BAB II. PAPARAN DAN TEMUAN DATA
C. Metode Pendidikan
1. Metode Qishah
Kegiatan mi’raj dilakukan pertama kali di Masjid sebagai pembukaan terhadap kegiatan yang diadakan disetiap rumah warga yang mempunyai hajatan. Dalam acara pembukaan tersebut menghadirkan semua tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh remaja dan tokoh adat yang berada di Desa Kembang Kuning sebagai rangka menyambung ukhwah Islamiah.
dimaksudkan yaitu kisah-kisah yang mempunyai nilai-nilai pendidikan dan kisah tauladan yang patut dicontohi, misalnya tentang perjuangan berperang di jalan Allah, cara hidup rukun, damai, dan bertatakrama.
Dalam kegiatan berzanji ini secara tidak langsung para jama’ahnya diajarkan pelajaran yang mendidik dari segi kehidupan sehari-hari yang mereka jalani seperti hidup bermasyarakat, bertani, berkebun, bertoleransi dan selalu menjaga kekompakan, walaupun berbeda pendapat akan tetapi mereka diajarkan selalu untuk menghormati pendapat atau usulan orang lain. Mereka diajarkan untuk selalu mencari solusi dan menyatukan perbedaan pendapat yang timbul diantara pemikiran mereka.
Lewat kegiatan seperti ini tentunya diharapkan bisa memberi pelajaran untuk bisa mengenal bagaimana susah payahnya para nabi dan sahabatnya memperjuangkan Islam, dengan demikian para generasi muda khususnya akan mempunyai pemahaman yang lebih dari sebelumnya.85
Mereka dibiasakan untuk selalu menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat dan saling menghormati satu sama lain antar tetangga yang satu dengan yang lain. Masyarakat juga dibiasakan menyambung tali silaturahim lewat kegiatan berzanji, karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk kerja dan terlalu sibuk mengurus pekerjaan yang ada. Di tengah-tengah kesibukan tersebut mereka meluangkan waktunya sejenak untuk bersilaturahim kepada tetangga. Walaupun sedemikian sibuknya
85 Fatra, Wawancara, Ketua Kegiatan Berzanji, Kembang Kuning, 24 Mei 2018.
kehidupan bersosial mereka masih tetap terjaga dan belum lekang oleh arus perubahan zaman.
2. Metode Repeat Power
Dalam kegiatan khiziban para ketua kelompok menggunakan metode repeat power sebab, dalam pembacaan syai’ir para remaja mengucapkan secara berulang-ulang sejarah atau perkatan yang baik yang tertulis dalam kitab khiziban tersebut. Lewat khiziban ini para pembacanya melantunkan sya’ir yang baik kepada para ulama dan para Rasulullah. Dengan demikian para anggota khiziban ini menjadi terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat yang baik yang biasa mereka dengar dan ucapkan, mereka juga diajarkan untuk selalu mengingat Rasulullah dan para ulama yang telah memperjuangkan Islam sampai seperti yang mereka kenal hingga sekarang.
Para remaja yang selalu rutin ikut kegiatan ini membawa dampak positif di dalam masyarakat, remaja yang biasanya suka nganggur dan keluyuran kini sudah mulai terbiasa mengajak dan bisa menegur anak-anak yang bermain jika waktu untuk ngaji ke TPQ sudah tiba, bahkan mereka saling menasehati jika ada dari temannya yang melanggar aturan Desa dan membuat onar di tengah masyarakat. Lewat kegiatan ini para remaja setempat menjadi punya pemahaman tentang nilai moral yang baik dan buruk yang harus mereka kerjakan dan harus mereka tinggalkan. Orang tua tidak terlalu mengawasi dan terlalu membatasi pergaulan anak-anak mereka di dalam masyarakat karena mereka terbiasa saling menghormati dan saling menjaga
satu sama lain. Hal ini sebagai mana yang dikatakan oleh kepala Desa Kembang Kuning, “Setelah diadakannya kegiatan khiziban ini para remaja yang dulunya suka hura-hura kini sudah tidak seperti itu malah mereka lebih banyak mengikuti kegiatan keagamaan yang ada”86 walaupun demikian bukan berarti kegiatan tersebut tidak memiliki kendala yang dihadapi dikalangan remaja. Untuk penerapan metode yang digunakan dalam kegiatan tersebut sudah membuahkan hasil sebagaimana yang terlihat saat berjalannya kegiatan khziban. “Metode pembiasaan tersebut nampaknya membawa perubahan bagi para remaja karena sebagian besar para remaja mengikuti kegiatan khiziban setiap dilaksanakannya kegiatan tersebut di rumah warga setempat.”87
3. Metode Pengajaran
Kegiatan pengajian, penceramah atau tuan guru secara langsung mengajarkan tentang, selalu menghidupkan budaya yang bernuansa Islam sebab, budaya yang semakin redup akibat arus perubahan zaman yang setiap waktu mengalami perubahan disemua bidang kehidupan baik bidang ekonomi, politik, dan teknologi budaya Islam semakin surut akibat pengaruh dari itu semua. Maka dari kegiatan inilah para remaja diajarkan untuk selalu menghidupkan budaya Islam dan selalu patuh terhadap ajaran yang terkandung dalam islam itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh masyarakat Desa Kembang Kuning, “Dalam kegiatan pengajian ini
