• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

6. Pengertian Pariwisata

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pariwisata diartikan sebagai perjalanan atau rekreasi atau pelancongan30. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan.Yang ditunjukan dengan adanya perjalanan yang singkat dan sementara dari orang-orang menuju daerah tujuan di luar tempat kebiasaan mereka hidup dan bekerja dan di luar kegiatan mereka. Pariwisata dalam arti modern menurut E Guyer Feruler adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan kesehatan dan pergantian udara.31

Komitmen pemimpin Negara Indonesia dalam menerapkan kebijakan pariwisata untuk kemakmuran Bangsa dan Negara. Komitmen ini telah ada, bersama dibuatnya instruksi presiden RI Nomor 16 Tahun 2005, tentang kebijakan pembangunan bidang pariwisata Indonesia, undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan ataupun peraturan pemerintah RI Tahun 2011 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan Nasional pada tahun 2010-2025. Bentuk komitmen pemimpin Negara Indonesia untuk menjadikan pariwisata sebagai prioritas pembangunan Bangsa Indonesia.32

Sedangkan definisi Desa menurut ahli adalah sebagai berikut:

30Pusat Bahasa, Kamus Besar ,hlm. 1023.

31Tri Maya Yulianingsih, Jelajah Wisata Nusantara, (Jakarta: Media Pressindo, 2010), hlm.

v 32Burhan Bungin, Komunikasi Pariwisata, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 261.

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo. Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Sementara itu, Koentjaraningrat dalam Indrizal memberikan pegertian tentang desa melalui pemilahan pengertian komunitas besar (seperti: kota, Negara bagian, Negara) dan komunitas kecil (seperti: band, desa, rukun tetangga dan sbagainya).

Dalam hal ini Koentjraningrat mendefinisikan Desa sebagai komunitas kecil yang menetap tetap disuatu tempat. Bintarto memandang desa sebagai suatu hasil perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di bumi yang ditimbulkan oleh unsur fisiografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga hubunganya dengan daerah- daerah lain. Dari beberapa definisi tersebut masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam.

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesa No. 22 Tahun 1948 dijelaskan bahwa Desa adalah bentuk daerah otonom yang terendah setelah kota.33

7. Karakter Religius

Dalam kamus besar bahasa Indonesia religius artinya, bersangkut paut dengan keagamaan terkesan dengan kehidupan.34 Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

33Agusniar Rizka Luthfia, “Menilik Urgensi Desa Di Era Otonomi Daerah”, Journal Of Rural And Development, Vol. Iv, No 2 Agustus 2013, hlm. 136.

34Pusat Bahasa, Kamus Besar…,hlm. 1159.

toleran terhadap pelaksanaan agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.35

Pemahaman hal baik buruk, benar salah, adil curang, boleh, dilarang serta makna tanggungjawab diajarkan dan ditemukan dalam perilaku keseharian. Sikap religius yang tertanam dalam diri menjadi salah satu kekuatan yang membentuk sikap dan perilaku. Dari sanalah nilai etik, moral, dan spiritual tertanam dan berkembang. Nilai-nilai tersebut dibutuhkan dalam kehidupan sosial sehari-hari.36

Adapun metode pendidikan karakter yang bisa diterapkan ialah sebagai berikut:

1. Metode pendidikan karakter dalam ligkungan sekolah.

a. Pengajaran. Mengajarkan pendidikan karakter dalam rangka memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep nilai.

b. Keteladanan. Konsistensi dalam mengajar pendidikan karakter tidak sekedar melalui suatu yang dikatakan melalui pembelajaran di kelas.

c. Menentukan prioritas. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan realisasi atau visi lembaga pendidikan.

35Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter...,hlm. 54.

36Hudiyono, Membangun Karakter Siswa, (Jakarta:Erlangga Group, 2012), hlm.71.

d. Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.

e. Refleksi. Karakter yang akan dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam program dan kebijaksanaan senantiasa perlu dievaluasi dan direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis. 37

Dari metode pendidikan karakter dapat diambil secara garis besarnya ialah.

a. Membekali obyek dengan alat dan media untuk memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan.

b. Membekali obyek pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai moral.

c. Membiasakan obyek untuk selalu melakukan keterampilan- keterampilan berperilaku baik.38

Sedangkan Abdurrahman An-Nahlawi mengungkapakan metode pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

a. Metode hiwar atau percakapan b. Metode Qishah atau cerita

37 Uswatun Hasanah, “Model-Model Pendidikan Karakter Di Sekolah”, Al Tadzkiyyah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, Mei 2016, hlm. 27-30.

