ﻢﻠﺴﻤﻟاو يرﺎﺨﺒﻟا هاور(
B. Model Kurikulum Pendidikan Madrasah Aliyah
Perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni serta budaya termasuk perubahan globalisasi. Perkembangan dan perubahan tersebut terjadi secara terus menerus menuntut adanya perbaikan terutama dalam system pendidikan termasuk perubahan kurikulum. Hal ini merupakan jawaban dari tuntutan masyarakat akan hasil pendidikan.
22
Salah satu pengembangan model kurikulum di madrasah lebih berorentasi pada kurikulum terintegrasi (Integrated Curriculum). Kurikulum yang teritegrasi sengaja dirancang agar proses pendidikan benar-benar memenuhi maksud yang dikehendaki, yang meniadakan batas-batas antar mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan pelajaran yang menyajikan fakta yang tidak terlepas satu sama lain diharapkan mampu membentuk kepribadian peserta didik yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya.
Kurikulum teritegrasi yang bercorak ingklusif, humanis dan scientific diimplementasikan dengan mengikuti pola kurikulum sekolah umum (non agama) yang telah berlaku terhadap model madrasah. Jadi belajar agama seimbang dengan sains. Ada beberapa pola integrasi yang dikembangkan di madarasah yaitu:
1. Program kecakapan hidup (Life skill), atau setara dengan sekolah kejuruan. Madrasah memfasilitasi peserta didik yang mempunyai minat dan kemampuan tertentu untuk mengikuti program ketrampilan.
2. Program penyuluhan dan bimbingan. Dengan program ini peserta didik secara bergiliran dididik bersama-sama dengan komunitas industri atau membaur dengan masyarakat penrajin.
3. Pola sekolah umum dan pesantren. Dimaksudkan pendidikan agama diberikan sebagai pendidikan non kurikuler di luar sekolah akan tetapi tetap dilingkungan madrasah.
Program ini sepenuhnya mengitegrasikan sekolah umum dan system pendidikan pesantren tradisional. Implementasi kurikulum ini lebih berpusat
23
pada kepentingan siswa (student centered) bersifat life centered (langsung berhubungan dengan lingkungan kehidupan) dihadapkan pada situasi yang mengandung problem (problem posing), memajukan perkembangan sosial, dan direncanakan bersama antara guru dan siswa. Karena itu, mestinya ada pola hubungan yang dialogis dan kritis serta penguatan yang terintegrasi dalam mata pelajaran yang memungkinkan pengembangan sikap kritis siswa, seperti sejarah, filsafat dan bahasa.
Diantara bentuk kurikulum terintegrasi adalah kurikulum berbasis kompetensi Kurikulum ini adalah perpaduan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon berpendapat bahwa ada 6 hal yang terkait dengan penguasaan ranah kompetensi, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan); (2) understanding artinya kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu; (3) skill artinya kemampuan individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya; (4) value artinya suatu standar prilaku yang telah menyatu secara psikologis pada diri seseorang; (5) attitude artinya perasaan atau reaksi terhadap suatu ransangan yang datang dari luar; dan (6) interest artinya kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mengembangkan kurikulum sebagai proses, yaitu: (1) posisi siswa sebagai subjek dalam belajar; (2) cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar belakang budayanya; (3) lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi siswa adalah entry behaviour kultur siswa; (4) lingkungan budaya
24
siswa adalah sumber belajar. Dalam hal ini, kurikulum pendidikan mestilah mencakup subjek seperti: toleransi, tema-tema tentang perbedaan ethno- kultural dan agama: bahaya diskriminasi: penyelesaian konflik dan mediasi:
HAM; demokrasi dan pluralitas; kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang relevan. Bentuk kurikulum dalam PAI hendaknya tidak ditujukan pada siswa secara individu menurut agama yang dianutnya, tetapi secara kolektif dan berdasarkan kepentingan bersama.
Bila selama ini setiap siswa memperoleh pelajaran agama sesuai dengan agamanya, maka diusulkan agar lebih baik bila setiap siswa SLTP- SMU-SMK memperoleh materi agama yang sama, yaitu berisi tentang sejarah pertumbuhan semua agama yang berkembang di Indonesia.
Sedangkan untuk SD diganti dengan pendidikan budi pekerti yang lebih menanamkan nilai-nilai moral kemanusiaan dan kebaikan secara universal.
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengembangkan kurikulum PAI berbasis pluralisme di Indonesia, adalah sebagai berikut;
a. Mengubah filosofi kurikulum yang berlaku seragam kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan.
b. Kurikulum harus yang berisikan fakta, teori, generalisasi kepada pengertian yang mencakup pula nilai, moral, prosedur, dan ketrampilan yang harus dimiliki generasi muda.
c. Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
25
d. Proses belajar yang dikembangkan harus berdasarkan proses yang memiliki tingkat isomorphism yang tinggi dengan kenyataan sosial.
Artinya, proses belajar yang mengandalkan siswa belajar individualistis harus ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam suatu situasi positif.
e. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik, penggunaan alternatif assesment (portfolio, catatan, observasi, wawancara) dapat digunakan.
Pendidikan pluralisme digagas dengan semangat besar “untuk memberikan sebuah model pendidikan yang mampu menjawab tantangan masyarakat pasca modernisme”. Pendidikan Islam berbasis pluralisme mempunyai beberapa karakter sebagai berikut; (1) pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga pendidikan umum yang bercirikan Islam. (2), pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai pendidikan yang berbasis pada pluralitas; (3) pendidikan Islam harus memiliki karakter sebagai lembaga pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam pendidikan.
Perlunya pendidikan Islam berbasis pluralisme tersebut, merupakan suatu inisiasi yang lahir dari realitas sejarah pendidikan khususnya di Indonesia yang dianggap gagal dalam membangun citra kemanusiaan.
Untuk merealisasikan cita-cita pendidikan yang mencerdaskan seperti yang diamanahkan UUD 1945, lembaga pendidikan Islam perlu menerapkan sistem pengajaran yang berorientasi penanaman kesadaran pluralisme dalam kehidupan. Adapun beberapa program pendidikan yang sangat
26
strategis dalam menumbuhkan kesadaran pluralisme adalah: pendidikan sekolah harus membekali peserta didik dengan kerangka (frame work) yang memungkinkannya menyusun dan memahami pengetahuan yang diperoleh dari lingkunganya. Karena masyarakat majemuk, maka kurikulum PAI yang ideal ialah kurikulum yang dapat menunjang proses siswa menjadi manusia yang demokratis, pluralis dan menekankan penghayatan hidup serta refleksi untuk menjadi manusia yang utuh, yaitu generasi muda yang tidak hanya pandai tetapi juga bermoral dan etis, dapat hidup dalam suasana demokratis satu dengan lain, dan menghormati hak orang lain. Selain itu, perlu kiranya memperhatikan kurikulum sebagai proses.