86 Lalu Sujian, Wawancara, Kepala Desa, Kembang Kuning, 28 April 2018.
87 Observasi,Kegiatan Khiziban, kembang kuning, 14 Oktober 2018.
para remaja diajarkan untuk selalu menjaga ketertiban dalam masyarakat dan saling menghormati satu sama lain”.88
4. Metode Ikon dan Afirmasi
Dalam kegiatan Natur School tersebut para remaja diajarkan oleh pendidiknya dengan cara membaut ikon dan tulisan-tulisan yang digantung dipinggir jalan supaya mereka lebih cepat memahami mana yang salah dan mana yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ini para remaja diberikan pemahaman tentang menjaga dan mengelola alam yang ada disekitar mereka. Selain itu para remaja diberikan pemahaman bagaimana memanfaatkan alam dengan tidak berlebihan.
Remaja yang mengikuti kegiatan sekolah alam ini diberikan pemahaman tentang berakhlak kepada lingkungan sekitar dan akibat yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri jika digunakan secara berlebihan dan menyeleweng dari ajaran Islam sebagaimana yang dikatakan oleh pengajar pada kegiatan tersebut.
Dengan mengajar para remaja dengan metode tersebut diharapkan mereka tidak selalu bergantung kepada teori yang didapatkan pada saat kegiatan berlangsung akan tetapi merka selalu belajar lewat lingkungan sekitarnya. Dengan cara tersebut pula para remaja diharapkan mampu mengembangkan bakatnya untuk mengolah lingkungan sekitar, sebab materi yang diberikan pada saat acara hanya sebatas pengetahuan saja tanpa ada praktik secara langsung.89
88 Observasi, Kegiatan Berzanji, Kembang Kuning, 30 September 2018.
89 Fauzan, Wawancara, Guru Pengajar, Kembang Kuning, 27 November 2018.
Dengan penerapan metode seperti di atas para remaja dituntut untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya sendiri agar mereka bisa merasa bebas dalam belajar. Praktik yang diterapkan dalam kegiatan tersebut lebih sedikit daripada penyampaian teori.
Dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan para remaja sangat aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut, sebab mereka tidak merasa terlalu tertekan dalam pelaksanaan kegiatan yang mereka ikuti. Alhasil para remaja menjadi mudah paham dengan materi yang disampaikan dan langsung mereka terapkan di lingkungan sekitar mereka.90
Dengan mengguanakan metode tersebut juga mengembangkan kreatif dan bakat peserta didik sebab, dalam membuat ikon dan afirmasi tentu membutuhkan yang namanya kreatif bagi pembautanya, akan tetapi dalam desa kembang kuning pembaut ikon dan afirmasi tersebut yakni para remaja yang mengikuti kegiatan natur school.
5. Metode Reward (Pemberian Hadiah)
Pada kegiatan lomba yang diadakan saat perayaan hari besar islam oleh remaja Masjid Desa Kembang Kuning untuk memotivasi pesertanya dalam kegiatan tersebut menggunakan metode reward atau pemberian hadiah.
Tujuan untuk memberikan hadiah tersebut supaya temannya yang lain menjadi termotivasi untuk selalu belajar dan menuangkan bakatnya pada saat
90 Observasi, Kegiatan Natur School, Kembang Kuning, 17 November 2018.
acara tersebut dilaksanakan pada tahun berikutnya, sebagaimana yang dikatakan oleh ketua remaja Masjid Kembang Kuning.