38 Ibid.,hlm. 28.

c. Metode amtsal atu perumpamaan d. Metode uswah atau keteladanan e. Metode pembiasaan

f. Metode ibroh dan ma’udah

g. Targhib dan tarhib (janji dan ancaman).39

2. Metode pendidikan karakter dalam masyarakat yang bisa diterapkan yakni sebagai berikut:

a. Metode keteladanan. Dari sekian banyak metode membangun dan menanamkan karakter, metode inilah yang paling kuat karena keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seorang dapat bertindak.

b. Simulasi praktik. Dalam peroses belajar setiap informasi akan diterima dan diproses melalui beberapa jalur dalam otak dengan tigkat penerimaan yang beragam..

c. Metode ikon dan afirmasi (menempel dan menggantung).

memperkenalkan sebuah sikap positif dapat pula dilakukan dengan memprovokasi semua jalur menuju otak kita khususnya dari apa yang kita lihat melalui tulisan atau gambar yang menjelaskan tentang sebuah sikap positif tertentu.

39 Ibid., hlm. 29-30.

d. Metode Repeat Power. Yaitu dengan mengucapkan secara berulag- berulang sifat atau nilai positif yang inin dibangun. Metode ini juga bisa disebut metode Dzikir power.

e. Metode 99 sifat utama. Metode ini dalah melakukan penguatan komitmen nilai-nilai dan sikap positif dengan mendasarkan pada 99 sifat utama (Asma’ul Husna).

f. Membangun kesepakatan nilai keungulan. Baik secara pribadi atau kelembagaan menetapkan sebuah komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang akan menjadi budaya sikap atau budaya kerja yag akan ditampilkan menjadi karakter bersama.

g. Menggunakan Metafora. Yaitu dengan mengguanakan metode pengungkapan cerita yang diambil dari kisah-kisah nyata ataupun kisah inspiratif lainnya yang disampaikan secara rutin kepada setiap orang40.

Sedangkan yang dijelasakan oleh Suyanto dalam jurnal Muhammad Qosim ada tiga yakni sebagai berikut:

a. Knowing The Good. Pengetahuan atau kognitif

b. Loving The Good. Yakni bagimana seorang merasakan dan mencintai kebajikan yang diajarkan.

40Akh. Muawafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 12.17

c. Acting The Good, kebiasaan melakukan kebajikan secara spontan.41

Metode pendidikn karakter yang diterapkan dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat jelaslah berbeda wlaupaun ada kesamaan akan tetapi cara digunakan metode tersebut pastilah berebeda sebab, walau bagaimanapun suasana, kondisi dan situasi dari lingkungan sekolah dan masyarakat berbada. Lingkungan sekolah peserta didik hanya bergaul dan berintraksi dengan teman sebaya akan tetapi dalam lingkungan masyarakat para peserta didik bergaul bersama orang yang lebih tua dan berbeda jauh usianya jadi, dalam lingkungan masyarakat peserta didik lebih banyak diajarakan cara menghormti dan hidup bersosial.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang “pendidikan karakter di daerah wisata studi tentang penguatan karakter religius remaja di Desa Kembang Kuning“ dimana penelitian ini dilakukan dengan melihat fenomena yang sedang terjadi di lapangan tanpa ada perlakuan dari peneliti. Adapun dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case studies). Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe.

Pertama, studi kasus ekplanotaris, kedua, eksploratoris, dan ketiga studi kasus

41Mohammad Qosim, Urgensi Pendidikan Karakter, KARSA, Vol. IXI No. April 2011, hlm.

