• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Gravitasi dan lnteraksi dalam Ruanq

Dalam dokumen TERENCANAAN I - Unissula (Halaman 82-100)

REGIONAL MODEL GRAVITASI

1. Model Gravitasi dan lnteraksi dalam Ruanq

Kota Kecamatan Pakem Kota Kecamatan Sleman Kota Kec2matan Wonosari Kota Kecamatan Bantul

= 26.590 orang

= 43.844 orang

= 59.907 orang

= 42.995 orang

Berdasarkan Deta topografi

skala

1:25.000 maka dapat diketahui

jarak terdekat antar

kota-kota kecamatan

tersebut

(yaitu JaraK terdekat melalui .ialan kendaraan bemotor) sebagai berikut :

-

Kota Kecamatan Pakem

' Sleman =12km -

Kola Kecamatan Sleman

- Wonosari = 45km

-

Kota Kecamatan Wonosari

- Bantul = 50m

-

Kota Kecamatan

Bantul- Pakem =

30 km

Dengan menggunakan brmula 4 2 dapat dicari interaksi antara satu kota kecamatan dengan kota kecamatan yang lain sebagai berikut

- 1PS

=

7,3 Penjelasan

P = Kota Kecamatan Pakem

- 1SW

=

1.1

S = Kota Kecamatan Sleman

- 1lVB

=

0,9

W = Kota Kecamatan Wonosari

- 1BP

=

1.2

B = Kota Kecamatan Bantul

Estimasi interaksi diantara empat kota kecamatan tersebut

dapat

digambarkan dalam bentuk suatu model graYitasi sehingga mudah dipahami Dalam nat ini konstanta a dianggap satu dengan eksponen jarak b dianggap dua.

68 | Buku Alar'Metoda Anahsrs Perencanaan

l'

S

P

B

P = Kola Kec Pakem S = Kota Kec Sleman W = Kota Kec Wonosari B = Kota Kec Bantul

t Gambar 4.2. Model

Gravitasi yang

menggambatkan

lnteBksi dl

antara

emPat kecamatan

di

Provinsi DIY

Tentu saja interaksi ini dibuat dengan suatu anggapan bahwa kondisi jalan dan fasilitas kendaraan yang menghubungkan empat kota kecamatan tersebut sama. Sebenarnya masih banyak lagi faktor yang memPngaruhi interaksi ini. Bahwa mobilitas penduduk antara Kota Kecamatian Sleman dan pakem adalah yang paling besar, sedangkan antar Kota Kecamatan Bantul dan Wonosari adalah yang paling

kecil

sehubungan dengan hal

itu

studi tentang mobilitas penduduk dianiara keempat kota kecamatan tersebut akan menarik untuk dibandingkan dengan model gravitasi tersebut'

Selain daripada model gravitasi

dan

interaksi dalam ruang dapat digunakan untuk perencanaan prasarana perhubungan yaitu untuk tempat-

teirpat oengan nilai interaksi yang rendah' metode ini sesuai

untuk digunakan paOa

daeran yang

berbukit-bukit,

daerah lereng vulkan

dan daerah yang sislem perhubungannya belum baik'

BukLr Alar "Metoda Analisis Perencanaan l' | 69

2.

Model Gravitasi Potensi Penduduk

Model gravitasi dapat

juga

digunakan

untuk

mengetahui potensi penduduk

di suatu tempat, yaitu dengan

menggunakao

lormula

4.2.2 misalnya terdapat himpunan tempat-tempat

(1,2, 3,4....n)

yang masing- masing mempunyai jumlah penduduk (P1,

Pr,

P3, Pa,....PJ maka potensi penduduk (PP) untuk tempat 1 adalah sebagai berikut :

Pun demikian seterusnya :

- PP, =

Potensi penduduk di tempat 1

- Jrz =

Jarak antara tempat

I

dan tempat 2

- Jr. = Jarak antara tempat 'l dengan tempat

terdekat dengan tempat 1

- a =

Konstanta empirik

- b =

eksponen

jarak

(yang mempunyai nilai

dua

dalam model gravitasi yang asli)

Nilai potensi

penduduk

(PP1,

PP2,

PP3,

...PPn) menuniukkan potensi

aliran (flow

potensial) untuk

tiap

tempat. Peta potensi penduduk

dapat

digambarkan

dengan'garis kontur' yang

menghubungkan tempat- tempat dengan potensi penduduk yang sama yaitu yang dinyatakan dalam persentiase terhadap tempat dengan poteosi penduduk yang tertiflggi.

