• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Frankl (Orang yang Mengatasi Diri)

Dalam dokumen PDF Copy Reading Copy Reading (Halaman 88-93)

KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

4. Model Frankl (Orang yang Mengatasi Diri)

identitas dan identitas diri serta harga diri, dan kebutuhan akan suatu kerangka orientasi serta penanggulangan rasional.

Kita telah membicarakan cara-cara yang sehat dan tidak sehat dari pemuasan lima kebutuhan dalam teori Fromm. Teori ini telah memberikan kita suatu ide tentang kodrat kepribadian yang sehat.

(kehidupan mereka) tetap berkembang, meskipun kodrat kehidupan singkat dan fana. Apabila kita mati sebelum kita selesai memahat bentuk kehidupan kita, apa yang telah kita kerjakan tidak ditiadakan.

Suatu kehidupan yang penuh arti ditentukan oleh kualitasnya, bukan oleh usia yang panjang. Karya kehidupan yang diselesaikan, dibandingkan dengan karya kehidupan yang dimulai dan diteruskan pada suatu tingkat yang lebih tinggi adalah kurang penting. Kadang- kadang “karya-karya yang tidak selesai” berada diantara simfoni- simfoni yang sangat indah.

Untuk mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab tergantung pada kita (Schultz, 1992). Tanpa ketiga- tiganya, tidak mungkin menemukan arti dan maksud dalam kehidupan.

Pilihan-pilihan yang ada benar-benar tergantung pada kita saja.

a. Dorongan kepribadian yang sehat

Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yakni “kemauan akan arti” yang begitu kuat, sampai-sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Kemauan akan arti sangat penting untuk kesehatan psikologis, dan dalam situasi- situasi yang gawat (seperti yang dihadapi Frankl di Auschwitz), kemauan akan arti diperlukan sebagai upaya tetap hidup. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan.

Arti kehidupan tentu saja (sungguh-sungguh) khas (istimewa) dan unik bagi setiap individu. Arti kehidupan ini berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain, bahkan dari momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Tidak ada hal yang sedemikian rupa bahwa kemauan universal akan arti berlaku secara merata bagi semua manusia.

Sama seperti tugas-tugas dari kehidupan seorang individu adalah riil (nyata), demikian juga arti kehidupan. Tugas-tugas yang kita kerjakan untuk diri kita membentuk nasib kita dan tidak dapat dibandingkan dengan tugas-tugas dari siapa saja yang lain. Demikian juga dengan situasi-situasi dimana kita menyadari kesanggupan kita – situasi-situasi dimana kita berusaha memenuhi tugas-tugas kita – tidak pernah terulang. Kita tidak dapat bertemu dua kali dengan situasi yang sama dalam cara yang sama, karena pengaruh dan pengalaman-pengalaman baru yang terjadi dalam periode diantara dua situasi.

READING

COPY

Karena tugas dan nasib merupakan suatu hal yang unik bagi setiap individu dan periode waktu, maka setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk memberikan respons. Sama halnya dengan situasi dimana kita harus menemukan arti kehidupan yang cocok untuk kita masing-masing. Apabila kita berhadapan dengan suatu situasi yang berbeda, kita mungkin harus menemukan suatu arti yang berbeda untuk diberikan bagi kehidupan, seperti yang dilakukan Frankl ketika situasinya berubah dari situasi seorang dokter yang aman dan terhormat menjadi orang yang bernomor 119 dan 104 di Auschwitz. Beberapa situasi menghendaki supaya kita secara aktif membentuk nasib kita, situasi-situasi lain menghendaki kita supaya menerimanya. Setiap situasi adalah baru dan membutuhkan suatu respons tersendiri.

Meskipun adanya variasi dalam sesuatu yang memberi arti bagi kehidupan, namun Frankl tetap memepertahankan bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. Masalah bagi kita ialah bukan pada beberapa situasi tidak mempunyai arti – semua situasi mempunyai arti – tetapi bagaimana menemukan arti tersebut.

Mencari arti dapat merupakan tugas yang membingungkan dan menantang, yang menambah dan bukan mereduksikan tegangan batin. Sesungguhnya Frankl melihat peningkatan tegangan ini sebagai prasyarat untuk kesehatan psikologis. Suatu kehidupan tanpa tegangan, suatu kehidupan yang diarahkan pada stabilitas dan keseimbangan tegangan batin, tersiksa dalam noogenic neurosis merupakan kehidupan yang kekurangan arti. Suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai atau diselesaikan, dan apa yang harus dicapai atau diselesaikan, suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana seharusnya kita.

Jurang pemisah ini berarti bahwa orang-orang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang memberikan arti bagi kehidupan.

Orang-orang ini terus menerus berhadapan dengan tantangan untuk memperoleh maksud baru yang harus dipenuhi, dan perjuangan yang terus menerus ini menghasilkan kehidupan yang penuh semangat dan gembira. Kemungkinan lain – tidak berusaha mencari – menyebabkan suatu kekosongan eksistensial dan menyebabkan kita merasa bosan, masa bodoh, dan tanpa tujuan. Kehidupan yang

READING

COPY

tidak mempunyai arti menunjukkan bahwa kita tidak mempunyai alasan untuk meneruskan kehidupan.

Kita telah mengemukakan tiga cara bagaimana kita dapat memberi arti bagi kehidupan; apa yang kita berikan bagi dunia berkenaan dengan suatu ciptaan, apa yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman, dan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan.