91.

deskriptif.42 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe studi kasus yang pertama, karena tipe ini sangat baik untuk melihat penjelasan berbagai peristiwa yang berbeda ataupun yang sama. Penelitian ini menggunakan desain multikasus, dikarenakan penelitian ini dilakukan di subjek, latar atau tempat penyimpanan data. Studi multikasus berupaya mengkaji subjek tertentu dan membandingkan atau mempertentangkan beberapa subjek tertentu. Perbandingan tersebut mencakup persamaan dan perbedaan. Aturan umumnya, subjek yang dibandingkan haruslah sejenis dan sebanding.43

Setelah melakukan kegiatan penelitian, peneliti telah banyak melihat dan kemudian mendeskripsikan berbagai kejadian tersebut terkait dengan pendidikan karakter di daerah wisata studi tentang penguatan religiusitas remaja di Desa Kembang Kuning. Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung hadir di Desa untuk melihat proses pendidikan mulai dari bentuk- bentuk dan metode yang digunakan dalam pendidikan penguatan karakter religiusitas. Untuk memperoleh data, peneliti selalu hadir di Desa untuk melakukan berbagai aktifitas yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dan dideskripsikan dalam paparan data dan temuan.

42Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), hlm.

36-37.

43Abdul Wahab, Menulis Karya Ilmiyah (Surabaya: Airlangga University Press, 1999), hlm.

92.

2. Kehadiran Peneliti

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Penelitian kualitatif. “Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”44. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan dipandang penting dan menentukan atas keberhasilan peneliti sebagai instrumen kunci yang berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan, serta berusaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan informasi kunci yang terkait dengan penelitian. Hubungan baik tersebut diharapkan dapat menimbulkan keakraban, saling pengertian dan adanya kepercayaan terhadap peneliti, semua itu dilakukan agar peneliti dapat memperoleh data-data yang akurat, lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini di Desa wisata Kembang Kuning kecamatan Sikur Lombok Timur. Adapun yang diteliti adalah remaja dan dalam mempertahankan karakter religius di Desa Kembang Kuning. Peneliti memilih lokasi ini karena Desa Kembang Kuning merupakan Desa wisata yang dikunjungi oleh wisatawan asing dari berbagai Negara dan memilih untuk tinggal sementara waktu di Desa Kembang Kuning, sehingga berbagai

44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 305.

budaya baru juga masuk di Desa tersebut, akan tetapi para remaja masih tetap mempertahankan budaya dan karakter setempat termasuk karakter religius lewat kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh.45 Melalui informan ini pula, peneliti akan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri ataupun tentang motivasinya, sehingga dapat memberikan pemahaman secara mendasar dan menyeluruh tentang penguatan karakter religius remaja di Desa wisata Kembang Kuning. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah tokoh agama, ketua remaja masjid, jama’ah kegiatan, ketua POKDARWIS, Kepala desa dan pihak yang terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada.

Adapaun data yang akan diperoleh dari sumber data ini adalah apa saja bentuk kegiatan keagamaan yang ada di Desa tersebut dan bagaimana metode pengajaran yang digunakan dalam pendidikan penguatan karakter religius Desa Kembang Kuning.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sehingga yang diperlukan adalah data dan informasi yang lengkap, objektif, dan bisa dipertanggungjawabkan sehingga dapat diperoleh dan disajikan menjadi

45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 172.

gambaran atau pandangan yang benar. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”46. Untuk dapat menggali informasi-informasi yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian maka peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang terlibat dalam pengumpulan data. Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi struktur dimana peneliti menyiapkan instrument wawancara dan dapat mengembangkannya dilapangan tanpa terpaku pada instrument yang telah dibuat.

Dalam wawancara ini, peneliti mewawancarai sumber informasi yang diharapkan dapat memberikan informasi (data) sesuai dengan obyek penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan penguatan karakter religius di Desa Kembang Kuning yang meliputi bentuk- bentuk kegiatan remaja, kegiatan keagamaan. Adapun yang diwawancara adalah adalah tokoh agama, ketua remaja masjid, jama’ah kegiatan, ketua

46Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya 2013),hlm. 186.