Sebuah contoh

akan

menjelaskan

hal ini yaitu

mengenai potensi

penduduk di Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah

lstimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunung Kidul terdiri dari 13 Kecamatan dan masing-

70 | Buku Ajar'Metoda Anattsis Perencanaan

l'

PP,='at*i."#. "h- .-. ..(43)

Potensi pendlduk untuk t8mpat 2 adalah sebagai berikut

,r,=,ff*, rfiy* -.,*,. ...

(4.4)

masing

kecamatan mempunyai penduduk

antara

33

099 hingga

55 050

orarig. Untuk mencari potensi

penduduk

di tiap

kecamatan digunakan

formula 4.3 dan untuk hal ini

diperlukan

data

mengenai

jarak

antiar tiap ibukota kecamatan dan jarak antara satu ibukota kecamatan terdekatnya'

Untuk

memperoleh

data mengenai iarak tersebut (dalam

km) digunakan curvimeter yaitu alat untuk mengukur jarak pada peta dan dalam

hal ini

digunakan

peta topograft berskala

1:25.000, sedangkan dalam perhitungan ini nilai untuk konstanta empirik a dan eksponen jarak b masing- masing diberi harga satu dan dua

Tabel

lv'1.

Kode dan !{ama lbukota

di

KabupaGn Gunung Kidul Prov DIY

Panggang

1

T 2 3

53.364 Ro

4

Semanu 5

Poniong 6

Playen 7

42.004 Patuk

Nglipar Nqatten 10

Semin 11

Buku Ajar'Meloda Anal6is Perencanaan l' 171

Kode Nama lbu kota

46.354 56.81 Ronokoo

4a.477 48.775 52.125

43.411 33.099 55.05 Sumbec Bintatto, 1991.

1 2 6 I 10

1 13 46 33 25 22 24 46 57

,l

13 31 48 18 26 11 8 11 21 32 32

31 16 14 21 21 27 30 30 32 32

62 48 23 30 30 30 37 40 40 41 41

18 14 23 5.5 6 12 15 16 t6

u lrn

26 21 30 7 13 20 23 15

26 30 8 14 17 19 11 12

,l

25 11 21 30 6 13 8 6

I

10 22 2-l

nl

22 8 27 37 12 20 14 6 2.5 15 27 38

'| 24 t1 4a 15 225 17 9 10.5 23 34

34 21 30 4a 16 23 19 10 15 10.5 12 22

,rl

o" 32 16 15 22 27 12 10

,a

I 57 32 18 15 12 21 38

v

22 10

Sumber Bintado, 1991.

Dengan menggunakan

fomula

4.3. tersebut dapat dicari polensi penduduk untuk tiap ibukota kecamatan.

Potensi penduduk

(PPl)

untuk tempat

01

(Kecamatan Panggang) adalah sebagai berikut :

463s4 s68r0 59.969 s336/'

48.477

4&775 512t7

(/:l= """"""""= +

-+-r-+-+-+-

(tt?rt3fi ly 46 6t 3t 39 3t

59.907 52125 42:004 414U 33.099 5t050

25' zt 24 34 46'1 sf

=

1.94E55

721 Buku Ajar'Metoda Analisis Perencanaan

l'

Tabel 1v.2.

Jarak Antar 13 lbukota Kecamatan se Kab Gunung Kidul Prov DIY

3 5 7 11 12

62 32 39

26

3 46

5 7

16 7

30 11

11 32

Densan

cara,*n':ili::l:ffJ.X"i:^:!T:i:*i":'il1::

rbukota kecamatan larnnya' Potensr

i:l:"::,:* ;rduk

tertiilggr yaitLr

dan

persenrase terhadap. tempar

oenn'.:"0."J;;'

?Eli"HrIT?1I ';.",

Kpcamatan Playen r'rttat u"''' 'nrrrr,

,n,r*

,,ap ibukota kecamatan

a"nrnirxxun

pot"nsr allran (flow pctenua4 urrrvn

ler '--.

--^^ ^-. u".

---$g',m'#"*1*Li'S1,,:3frl"tf,3:ffi

penduCut< tertinggi' Garis kontur se equi+otenfal lines'

peta potensi o""l,1ll"""Tl.n"#1"-::1il,ffi::it,J#:

perancangan, misalnya

untuk

Per sosial

Buku Ajar "Metoda Analisis Perencanaan l' I 73

1

Tabel tV.3.

Potensi penduduk Dari

i3

Kecam:

Pu,du d, k

i;,;;;; ; il ;ilffilTlil :ff ::ffi i:I""

Sumber Bintatlo, 1 gg 1.

