KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT
3. Model Fromm (Orang yang Produktif)
Erich Fromm mengembangan model pribadi yang sehat dengan menyebutnya sebagai orang yang produktif. Salah satu hal yang tampak adalah dorongan yang dimiliki oleh orang yang memiliki kepribadian yang sehat.
Sebagai organisme yang hidup, kita di dorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan seks yang mendorong semua binatang. Selain kita lebih fleksibel dalam memuaskan cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan, kebutuhan-kebutuhan tersebut juga tidak berbeda antara diri kita dan binatang-binatang yang lebih rendah yang tidak begitu penting dalam mempengaruhi kepribadian manusia.
Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak dimiliki oleh binatang- binatang lebih rendah. Semua manusia sehat dan tidak sehat di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan antara mereka terletak dalam cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan.
Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis
READING
COPY
secara kreatif dan produktif, sedangkan orang-orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.
Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan (Schultz & Schultz, 2005).
a. Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita juga mengetahui bahwa masing-masing dari kita adalah terpisah, sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam.
Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Tingkah laku yang irasional, bahkan penyakit jiwa, merupakan akibat yang tidak dapat dielakan karena kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini.
Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan ini, baik cara- cara yang destruktif (tidak sehat), maupun cara-cara yangkonstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan
“bersikap tunduk” kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Allah. Dengan “menundukkan diri”, maka orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.
Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan “menguasainya”, dan memaksa orang lain tunduk kepadanya.
Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu ketergantungan pada orang-orang lain demi keamanan. Sebagai akibatnya, orang tidak memiliki kebebasan dan integritas diri, tetapi hidup dalam dan dari orang-orang lain. Karena itu, pendekatan-pendekatan ini merupakan malapetaka, karena orang yang bersikap tunduk atau mendominasi, akan merasakan ketidakbebasan mengembangkan hakikat dirinya secara penuh, karena keamanannya tergantung pada orang-orang yang dipatuhi atau dikuasai.
Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia ialah melalui
“cinta”. Cinta dapat memuaskan kebutuhan akan keamanan, juga
READING
COPY
menimbulkan suatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, tetapi definisinya meliputi cinta orang tua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, seperti solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan akan hubungan tidak bisa tidak akan mengakibatkan narcisisme, yakni hakikat dari tingkah laku irasional. Orang-orang yang narcisistis memiliki – sebagai satu-satunya kenyataan – pikiran, perasaan dan kebutuhan mereka sendiri. Karena seluruh fokus mereka ialah pada diri mereka sendiri, maka mereka tidak mampu berhubungan dengan dunia luar atau dengan orang-orang lain. Mereka tidak mampu mengalami segala sesuatu di luar diri mereka secara objektif. Mereka mengamati segala sesuatu dari segi pandangan subjektif mereka sendiri.
Dalam sistem Fromm, orang-orang yang tidak dapat mengamati dunia secara objektif, yang dapat mengamatinya hanya menurut proses-proses batin, telah mengundurkan diri ke dalam diri mereka dan kehilangan seluruh kontak dengan kenyataan. Inilah definisi tradisonal tentang penyakit jiwa.
b. Transedensi
Permasalahan yang berhubungan erat dengan kebutuhan akan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi “pencipta”, sebagai pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud atau kebebasan.
Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak dapat diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif? Kebutuhan akan transedensi harus dipuaskan, apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara yang tidak sehat.
READING
COPY
Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktifitas. Dia menulis, “apabila saya tidak menciptakan kehidupan, saya bisa membinasakannya. Membinasakan kehidupan menyebabkan saya juga melebihinya”. Dalam perbuatan-perbuatan merusak, orang mampu mengatasi keadaan pasif. Destruktifitas, misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau membinasakan, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transedensi.
Destruktifitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis. Destruktifitas hanya menyebabkan penderitaan objek perusakan dan juga si perusak.
c. Berakar
Hakikat dari kondisi manusia – kesepian dan tidak berarti – timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak berdaya, jelas merupakan kondisi yang amat berat. Akar-akar baru harus dibangun untuk mengganti ikatan-ikatan sebelumnya dengan alam. Seperti kebutuhan-kebutuhan lainnya, akar dapat dicapai secara positif atau negatif.
Cara yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia. Suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia.
Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara
“ikatan-ikatan sumbang” masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah, dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan awal. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak–ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga dalam pengertian yang lebih luas, masyarakat.
Masih dalam pengertian yang lebih luas, orang dapat mempertahankan ikatan-ikatan sumbang itu dengan negara. “Nasionalisme adalah bentuk incest kita, idolatri kita, penyakit jiwa kita”. Patriotisme ialah kultusnya. Sikap ini menempatkan negara di atas kepentingan
READING
COPY
kemanusaiaan pada umumnya. Fromm mengemukakan bahwa suatu cinta yang berfokus pada negara sendiri mengeluarkan cinta terhadap orang-orang dari negara lain, dan ini merupakan suatu bentuk pemujaan berhala, bukan cinta.
Dengan mempertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia.
Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusaiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.
d. Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaannya tentang dia, siapa dan apa.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini ialah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan ikatan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain.
Cara yang tidak sehat dalam membentuk suatu perasaan identitas adalah “menyesuaikan diri” dengan sifat-sifat suatu bangsa, ras, agama, atau pekerjaan. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menentukan semacam identitas, akan tetapi diri dikorbankan. Dalam hal ini, diri dipinjam dari kelompok dan tidak memeberikan suatu perasaan individualitas yang unik. Diri yang menyesuaikan diri itu tidak asli, diri tidak secara eksklusif dimiliki individu, dan orang tidak akan mampu mencapai kemanusiaan penuh.
READING
COPY
e. Kerangka orientasi
Bertalian dengan pencarian suatu perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of preference atau konteks dimana seseorang menginterpretasikan semua gejala dunia. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua peristiwa dan pengalaman.
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah “pikiran”, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis dan objektif tentang dunia. Terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan- kebutuhan orang dan ketakutan-ketakutannya sendiri.
Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang pernyataan.
Semakin objektif persepsi kita, maka kita semakin berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehudupan. Jika, misalnya, seseorang dikuasai oleh mitos atau takhayul dalam suatu segi kehidupan, maka penerapan pikiran pada segi-segi kehidupan lainnya akan terhambat.
Fromm menyamakan pikiran dengan cinta; kedua-duanya tidak dapat berfungsi sepenuhnya apabila terbatas pada salah satu objek.
Suatu cara yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini menyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia; peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya, tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja suatu kerangka subjektif juga memeberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif merupakan suatu khayalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya. Sayangnya orientasi semacam ini melepaskan orang dari kontak dengan kenyataan.
Salvatore Maddi, seorang ahli psikologi, mengemukakan kesamaan antara kebutuhan-kebutuhan yang diutarakan Fromm dan fungsi- fungsi proprium yang diutarakan Allport. Kesejajaran-kesejajaran ditarik antara kebutuhan antara transedensi dan perjuangan proprium, kebutuhan akan berakar dan perluasan diri, kebutuhan akan
READING
COPY
identitas dan identitas diri serta harga diri, dan kebutuhan akan suatu kerangka orientasi serta penanggulangan rasional.
Kita telah membicarakan cara-cara yang sehat dan tidak sehat dari pemuasan lima kebutuhan dalam teori Fromm. Teori ini telah memberikan kita suatu ide tentang kodrat kepribadian yang sehat.