POKDARWIS, ketua dari setiap kegiatan, Kepala desa dan pihak yang terlibat dalam kegiatan yang ada.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan “suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”47. Teknik ini digunakan untuk melihat berbagai aktivitas, budaya dan kebiasaan lainnya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Adapun data yang ingin didapatkan dalam observasi ini adalah berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam melakukan pendidikan penguatan karakter religius serta berbagai kegiatan dan kebiasaan masyarakat Kembang Kuning. Data yang diharapkan melalui observasi ini adalah seperti apa saja bentuk-bentuk pendidikan karakter yang dibuat dalam masyarakat yang meliputi kegiatan remaja kegiatan keagamaan

c. Dokumetasi

Dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lenggar, agenda dan sebagainya”48. Dalam penelitian ini tidak terlepas dari catatan- catatan yang didokumentasikan berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan

47 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 220.

48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 274.

religius. Adapun data yang diperoleh dari dokumentasi adalah berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam menguatkan karakter religius serta berbagai kegiatan dan kebiasaan masyarakat meliputi kegiatan remaja, kegiatan keagamaan dan pola interaksi remaja.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu.49 Langkah yang penting di dalam menganalisis data adalah memverifikasi data yang telah terkumpul didalam data yang telah masuk dengan memeriksa kembali secara teliti yang relevansi dengan yang diteliti.

Menurut Miles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu :

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan- catatan lapangan tertulis.50 Reduksi data dilakukan setelah mengumpulkan berbagai data mentah, baik itu hasil wawancara, observasi ataupun dokumentasi. Hal ini dilakukan dengan cara memilah atau mengelompokkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi sesuai dengan rumusan

49Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 196.

50Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.

129.

masalah yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah memahami berbagai data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan.

b. Model Data (Data Display)

Langkah kedua dari kegiatan analisis data adalah model data. Kita mendefinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.51 Setelah mengelompokkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, berikutnya peneliti mendeskripsikan data-data yang telah dikelompokkan berdasarkan rumusan masalah dan menyusunnya agar menjadi kalimat yang baik dan mudah difahami serta memadukannya dengan berbagai teori tentang pendidikan penguatan karakter religius.

c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan atau verifikasi kesimpulan.52 Setelah mengelompokkan dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh serta menganalisis data-data tersebut, maka langkah terahir yang peneliti lakukan adalah mengambil kesimpulan dari paparan data dan pembahasan yang telah dibuat sebelumnya.

51Ibid, hlm. 131.

52Ibid ,hlm. 133.

7. Pengecekan Keabsahan Data.

Untuk mendapatkan reabilitas dan validitas data, maka peneliti melakukan beberapa tehnik pemeriksaan terkait dengan pengumpulan data yang telah didapatkan. Untuk memperoleh temuan-temuan dan informasi yang absah, adapun teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketekunan pengamatan dan triangulasi.

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan pengamatan secara lebih cermat, hal ini dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang berkaitan dengan temuan yang diteliti53. Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti telah mencari referensi yang berkaitan dengan peguatan karakter religius remaja agar wawasan peneliti lebih luas sehingga peneliti mampu mencermati berbagai permasalahan secara lebih mendalam terkait dengan penelitian yang dilakukan. Dalam pengamatan ini, peneliti lebih banyak menghabiskan waktu di lapangan serta memahami berbagai teori dari beberapa referensi untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

H.Sistimatika Pembahasan

Pembahasan suatu permasalahan hendaknya didasari oleh kerangka berfikir yang jelas dan teratur, penelitian ini disusun kedalam empat BAB pembahasan sebagai acuan dalam berfikir secara sistematis. Adapun rancangan sistimatika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

53 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,,., hlm. 370.

Bab I Pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian yang terdiri dari; latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Kajian pustaka,membahas tentang tinjauan Karakter Religiusitas dan Wisata Metodologi penelitian, membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data

Bab II Laporan hasil penelitian dan analisa data, merupakan pemaparan data mengenai profil lokasi penelitian, deskripsi subjek penelitan, bentuk-bentuk kegiatan, metode pendidikan penguatan karakter religius remaja, dan analisis data.

Bab III Pembahasan, yakni diskusi hasil penelitian tentang penguatan karakter religius remaja di desa wisata.

