• Tidak ada hasil yang ditemukan

StandarKompetensi

Dalam dokumen TERENCANAAN I - Unissula (Halaman 77-82)

REGIONAL MODEL GRAVITASI

4.1.3. StandarKompetensi

Mata kuliah ini akan

mendukung pencapaian kompetensi dalam sikap

dan

perilaku berkarya dalam struktur kurikulum Teknik perencanaan Wlayah dan Kota FT Unissula Semarang. Diharapkan mahasiswa yang telah menempuh kuliah ini akan mampu berpikir kritis mandiri, kreatif, inovati, dan tanggap terhadap lingkungan.

4.1.4.

KompetensiOasar

Setelah mengikuti perkuliahan mahasisl^/a dapat;

1.

Mengetahui dan memahami pengertian model grafitasi

2.

Mampu menielaskan asal mula dan alur pikir modelgrafitasi

3.

Memahami cara menghitung b (parameter koefisien)

4.

Mampu menggunakan model grafitasi dalam kegiatan perencanaan

4.2. Peny.iian

t1.2.1. llodel

dan

Analisa

Keruangan

Pada

hakekatnya

analisa

keruangan

adalah analisa lokasi

yang menitikberatkan kepada

tiga

unsur geografi yaitu

jarak

(d,Stance), kaitan (interacton, dan getakan (movemenO.

4.2.1.1. Model dan

Analisis

Tetangga Terdekat

Ketidakpuasan orang membicangkan pola pemukiman

(set

ements) secara deskriptif menimbulkan gagasan untuk membincangkannya secara kuantitatif.

Pola

pemukiman

yang

dikatakan sefagam

(unfom),

random, mengelompokkan (clustered) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat

kuantitatil

Dengan cara sedemikian

ini

pembandingan antara pola pemukiman dapat dilakukan dengan lebih baik, bukan saja dari segi waktu tetapi

juga

dalam

segi

ruang (space). pendekatan sedemikian

ini

disebut analisa tetangga terdekat (rearest_neM

bour

anatyzis). Analisa seperti inr

62 | &./ku Ajar'Meloda A^atisis perencanaan l,

meruDakan data tentang jarak antara satu pemukiman

densan^p:m:ktl:an

;:";ffi ;; ;;;;'iu'peiur<iman

tetanssanva vane

"'9:1:t ::l:o:1?*

l""ir" nr'

inr tiap pemukiman dianggap sebagai sebuah

litik

dalam-ruang

ill."r,pun o"ririrn

analisa tetangga terdekat inr dapat pula digunakan Dagr

menilai pola

penyebaran tenomena

Iain seperti pola

penyebaran tanah longsor, pola penyebaran Puskesmas' pola penyebaran sumber-sumber air dan lain

sebagainya

rtuk Pada hakikatnya anallsa tetangga terdekat

ini

adalah sesu^al u.n daerah dimana antara satu

pemukima;;engan

pemukiman yang lain tidak ada hambatan-hambatan alamiah yang oetum dapat teratasi

.'"1': i:**

ffirf,;;;;;;;n

vans relatif dekat tetapi dipisahkan oleh suatu Jurans

6*iir*"i n, ,*,t

daerah-daeran yang merupakan suatu datarandimana hubungan antara satu pemukiman oengan pemut<iman yang lain tidak ada

;;;;;

alamiah

vang berarti'

maka analisa tetangga terdekat

ini

akan

""aOr* ",,",

praktisnya misalnya untuk perancangan letak dari pusat-pusat

'o"i"l*r^ 1".,", seierti

rumah

sakit'

sekolah'

kantor pos' pasar'

pusat

rekreasi dan lain sebagainya'

Mengelompok

Random

Seragam

Gambar 4.1. Jenis Pola Penyebaran

Menggunakan analisa telangga terdekat harus

diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut

:

(a) tentukan batas Wlayah yang akan diteliti: (b) ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta topografi meniadi pola penyebaran titik; (c) berikan nomor urut bagi tiap

titik

untuk mempermudah

cara

menganalisanya;

(d)

ukurlah

jarak

terdekat yaitu

jarak

pada

garis

lurus antara satu

titik

dengan

titik yang lain

yang

Buku Aiar'Metoda Analisis Perencanaan l" | 63

(4.1) T lndeks penyebaran tetangga terdekat

=

Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yan9 terdekat

jn =

Jarak rata-rata

yang

diperoleh andaikata semua

titik

mempunya, pola random.

Parameter

tetangga terdekat atau

andeks penyebaran tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola ranOom. Untut

memperoleh l, digunakan cara dengan

menjumlahkan

semua

jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan.,umlah titik yang ada.

Parameter

tetangga terdekat T (nearest

neighbour

staflstic f)

tersebut dapat ditunjukkan

pula

dengan rangkaian kesatuan (continuum)

untuk

mempermudah pembandingan

antar pola titik. Nilai T untuk

pola mengelompok adalah 0,

T

untuk pola random adalah .1, sedangkan nilai T untuk pola seragam adalah 2.15

Untuk menjelaskan analisa tetangga terdekat akan diberikan sebuah contoh yaitu mengenai analisa pola pemukiman

di

suatu kecamatan yaitu kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,

propinsi Daerah

lstimewa Yogyakarta. Kecamatan

ini

mempunyai luas 39.47 km persegi, terletak di lereng selatan gunung

api

Merapi, memanjang arah utara-selatan dengan variasi ketinggian antara

375

hingga 1.100

meter

diatas permukaan laut.