Pemberian hadiah kepada para pemenang dalam lomba bukan hanya sekedar bersifat materi akan tetapi tujuan untuk pemberian hadiah itu salah satunya supaya teman-temannya yang tidak ikut dalam lomba tahun ini menjadi termotivasi untuk ikut diacara berikutnya. Kami juga para panitia tidak memberikan hadiah yang terlalu mewah kepada peserta lomba supaya para peserta tidak menjadikan hadiah itu sebagai tujuannya dalam melakukan kebaikan.91
Penggunaan metode tersebut memang sangat baik dan jitu dalam pendidikan lewat adanya kegiatan seperti yang dijelaskan di atas. Dengan menggunakan metode tersebut tentunya harus memiliki biaya yang lumayan.
Metode reward ini bisa tergolong sulit dalam penerapannya akan tetapi, dalam kegiatan lomba yang diadakan di Desa Kembang Kuning nampaknya berhasil seperti yang diharapakan karena itu semua hasil dari kerjasama berbagai pihak dalam Desa Kembang Kuning.
Para peserta lomba setiap tahunnya semakin meningkat begitupun peserta utusan dari setiap TPQ yang dari luar Desa Kembang Kuning semakin banyak yang mengikuti kegiatan tersebut bahkan kebutuhan jumlah lomba yang diinginkan semakin banyak oleh para peserta yang mau mendaftarkan diri untuk mengikuti acara lomba yang diadakan tersebut.92
Penerapan metode tersebut dalam acara lomba yang diadakan di Desa Kembang Kuning memang bisa dibilang mencapai hasil yang diinginkan
91Lalu Kurnain ,Wawancara, Ketua Remaja Masjid, Kembang Kuning, 19 November 2018.
92 Observasi, Kegiatan Lomba, Kembang Kuning 14 November 2018.
sebab, para tokoh remaja dan panitiannya memahami metode tersebut. Mereka tidak asal-asalan dalam menggunakan metode reward ini dan hasilnya bisa dibilang berbeda dari penggunaan metode yang ada pada kegiatan lain yang diadakan dalam Desa Kembang Kuning.
6. Metode Tidak Langsung
Kegiatan yang ada saat Mi’raj para tokoh agama yang mengadakan atau yang menyampaikan sya’ir menggunakan metode tidak langsung. Untuk memberikan pendidikan kepada para remaja melalaui kisah-kisah yang bisa diambil hikmahnya tentu saja kisah tersebut juga memiliki nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada para pendengarnya. Sebagai-mana yang dikatakan oleh remaja setempat.
Dalam kegiatan Mi’raj tersebut meskipun kami tidak bisa membaca kitabnya akan tetapi kami bisa menyimak dan memahami pelajaran yang bisa diambil hikmahnya lewat kisah yang di bacakan dengan menggunakan bahasa lokal. Acara tersebut menggunakan sepeaker jadi suaranya bisa didengar walaupun dari jauh dan kami bisa menyimak dengan jelas makna dari sya’ir tersebut.93
Penggunaan metode tidak langsung nampaknya tidak disadari secara akademis oleh para pendidik, akan tetapi mereka hanya berpendapat dengan penyampaian tersebut bisa memudahkan para masyarakat dan remaja
93Ridwan, Wawancara , Remaja Desa Kembang Kuning, Kembang Kuning 14 November 2018.
memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan sya’ir yang dibacakan mengguanakan bahasa lokal.
Akan tetapi terkadang saat berjalannya kegiatan permasalahan yang sering dihadapi yakni masalah teknis seperti pemadaman listrik, alat pengeras suara yang bermasalah, tentu saja ini menimbulkan kegiatan menjadi tidak stabil dan kurang berjalan sebagaimana yang diharapkan.94
Walaupun menghadapi kendala seperti yang diatas kegiatan membaca sya’ir ini tetap berjalan seperti biasanya dengan menggunakan lampu tabung.
Akan tetapi untuk memberikan pemahaman terhadap para jamaah yang mendengarkan dari jauh tidak bisa dipenuhi seperti yang diharapkan.
94 Observasi, Kegiatan Mi’raj, Kembang Kuning, 14 November, 2018.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil dari temuan data yang sudah diolah dan dikaitkan oleh teori yang bersangkutan dengan hasil temuan data yang diperoleh peneliti di lapangan. Adapun hasil dari temuan yang akan dibahas pada bab ini meliputi bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang ada dalam Desa Kembang Kuning seperti apa pelaksanaannya, lalu dikaitkan dengan teori yang ada, dan dibahas juga bagaimana strategi yang digunakan dalam melaksanakan pendidikan karakter keagamaan melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam Desa Kembang Kuning.
