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Metode Karimah.

11 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu Cet. Ke-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 20

12 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h. 82

50

Pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur dan tak berstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Wawancara ini dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi wawancara tersebut, pertanyaan yang dilakukan telah ditentukan bahkan kadang-kadang juga jawaban-jawabannya, demikian pula lingkup masalah sehingga benar-benar dibatasi.13

b. Wawancara tak terstruktur

Wawancara ini lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek.14

Wawancara jenis ini biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan, subjek juga diberi kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka hati.15

Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk wawancara terstruktur, dimana penulis membuat dulu daftar pertanyaan yang akan diajukan. Alat-alat wawancara yaitu buku catatan, alat perekam, kamera. Hasil wawancara segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak hilang.

13 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), h. 84

14 Y. Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Penerbit SIC), 2001, h. 83

15 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 85

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Wawancara No Fokus

Penelitian Indikator Nomor

Butir Pertanyaan

Sumber

1. Dasar dan Tujuan

a. Latar belakang berdirinya TPQ Kuttab Ibnu Abbas b. Keadaan guru dan

murid

c. Pengelompokan kelas dan alokasi waktu

1, 2

3, 4, 5, 6,

8, 9

Kepala TPQ Kuttab

Ibnu Abbas

2. Metode Karimah

a. Sejarah singkat Metode Karimah b. Karakteristik

Metode Karimah c. Tujuan dan target

Metode Karimah d. Kekurangan dan

Kelebihan Metode Karimah

1 2

3 4, 13

Guru TPQ Kuttab

Ibnu Abbas

3.

Implemen -tasi Metode Karimah

a. Tahapan dan langkah-langkah pembelajaran b. Metode

pembelajaran yang digunakan selama proses belajar

3, 5, 6,

2, 3

Kepala TPQ

dan Guru TPQ Kuttab

Ibnu Abbas

52

c. Teknik evaluasi Metode Karimah d. Faktor penghambat

dan pendukung dalam proses pembelajaran

8 8, 10

2. Observasi

Secara bahasa observasi berarti memperhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memperhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi.16

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal observer dan obyek yang diobservasi dikenal sebagai observee.17

Teknik ini digunakan pertama-tama untuk melakukan cross- check atas data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumen, tapi metode ini juga digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam lewat wawancara dan dokumentasi seperti tentang kondisi lingkungan fisik Kuttab Ibnu Abbas, sarana dan prasarana di Kuttab Ibnu Abbas.

Ada beberapa jenis observasi, didalam pemilihan jenis mana yang paling tepat harus mempertimbangkan keadaan dan masalah yang terlibat didalamnya. Jenis-jenisnya adalah:18

16 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 209

17Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula Cet. Ke-4, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 69

18 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula

Cet. Ke-4, h. 71-72

a. Observasi Partisipan

Dalam hal ini observer terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati. Pelaku peneliti seolah-olah merupakan bagian dari mereka.

Pada observasi partisipan ini ada jenis partisipan pasif, partisipan aktif, partisipan moderat, dan partisipan lengkap.19 Pada partisipan pasif peneliti hadir dalam peristiwa tetapi tidak berpartisipasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pada partisipan aktif peneliti hanya bertindak sebagai orang lewat saja. Pada partisipan moderat peneliti mempertahankan antara keseimbangan antara ia sebagai orang dalam dan orang luar.

Partisipan lengkap ini termasuk jenis observasi partisipan dengan derajat keterlibatan tertinggi karena peneliti makin tahu tentang suatu situasi sebagai partisipan biasa, dan peneliti makin sulit menempatkan diri sebagai peneliti.

b. Observasi Nonpartisipan

Dalam hal ini peneliti berada diluar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Dengan demikian peneliti akan lebih leluasa mengamati kemunculan tingkah laku yang terjadi.

c. Observasi Sistematik (Observasi Berkerangka)

Peneliti telah membuat kerangka yang memuat faktor- faktor yang telah diatur terlebih dahulu.

Kendala yang dihadapi dalam jenis observasi ini adalah:

ruang lingup yang lebih sempit, kesempatan/waktu sangat

19Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, h. 101

Dokumen terkait