Frankl membicarakan hal-hal ini dalam topik yang umum, yaitu “nilai-nilai”. Seperti arti kehidupan yang dituju oleh nilai- nilai itu adalah unik bagi setiap orang dan situasi. Nilai-nilai itu berubah-ubah dan fleksibel supaya menyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi dimana kita menyadari kemampuan kita sendiri. Kita harus terus menerus mengarahkan diri kita kepada masalah nilai-nilai, terus menerus memilih salah satu nilai yang memberi arti bagi kehidupan dalam setiap situasi.

Ada tiga sistem nilai fundamental yang berhubungan dengan tiga cara memberi arti kepada kehidupan, yakni nilai-nilai daya cipta (kreatif), nilai-nilai pengalaman, dan nilai-nilai sikap.

Nilai-nilai daya cipta diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Biasanya hal ini berkenaan dengan suatu macam pekerjaan, meskipun nilai-nilai daya cipta dapat diungkapkan dalam semua bidang kehidupan. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan, atau suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.

Karena nilai-nilai daya cipta menyangkut pemberian kepada dunia, maka nilai-nilai pengalaman menyangkut penerimaan dari dunia. Penerimaan ini dapat memberikan arti yang banyak seperti kreativitas. Nilai-nilai pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri pada keindahan alam atau seni. Frankl mengemukakan bahwa ada kemungkinan memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif.

Frankl memberikan contoh seorang pencinta musik yang memeperhatikan pertunjukkan suatu simfoni yang disukainya. Pada saat itu, orang tersebut sungguh-sungguh hanyut dalam suatu bentuk keindahan yang murni. Frankl percaya bahwa apabila kita bertanya kepada orang itu: “Apakah kehidupan mempunyai arti?”

READING

COPY

Orang itu akan menjawab: “Hidup itu bermanfaat jika hanya mengalami momen estetis ini. Karena meskipun hanya satu momen yang dibicarakan, namun kebesaran kehidupan itu diukur oleh kebesaran momen itu”.

Dengan contoh tersebut, Frankl mengemukakan segi lain untuk arti kehidupan, yakni bahwa arti dapat ditemukan pada saat-saat tertentu saja. Dengan kata lain, kita tidak dapat menemukan arti dalam semua momen kehidupan. Akan tetapi, fakta bahwa arti hanya dapat terjadi secara sporadis, tidak mengurangi deretan pegunungan dan tidak dilukiskan dengan permukaan lembah-lembah, melainkan oleh puncak yang tertinggi. Demikian juga jika melukiskan kepenuhan arti dari suatu kehidupan oleh puncaknya, bukan oleh lembah-lembahnya. Dia mengemukakan bahwa satu momen puncak dari nilai pengalaman dapat mengisi seluruh kehidupan seseorang dengan arti. Faktor yang menentukan rupanya bukan berapa banyak puncak yang kita capai, atau berapa lama kita tinggal di tingkat tersebut, melainkan intensitas yang kita alami terhadap hal-hal yang kita miliki.

Nilai-nilai daya cipta dan nilai-nilai pengalaman berbicara tentang pengalaman-pengalaman manusia yang kaya, penuh, positif, suatu kepenuhan hidup dengan menciptakan atau mengalami. Tetapi kehidupan tidak hanya mempertinggi derajat dan memperkaya pengalaman-pengalaman. Kekuatan-kekuatan dan peristiwa-peristiwa lain memaksa kehidupan kita, seperti sakit, kematian, atau semacam situasi yang dihadapi Frankl di Auschwitz. Bagaimana mungkin kita dapat menemukan arti dalam kondisi-kondisi negatif yang semacam itu, apabila tidak ada keindahan yang dialami atau tidak ada kesempatan untuk mengungkapkan daya cipta.

Disinilah kelompok nilai yang ketiga – nilai-nilai sikap – mulai berperan. Frankl percaya bahwa nasib kita yang objektif tidak sama sekali mengecewakan dan destruktif seperti sikap yang kita anut terhadap nasib kita. Situasi-situasi yang sangat buruk, yang menimbulkan keputusasaan dan tampaknya tidak ada harapan, dilihat Frank sebagai situasi-situasi yang memberikan kita kesempatan yang sangat besar untuk menemukan arti. Situasi-situasi itu juga sangat menuntut supaya arti ditemukan.

Situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-situasi dimana kita tidak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinya

READING

COPY

– kondis-kondisi nasib yang tidak dapat diubah. Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang rasional untuk memberikan respons adalah menerimanya. Cara bagaimana kita menerima nasib kita, keberanian kita dalam menahan penderitaan kita, keagungan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana merupakan ujian dan ukuran yang terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia.

Dengan memasukan nilai-nilai sikap sebagai cara memberi arti bagi kehidupan, Frankl memberi kita harapan bahwa kehidupan manusia, meskipun dalam keadaan-keadaan gawat dapat bercirikan arti dan maksud. Kehidupan kita dapat mengandung arti sampai momen kehidupan yang terakhir. Sejauh kita sadar, kita diwajibkan untuk menyadari nilai-nilai. Itulah tanggung jawab manusia yang tidak dapat dielakan jika kita memelihara kesehatan psikologis.

Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat.

Dalam dokumen PDF Copy Reading Copy Reading (Halaman 88-93)