A. Bentuk-Bentuk Kegiatan Pendidikan Karakter Religius
Bentuk dari kegiatan pendidikan yang ada dalam Desa Kembang Kuning ini memiliki berbagai bentuk akan tetapi penulis mengkaji kegiatan yang bersangkutan dengan kegiatan keagamaan. Dalam suatu wilayah memiliki berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan yang dimiliki oleh suatu wilayah yakni kegiatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat untuk mengadakan suatu kegiatan tidak hanya asal-asalan. Adapun kegiatan yang ada di Desa Kembang Kuning yakni sebagi berikut.
1. Selakaran/Berzanji
Kegiatan berzanji ini telah menjadi kebudayaan masyarakat Kembang Kuning, setiap minggunya tetap dilaksanakannya kegiatan ini yakni secara bergilir di rumah jama’ah yang ikut dalam kelompok ini. Dengan diadakannya
78
kegiatan seperti ini pemerintah setempat sangat memberi perhatian dan dukungan yang penuh dalam kegiatan tersebut sebab, budaya dalam suatu masyarakat sangat diharapkan untuk bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat lebih-lebihnya para remaja dalam masyarakat setempat, Sebagaimana yang dijelaskan oleh Simirin “Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan maka penting membangun karakter manusia Indonesia yang berpijak kepada khazanah nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya”.95
Kegiatan keagamaan tersebut bukan saja sebagai kebudayaan semata akan tetapi para masyarakat setempat ikut berpartisipasi membantu pemerintah dan lembaga pendidikan dalam melakukan pendidikan kepada anak-anak dan remaja setempat, lebih jelasnya kegiatan tersebut memberi pendidikan pemahaman tentang nilai-nilai agama kepada generasi muda.
Dalam bidang kemasyarakatan, tradisi berzanji ini telah memberikan pendidikan non-formal bagi masyarakat khususnya para remaja di Desa Kembang Kuning dalam meningkatkan nilai-nilai keagamaan dan kerohanian dalam hidup bermasyarakat. Pelaksanaan tradisi berzanji merupakan salah satu media dari sekian rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembang Kuning. Dengan demikian tentunya sangat membutuhkan
95 Samrin, “Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai)”, Jurnal Al-Ta’dib, vol. 9, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 129
namanya faktor pendukung demi kelancaran kegiatan berzanji ini. Oleh sebab itu masyarakat Desa Kembang Kuning menerima dengan sebaik-baiknya dan ikut melaksanakan kegiatan tersebut dengan ikut berpartisipasi langsung untuk menghadiri kegiatan ini yang diadakan di rumah warga atau di Masjid, Mushalla. Adapun yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ini yakni:
a. Subyek adalah pengelolaan kegiatan yang terorganisir dengan membentuk kelompok selakaran, yakni melibatkan para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pengelolaan yang teratur dan displin adalah faktor yang paling utama agar terlaksananya kegiatan selakaran ini dengan baik.
b. Obyek adalah para jama’ah yang ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan tersebut. Tanpa adanya obyek maka kegiatan ini tidak akan berjalan dengan baik.
2. Khiziban
Kelompok kegiatan keagamaan ini tidak mau kalah ikut ambil bagian di dalam masyarakat untuk melakukan kegiatan pendidikan non formal.
Kelompok ini memiliki prinsip mengembangkan dan menanamkan keagamaan melalui organisasi, itu semua disebabkan karena ada sebagian dalam masyarakat suka berorganisasi dan memiliki rasa pemahaman yang sangat kental dengan nilai-nilai yang ada di organisi tersebut.
Dalam melakukan pendidikan tentunya sangat membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Organisasi dalam masyarakat Kembang Kuning sangat mempunyai kedudukan yang strategis dalam membantu melakukan pendidikan karekter terhadap remaja meski tidak bisa sampai semaksimal mungkin akan tetapi bisa membantu lembaga pendidikan.
Sebagaimana dalam pendidikan karakter yang tidak hanya melibatkan lingkungan sekolah akan tetapi melibatkan seluruh lingkungan masyarakat.