PP1 1948.55

4.44 4383.78

9.99 2394.45

5.45 1517.46

PP5 12415.71 4.03

28.28 16725.85

38.10 19914.48

45.36

PP8 12424.55

28.30 43899.21

100.00

PPlO 37643.74

85.75

PP11 3775.4

8.60 u47.7

7.85 3686.84

8.40

74 | But,, AJar 'firetoda Anatrsjs perencanaan l.

PP2 PP3 P?4

PP6 PP7

PP9

PP12 PP13

3.

Model Migrasi dan Gravitasi Penduduk

Menurut Corrothers konsep gravitasi

dalam

hubungannya dengan migrasi penduduk tetah banyak dikembangkan

di

Eropa dan Amerika Utara'

Du]a il*uwrn sosial Amerika yaitu Stewart (1947) dan zipf

(1949)

mempelajari

interaksi yang

meliputi

fenomena sosial yang luas

seperti migrasi,

lalu

lintas barang, pertukaran informasi

dan

sebagainya' Johnson oeipendapat bahwa migrasi

dari suatu

pusat

dapat

diumpamakan seperti emisi cahaya. Cahaya dalam perjalannya secara berangsur-angsur diserap oten medium yang dilaluinya yang berbanding Iurus dengan gerakan per unit

jarak. Dalam keadaan yang serupa daPat

diperkirakan

bahwa

migrasi

penduduk secara

berangsur-angsur

diserap oleh daerahiaerah

yang dilaluinya. Pemikiran seperti

ini

ditunjukkan

dalam

suatu formula seperti berikut :

Mx = kX'1

eox...

...-...-... . ... (4.5) Apabila :

Mx =

Persentase pendatang ke suatu tempat x

X =

Jarak antara daerah penerima dan daerah asal

k =

Konstanta

iix =

Koefisien absorpsi

di tempat x

(berdasarkan

studi

yang dilakaukan di Eropa, untuk Eropa mempunyai nilai 2, 1)

e =

1.718281828....atau

dibulatkan medadi 2,72 dalam

fisika bilangan

e

ini timbul dalam perhitungan serapan cahaya biasa atau sinar rontgen yang melalui suatu lapisan zat atau lempeng)

Untuk menerapkan formula ini di lndonesia harus

diadakan

percobaan-percobaan

dengan

mendasarkan

kepada data statistik

yang teeercaya sehingga dapat diperoleh nilai a, yaitu koefisien absorpsi dan nilai konstanta k.

Buku Alar 'Metoda Anahsrs Pere_caraan

l

l 75

4. ,ModelGravitasi

Hansen atau l,todel potensi Lahan

Salah satu penggunaan awal dari model gravitasi

dalam perencanaan wilayah adalah model yang dikembangkan oleh

W.c.

Hansen (Dikutip dari Hansen 1959 oleh Colin Lee,

i973).

Model Hansen berkaitan dengan memprediksi lokasi

dari

permukiman penduduk berdasarkan daya

tarik

masing-masing

lokasi. Model ini

didasarkan

pada asumsi

bahwa

tersedianya lapangan kerja, tingkat aksesibilitas, dan adanya

lahan perumahan yang masih kosong akan menarik penduduk untuk berlokasi ke sub wilayah tersebut.

Menurut Lee model ini tidak persas sama dengan metode gravitasi karena tidak didasarkan atas saling interaksi antarwilayah 1zona,;, melainkan

tiap subwilayah

destination dianggap memitiki

daya tarik

tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Artinya ongln tidak terperinci per subwilayah hanya desf,hat.on

(

yang diperinci per subwilayah.

Hansen mula-mula menggabungkan

jumlah

lapangan

kerja

dan

kemudahan mencapai lokasi sebagai

access,br,;r,fy

index

(indeks

aksesibilitas). Secara umum indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik

yang

terdapat

di

suatu subwilayah dan kemudahan untuk mencapar subwilayah tersebut.

Menurut Hansen

accessibility

index adalah faklor utama

dalam menentukan

orang

memilih lokasi

tempat tinggalnya. Accessibity

index dihitung dengan rumus (Lee, 1973:72) dalam (Tarigan, 2005)

Au - __:i Ei ...(4.6)

au

76 I Buku Ajar "Meloda Anatisis perencanaan I Keterangan:

,\

= Accessibility index daerah i terhadap daerah

j

EJ

= Totallapangan peketjaan (employment) di daerahj

d,!