Pada akhir tahun sebesar 597 orang tiap km2. Pertambahan penduduk tiap tahun hampir mencapai 2 %. Kecamatan ini terdiri dari lima kelurahan yaitu:

6. I Auku 4,2,'M.r6da

^

me-fupakan tetangga terdekatnya dan cataflah ukuran jarak ini; (e) hitunglah besarnya parameter tetangga terdekat (n eareslneighbour stat,"fO

f

Oun"g*

men9gunakan formula.

Argomulyo (6.88

km

persegi), Wukirsari (12.08

km

persegi), Umbulhardjo (7,00 km persegi), Kepuhardjo (6.93 km persegi) dan Glagahardjo (6.49 km persegi). Lebih kurang 85 % penduduknya hidup dari hasilpertanian.

Wlayah ini

terdiri dari

tiga

unit geomorfologi yaitu

(a)

unit kerucut gunung

api

dengan kemiringan

.ala.{ata

250/0,

(b) unit kaki

gunung api

dengan

kemiringan

lereng

rata-rata

10y., dao (c) unit kaki gunung

api dengan kemiringan lereng rata-rata 5%. Daerah pertanian

di

bagian utara wilayah

ini

tidak mendapatkan

air

pengairan sedangkan

di

bagian selatan mendapatkan

air

pengairan

yaitu dari

mata

air yang

terdapat diperalihan antara unit lereng gunung api dengan unit kaki gunung api yang melintang wilayah ini dan dari air sungai yang mengalir di wilayah ini sehingga sawah di bagian selatan ini dapat menuai padi 2 -3 kali setahun. Jalur ialan di wilayah ini dapat dilalua kendaraan bermolor meskipun kondisinya tidak baik.

Setelah diberikan gambaran secara umum mengenai

keadaan lingkungan wilayah Kecamatan Cangkringan,

di

bawah ini akan dituniukkan mengenai analisa pola pemukiman dengan menggunakan analisa tetangga terdekat. Untuk keperluan ini digunakan peta topografi skala 1:50.000 yang antara lain menunjukkan pola penyebaran pemukiman dan iaring-jaring jalan.

Sesuai dengan langkah-langkah untuk mengadakan analisa tetangga terdekat seperti yang telah dijelaskan

di

muka,

di

bawah ini akan diuraikan kembali langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut: (a) tentukan batas

wilayah

Kecamatan Cangkringan

pada peta

topografi

skalal:50.000;

(b) ubahlah

pola

penyebaran pemukiman menjadi

pola

penyebaran

titik.

lni berarti bahwa taap pemukiman diwakili oleh sebuah titik, (c) berikan nomor urut untuk tiap pemukiman bagi 79 pemukiman; (d) ukudah jarak garis lurus

yang

menghubungkan antara

satu titik

dengan

titik

tetangganya terdekat.

Seperti disebutkan

di

atas

di

seluruh Kecamatan Cangkringan terdapat 79 pemukiman;

36

pemukiman terletak

di

bagian utara yaitu

di

daerah yang tidak diairi oleh air [pengairan dan 43 pemukiman tedetak di bagian selatan yang daerah pertaniannya diairi oleh air pengairan. Jumlah .iarak

0

tersbeut

ada 25.35

km,

sedangkan lumlah pemukiman atau jumlah

titik

(N)

ada

79 buah. Oleh karena itu jarak rata-rata

Buku Ajar'Metoda Analisis Perencanaan l' | 65

T = 2- =2s3s = o.y a, -" ,il

79

Sepedi

yang telah

dijelaskan

di

muka

luas

wilayah tersebut ada 39,47

km

persegi

(L). oteh

karena ,tu

p ' = 4 =::= L

39,47

= 1,99

sehingga

it = U^=0,35'

I

(e)

hitunglah parameter tetangga terdekat dengan menggunakan formula (4.1) dan diperoleh nilai0,91.

Dari perhitungan diatas dapat

diketrahui

bahwa nilai T

yaitu

parameter teiangga terdekat

untuk

Kecamatan cangkringan adalah 0,91.

Dengan memperhatikan continuum tentang nilai nearest ne,ghDour statistik T dapat diambil kesimpulan bahwa pola penyebaran pemukiman di Kecamatan Cangkringan adalah random

atau

mendekati random. Dengan

cara

yang sama dapat pula dicari nilai t bagi Kecamatan Cangkringan bagian utara dan bagian selatan

yang

masing-masing menunjukkan angka

0,82 dan

1,03.

Angka ini menunjukkan pula bahwa pola penyebaran pemukimannya adalah mendekati random.

4.2.1.2, Jarak dan lnteraksi dalam ruang

Sejak tahun

1850

ahli-ahli interaksi sosial

berpendapat bahwa

gerakan orang yang mengadakan migrasi berbanding lurus

dengan banyaknya orang yang mengadakan migrasi dan berbanding terbalik dengan jarak yang memisahkannya. Pada tahun 1885 E.G. Raverstein seorang ahli demografi Britania Raya mempunyai pemikiran yang sama tentang hukum

migrasi dengan pendapat tersebut diatas. Raverstein

membincangkan tentang kaitan antara

jarak

dengan banyaknya orang

yang

mengadakan

migrasi dan

menielaskan

hal ini dengan

menggunakan rumus-rumus matematika. Pendapat Raverstein itu dikembangkan oleh Hagerstrand (1957) dan lsrad et. al. (1960).

ffi | Buku Ajar'Meloda Analrsls Perencanaan I'

Dalam dokumen TERENCANAAN I - Unissula (Halaman 77-82)

Dokumen terkait