Gerakan Nasional pembangunan karakter bangsa melalui budaya tidak hanya diterapkan di lingkungan sekolah, melainkan juga di luar lingkungan sekolah dengan cara merangkul komunitas budaya dan tokoh masyarakat. Komunitas budaya dan tokoh masyarakat dinilai memiliki komitmen terhadap nilai-nilai positif seperti cinta tanah air, kesetiakawanan sosial.96
Tentunya banyak juga anak muda yang ada di dalam masyarakat putus sekolah karena kekurangan biaya atau karena faktor lain. Walaupun mereka tidak mendapat pendidikan secara formal tapi setidaknya mereka mendapatkan dari non formal yakni dari kegiatan-kegiatan yang ada di tengah masyarakat dan selalu mendapat siraman rohani dari kegiatan tersebut.
Kegiatan yang dilakukan secara rutin dua kali dalam seminggu cukup memberi banyak sumbangan pendidikan dalam membantu pemerintah setempat untuk mendidik para remaja. Semua elemen masyarakat terlibat dalam melakukan pendidikan sebagaimana yang diketahui dalam dunia
96 Ibid.
pendidikan bukan saja melibatkan para pendidik di lingkungan sekolah akan tetapi menuntut semua yang bersangkutan dengan obyek mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dunia bisnis, dan pemerintah.
Pendidikan karakter, bukan saja merupakan tanggungjawab sekolah.
Pendidikan karakter merupakan tanggungjawab bersama dari mereka yang menyentuh nilai dan kehidupan para anak muda, berawal dari anak muda hingga meluas ke komunitas iman, organisasi pemuda, bisnis pemerintah, dan bahkan media.97
Dengan diadakannya kegiatan khiziban, nilai-nilai keagamaan menjadi tetap terjaga dan selalu hidup ditengah-tengah masyarakat dan para masyarakat khususnya para remaja menjadi terbekali dengan nilai keagamaan yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya.
Kegiatan seperti akan ini terus terjaga di dalam lingkungan masyarakat, sebab hal semacam ini sangat sulit ditemukan di tengah-tengah masyarakat pada masa sekarang ini, semua disebabkan bukan karena tidak bisa melaksanakannya akan tetapi kebanyakan mereka tidak mau menghidupkan hal semacama ini. Mereka berfikir hal tersebut tidak terlalu penting untuk dikerjakan dalam masyarakat.
Ada juga yang beranggapan bahwa kegiatan ini tidak bisa membawa perubahan apa-apa bagi masyarakat, karena masyarakat tidak memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan keagamaan seperti ini. Dengan
97Thomas Lickona, Karakter Matters: Persoalan Karakter Terj. Juma Abdu Wamaungo &
Jeans Antunes Rudolf Zien, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 2- 4.
pola fikir seperti inilah yang membuat masyarakat menjadi tidak mementingkan untuk selalu memberikan nilai-nilai keagamaan kepada generasi muda dalam suatu daerah atau wilayah tertentu, dan ini menimbulkan keterbelakangan di tengah-tengah masyarakat.
3. Pengajian
Dalam kegiatan pengajian para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah secara langsung ikut terlibat dalam melakukan pendidikan terhadap Remaja, sebab kegiatan seperti pengajian diadakan atas izin atau persetujuan dari berbagai pihak mulai dari pihak pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, secara umum ini melibatkan pihak yang ikut bertanggungjawab terhadap dunia pendidikan.
Pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup.
Pengembangan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak, baik keluarga inti, keluarga kakek nenek, (sekolah masyarakat maupun pemerintah) ini harus sejalan secara integrasi.
Pemerintah lembaga sosial, tokoh masyarakat/tokoh agama, pemuka adat, dan lainnya memiliki tanggungjawab yang sama besarnya dalam melaksanakan pendidikan karakter.98
Kegiatan pengajian tersebut tentunya diharapkan membawa perubahan bagi remaja sebab, ini sangat strategis untuk memberi sumbangan pendidikan karakter di tengah-tengah para remaja, sebagaimana yang disebutkan oleh Philip Robinson dalam jurnal Sri Suryanti “Pada lingkungan
98 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 143-144.
non formal, pengenalan nilai-nilai religiusitas dapat diperoleh melalui pengajian, ceramah-ceramah, pelatihan, kursus, pergaulan antar sesama dan kegiatan sosial lainnya”.99
Akan tetapi keinginan seperti ini masih belum terwujud lewat kegiatan tersebut sebab, sarana yang ada masih minim dan banyak sekali permasalahan yang ada yakni bersumber dari obyek pendidikan. Dengan keadaan seperti ini membuat kegiatan menjadi sedikit terhambat akan tetapi masih bisa ditangani. Meskipun begitu para tokoh agama masih tetap melakukan kegiatan sperti ini dalam masyarakat Kembang Kuning demi menjaga kesatuan dalam bermasyarakat.