= Jarak antara i dan

j

b

= pangkat dari d,r

lndeks yang diperoleh adalah daya tarik satu subwilayah

i

ditinjau

dari subwilayah i. Apabila daya tarik seluruh

subwilayah diperhitungkan/digabungkan maka rumusnya menjadi:

Ai=L Ei

!=l

atl

(4.7\

Selain

indeks aksesibilitas adanya

lahan

kosong

dan

tersedianya lasilitas lainnya merupakan

daya

tarik

lain yang

harus diperhatikan untuk berlokasi

di

subwilayah tersebut. Lahan kosong ini oleh Hansen dinamakan holding capacity. Lahan kosong disini sesuia dengan dengan ketentuan yang b€rlaku di lndonesia adalah lahan yang cocok untuk permukiman penduduk.

t Gabungan antara indeks aksesibilitas dan holding capacity adalah 'potensi pengembangan' daerah tersebut.

Potensi pengembangan daerah i (disingkat Di) adalah D. = A.H,

Keterangan

A

= Accessibility index

Hr

= Holding capacity

Untuk mengetahui daya tarik suh,vilayah tersebut,

potensi

pengembangan subwilayah tersebut harus dibandingkan dengan daya tarik keseluruhan wilayah:

(4.8)

Hi

A

l.tini

Br/ku Ajar'Meda Analisrs Perencanaan

l'l

77

_ Kalau totral pertambahan penduduk untuk kota itu

secara keseluruhannya adalah Gt maka tambahan penduduk yang akan berlokasi di daerah i adalah:

Gi=aJ!iH!- au,uGt2!-.

ltiai

,-l

Loi

i=l

.(4.e)

Keterangan:

D,

=A,Hr

Gr

= tambahan penduduk di seluruh wilayah

Gi

= tambahan penduduk di daerah i

Dalam model Hansen ini origin (O,) dianggap satu kesatuan, artinya

tidak dilihat dari

subwilayah mana asalnya tambahan penduduk

itu

dan

tambahan penduduk ini didrstribusikan ke berbagai subwilayah yang ada.

Contoh penggunaan Hansen Gravity Model:

Misalnya sebuah kota terdiri dari 4 kecamatan. Kondisi keempat kecamatan tersebut pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:

781 Buku Ajar'Metoda Anal,sE Perencanaan l'

Tabel Vl.4.

Kondisi

Kecamatan Tahun 2004

7m 2.000 500

600 Luas 300

180 400

40 60

Iuas Lahan (osong (Ba)

25,m0 6,250

9.000 Jumlah Penduduk

1.000 250

300 100 400 Proyeksi Lapangan

Keqa

roral s,/d tahrn 2m9

't.350

1,000 5,4m

r.800 1,200

lumlah Bangku sekolah

70 60 280

r00 Medis

lumlah )a1k

20 5 10

10 20

10 5 B

10 10

c 20

20 5 D 30

Proryeksi Perdldut tatun

2m9

28,982

Dengan menggunakan Hansen Gravity Model

dapat

diprediksikan jumlah penJuduk

padi

masing-masing kecamatan pada tahun

2009

Dalam hal ini

akandigunakanb=2

Buku Ajar'Metoda Analisls Perencanaan l" I 79 Nama Kecamatan

Rala -aata

C D Jumlah

B Uraaan

(Kondisitahiun 2{}04 kecuali disebulkan

lain)

120 100 3.000

200

1,400

40

I

t srm

E 130

r.t l,o

, Pertama harus dihitung

accessibility

index da.i

masing-masing daerah (kecamatan), yaitu daya

tarik

masing-masing daerah berdasarkan tambahan lapangan kerja yang ada di daerah tersebut dan jarak dari daerah- daerah

yang

dianalisis dengan wilayah tersebut. Accessbr,iftl

index

dad masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut;

a.

Daya tarik kecamatan A (tambahan lapangan kerja 4OO unit) Daya tarik terhadap kecamatan

A: 1P

= ,U

5'.

Daya tank terhadap

ku""r"1"n 3 -lII

400 = 4

l0-

Daya tarik terhadap kecamatan C

400 _.

20' ,00

Oaya tarik terhadap kec:matan

D: *

= O.+a

l0-

b.