Bab IV Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN DATA

Pada bab ini penulis menguraikan temuan data yang diperoleh di lapangan yang terjadi sebagaimana biasanya tanpa campur tangan peneliti. Adapun data yang diperoleh melalui teknis pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan terlebih dahulu diolah dan dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan lalu diuraikan dalam bab ini. Data-data tersebut dikaitkan secara keseluruhan yang menyangkut dengan data yang dibutuhkan pada masing-masing sub pokok bahasan. Adapun temuan-temuan tersebut dikaitkan dengan hasil temuan yang sedang berlangsung di tengah lapangan sebelum dikaitkan dengan teori pada bab selanjutnya. Temuan yang didapatkan di lapangan oleh peneliti untuk lebih jelasnya diuraikana sebagai berikut.

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis

Desa Kembang Kuning merupakan wilayahnya terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut antara 600/800 mdl. Dengan curah Hujan 3.000 Mm, suhu rata-rata harian 25 C. yang berbatasan dengan Sebelah Utara Desa Jeruk Manis, Sebelah Selatan Desa Kotaraja, Sebelah Timur Desa Lendang Nangka Utara dan Desa Jurit Baru, Sebelah Barat Desa Tetebatu dan Desa Tetebatu selatan. Kebanyakan aktifitas masyarakatnya

42

bertani, berdagang, buruh, mengelola home stay (rumah inap), dan wiraswasta.

Hal ini karena daerah Desa Kembang Kuning memiliki banyak pegunungan, persawahan, perkebunan yang cukup luas dan tempat-tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat Desa Kembang Kuning merupakan desa yang subur seperti desa tetangganya. Desa Kembang Kuning memiliki banyak sumber mata air baik yang datang dari pegunungan maupun dari pinggir kali yang banyak memancar dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum oleh masyarakat setempat54.

Sementara luas wilayah desa ini adalah : 218 HA, Desa Kembang Kuning merupakan pemekaran dari Desa Tete Batu Kecamatan Sikur dan terus berkembang sehingga menjadi pemekaran lagi menjadi 2 desa yaitu Desa Jeruk Manis di sebelah utara Desa Kembang Kuning.

Desa ini mempunyai areal persawahan dengan jumlah yang luas 167,40 HA, ditambah dengan luas lahan perkebunan, 21,00 HA.

Wiraswasta, bertani dan berternak yang menjadi mata pencaharian unggulan masyarakat Desa Kembang Kuning, namun ada juga yang mencari pekerjaan yang lain seperti mengelola tempat wisata, home stay dan banyak juga yang berprofesi sebagai guaid di desa tersebut.

Desa Kembang Kuning terdiri dari tiga dusun yakni dusun Kembang Kuning yang berada di tengah yang dipimpin oleh Saliman sebagai kepala

54 Dokumentasi, Buku Profil Desa, Kembang Kuning, 28 April 2018.

dusun. Benteng, yang berada di sebelah selatan dusun Kembang Kuning yang dipimpin oleh Supar sebagai kepala dusun, dan Dusun Benteng Daya (Utara) yang berada di Utara Dusun Kembang Kuning yang dipimpin oleh Hamdan sebagai kepala dusunnya.55

Adapun yang menarik untuk diteliti di desa ini adalah kegiatan- kegiatan religius atau keagamaan yang masih kental dan masih dipertahankan sampai sekarang. Desa Kembang Kuning tempat penelitian ini jaraknya dengan kantor pemerintah kabupaten Lombok Timur yang bertempat di Selong yaitu 24 km dari pusat pemerintah. Jalur ke Desa Kembang Kuning bisa ditempuh dengan kendaraan umum atau pribadi kurang lebih 1 jam. Adapun jarak desa ini dengan pemerintah kecamatan Sikur yakni, 14 km bisa ditempuh dengan semua jenis kendaraan seperti Mobil, Motor, Sepeda, dan Cidomo.

2. Keadaan Umum Demografis

Keadaan Desa Kembang Kuning terus mengalami perubahan pesat dari berbagai aspek, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya bahkan dari secara politik edukatif. Hal ini diakibatkan karena adanya perkembangan masyarakat cenderung menginginkan kemajuan. Perkembangan penduduk terus mengalami perubahan dan peningkatan, baik disebabkan tingginya angka kelahiran daripada kematian dan makin banyaknya pendatang dari daerah lain.

55 Dokumentasi, Buku Profil Desa, Kembang Kuning, 28 April 2018.

Dokumen terkait