4. Natur School
Kegiatan natur school diadakan atas hasil kerjasama antara tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemerintah setempat dan ketua POKDARWIS sebagai tempat pembinaan terhadap remaja yang masih kurang minatnya dalam mengikuti kegiatan keagamaan lainnya yang ada di Desa Kembang Kuning, materi yang diajarkan dalam kegiatan tersebut yang menyangkut pengelolaan lingkungan sekitar dan menghormati sesama makhluk hidup. Para remaja diharapkan akan mampu membawa perubahan pada genrasi berikutnya, sebagaimana yang diketahui dalam kegiatan tersebut remaja diajarkan diberikan pemahaman tentang menjaga dan
99 Sri Suryanti, “Membangun Pendidikan Karakter”, Jurnal Ilmiah Islam Future, Vol 13, Nomor 1, Agustus 2013, hlm. 7.
memanfaatkan lingkungan dengan baik dan benar seperti yang diketahui bahwa dalam agama Islam sangat dianjurkan untuk selalu menjaga lingkungan sekitar, begitu juga dalam tujuan pendidikan karakter, sebagaimana yang dikatakan Samrin dalam jurnalnya “karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal, mencakup hubungan manusia dengan tuhan, alam, dan sesamanya. Karakter termanifestasi melalui fikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan”.100
5. Perayaan Hari Besar Islam
Perayaan hari besar Islam di Desa Kembang Kuning masih rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Dalam perayaan hari besar Islam tersebut remaja Desa Kembang Kuning mengisi dengan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan maulid bersama di Masjid, pengajian, mengadakan lomba keagamaan dan mi’raj yang diisi dengan pembacaan sya’ir. Acara tersebut diadakan oleh kerjasama remaja Masjid dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat guna memeriahkan hari besar Islam. Adapun acara yang diadakan untuk memeriahkan perayaan hari besar Islam tersebut sebagai berikut;
a. Kegiatan Lomba
Kegiatan lomba rutin dilaksanakan setiap tahunnya untuk menyambut maulid. Dengan diadakannya kegiatan tersebut menandakan bahwa masyarakat Desa Kembang Kuning masih memiliki perhatian terhadap
100 Samrin, Pendidikan Karakter…,hlm. 141.
budaya keagamaan yang bersifat mendidik lebih-lebih kegiatan tersebut diadakan oleh remaja Masjid setempat.
Kegiatan lomba tentunya sangat memberikan pelajaran yang bersifat mendidik baik bagi para penonton lebih-lebihnya untuk para peserta lomba sebab, tontonan yang ditampilkan mempunyai nilai-nilai keagamaan yang baik untuk diikuti atau ditauladani karena dalam kegiatan ini para peserta dibiasakan untuk selalu percaya diri dalam melakukan berbagai hal.
Kegiatan tersebut mengajarkan pesertanya dalam menghafal suatu pelajaran yang bermanfaat tentunya untuk menghasilkan pendidikan seperti yang diharapkan. Masyarakat sangat dituntut untuk ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan sebagaimana yang dijelaskan dalam jurnal Hermawan.
Kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya ditentukan oleh keterlibatan orang-orang dalam. Melainkan ia juga ditentukan oleh keterlibatan “orang-orang luar” sekolah. Mereka adalah orang tua siswa dan komunitas karakter. Sekolah perlu menggerakan mereka agar terlibat secara optimal dalam mewujudkan sekolah karakter.101
Dengan diadakannya kegiatan tersebut membuat masyarakat memiliki kesempatan untuk ikut berpartisipasi menyelenggarakan pendidikan karakter terhadap para remaja dan anak-anak di dalam lingkungan masyarakat sebab, para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh remaja dilibatkan dalam
101 Hermawan, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat Pada Kegiatan Student Exchange Sd Muhamdiyah Paesan Pekalongan, Pendidikan Islam Sebagai Rekayasa Sosial, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 15 No. 2. 2017, hlm. 120.