Daya tiadk kecamatan B (tambahan lapangan kerja 3OO unit) Daya tsrik lerhadap kecamatan

A ': 3ffi

ro'1 =3

Daya tarik terhadap

kec"rat

n

B : 3ffi

* =12

Daya tarik tertadap

kror"t"n C :

300

lo' =3

Daya tarik terhadap

k"".r"tsn D :

300

*

= O.7s

80 | Buku Ajar'Meloda Anatisis perencenaan I'

c Daya tarik kecamatan C (tambahan lapangan

kera

200 unit) Daya tarik terhadap kecamatan

A: 2N

20,

=O.5

29 =zo

Daya tarik terhadap kecamatan B:

-,

200 Daya tarik

teftadap

kecamatan C:

Ji

= 8

Daya tarik terhadap

t"o.rt"n o' ?T l0'

= 2

Daya tiarik kecamatan

o

(tiambahan lapangan keria 100 unit) Dava tarik terhadap kecamatan

A: .

100 =0.11

l0'

Dava tarik terhadap kecamatan

B: ---= r00

=O.25

20' r09

=., Daya tarik terhadap kecamatan

C:

102 Daya tarik terhadap kecamatan D:

---

100 = 4 d

Dari perhitungan di atas rekapitulasi accessibility index adalah sepe tabel berikul ini:

Buku Ajar"Metoda Analisis Perencanaan

l'l

81

16.00 3.00 0.50 0.11

B 4.00 12.00 2.00 0.25

8.00 1.00

c

1.00 3.00

0.75 2.00 4.00

D 0.44

18.7s 12.5 5.36

Jumlah 21.44

Tabel 1V.5.

Rekapitulasi

Accessibility

lndex

Kemudian daya

tarik

masing-rnasing daerah (kecamatan) tersebut dihubungkan

dengan lahan

kosong

(yang cocok untuk

Permukiman) di daerah (kecamatan) masing{nasing seperta tabel berikut ini:

Tabel

lv.6

Potensi Pengembangan

Absolut

40 857.60

21.44

1,125.00

B 18.75 60

U 12.sO '120 1,500.00

180 964.80

D 5.36

82 | Buku Ajar'Metoda Analisis Perencanaan

l'

Terhadap

l(ecamalan

Dava Tarik Kecamatan

B D

Kecamatan Ai Hi Di = AiHi

'

Selanjutnya

kita

menghitung potensi pengembangan secara relatif yaitu potensi masang-masing wilayah (kecamatan) dinyatakan dalam proporsi (probabilitas) sebagai berikut:

Tabel lV.7

Potensial Pengembangan

Relatil/Probabilitas

Kecamatan Di

oi

:

IDi

(Probabilitas

Penge4q!q199[

857.60

B 1, 125.00

c

1.500.00

964.80

Jumlah 4.447.40

Pertambahan penduduk selama

5 tahun tersebut dalah

28'942- 25.0O0

=

3.982. Tambahan penduduk

di

masing-masing kecamatian adalah

total tambahan penduduk untuk semua wilayah dikali

probabilitas pengembangan

untuk wilayah

tersebut.

Atas dasar itu maka

tambahan penduduk untuk

5

tahun ke depan untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel V|.8.

Berdasarkan kondisi di lndonesia bisa saja ada iaktor lain yang Juga

turul

mempengaruhi keinginan penduduk untuk bermukim

di

suatu lokasi selain dari holding capacity dan aksesibilitas misalnya tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan.

0.1928 0.2530 0.3373

D o 2169

1.0000

Buku Ajar'Meloda Analisis Perencanaan l" | 83

Tabel lV.8

Polensial Pengembangan Relatif/probabilitas

Kecamatan

Tambahan Penduduk

768

B 't ,007

c

1,343

D 864

3,982

Apabila

kita

ingin menambah faktor

lain

misalnya fasilitas gedung sekolah

dan

rumah

sakit ke

dalam model analisis

kita kita

mengganti Hi deflgan indeks lahan kosong tertimbang atau Hi tertimbang. Walaupun harga lahan sangat mempengaruhi minat orang dalam memilih lokasi, tetapi tidak diikutsertakan dalam indeks lahan tertimbang, karena harga lahan berkaitan dengan jumlah lahan kosong yang tersedia dan tingkat aksesibilitas.

Faklor lain di luar lahan

kosong

dapat juga diberi bobot

yang berbeda. Misalnya

bsilitas

pendidikan bobotnya dibuat lebih tinggi daripada

fasilitas kesehatan. P6da contoh berikut ini bobot fasilitas

pendidikan dianggap sama dengan fasilitas kesehatan. Contoh pengggunaannya dapat dilihat pada tabel 1V.9, berikut ini:

84 | B'rku Aar 'Metooa Anahsrs perencanaan t.

Jumlah

Luas Lahao

0.89

Dalam dokumen TERENCANAAN I - Unissula (Halaman 82-100)

Dokumen terkait