BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
7. Model Pembelajaran Cooperative Script
misalnya : tawuran, pengeroyokan dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya.
Cross boys termasuk kedalam penyimpangan kelompok (group deviation). Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang secara bersama-sama melakukan tindakan yang menyimpang contohnya pesta narkoba, perkelahian, tawuran dan sebagainya.
Cross boys biasanya sulit untuk dikendalikan, karena kelompok- kelompok seperti ini umumnya mempunyai nilai-nilai serta kaidah-kaidah sendiri yang berlaku bagi semua anggota kelompoknya. Sikap fanatic yang dimiliki setiap anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut menyebabkan penyimpangan kelompok lebih berbahaya dari pada penyimpangan individu.
c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain secara lisan.
2) Kekurangan
a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu b) Hanya dilakukan oleh dua orang
b. Manfaat pembelajaran Cooperative Script
Menurut hasil penelitian, pembelajaran Cooperative Script sangat bermanfaat. Alasannya ialah bahwa dalam pembelajaran tersebut peserta didik lebih banyak mempelajari materi dari pada peserta didik yang lain.
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran Cooperative Script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.
Secara rinci manfaat pembelajaran metode Cooperative script yaitu:
1) Siswa muda bekerja sama dengan pasangannya dalam hal menyelesaikan tugas yang dianggap susah.
2) Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada tes.
3) Dengan mengindentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman.
4) Memeriksa kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman.
5) Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata.
6) Menjelaskan isi bacaan secara keseluruhan.
7) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi dan memperbaiki kembali.
c. Langkah-Langkah Penerapan Metode Cooperative Script
Agus suprijono (2012: 126-127) mengemukakan bahwa langkah- langkah metode Cooperative Script adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana atau materi setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) guru dan siswa menetapkan siapa yang terlebih dahulu menjadi pembicara dan siapa yang berperang sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
5) Bertukar peran, semula menjadi pembicara ditukar menjadi pendengar begtupun dengan sebaliknya.
6) Guru membantu siswa membuat kesimpulan.
7) Penutup.
B. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan metode konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagi faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang terpenting.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar anak, karena dalam metode ini terdapat kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi guna untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
Masalah yang akan diselesaikan bersama akan disimpulkan secara bersama. Guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Peserta didik akan terdorong secara aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, metode Cooperative Script dianggap mampu meningkatkan hasil belajar Sosiologi dengan pokok bahasan perilaku menyimpang siswa keas X SMA Negeri 4 Pasangkayu, Kabupaten Mamuju utara.
Penerapan Model pembelajaran Cooperative Script yang membantu merangsang kemandirian, kedisiplinan dan keaktifan siswa sehingga hasil belajar Sosiologi kelas X SMA 4 Pasangkayu terealisasi secara efektif dan mendapatkan hasil yang memuaskan ini akan dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melaksanakan empat tahapan tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan siswa yang tidak mengulang dan siswa yang mengulang (remedial).
Setelah melaksanakan remedial pada siklus 1 dan telah mencapai hasil belajar minimal 75%, siswa yang dianggap lulus dapat melangkah ke siklus 2 dengan tahapan sama dengan siklus 1.
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka pikirnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Definisi Operasional
Peneliti menyimpulkan bahwa kondisi awal kelas adalah hasil belajar sosiologi siswa sangat rendah, siswa tidak serius menerima materi pelajaran dan guru menerapkan metode pembelajaran konvensional.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritik di atas maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jika diterapkan Model pembelajaran Cooperative Script maka hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara dapat meningkat.
Kondisi awal kelas X SMA Negeri 4 Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara Sebelum menerapkan Model
Pembelajaran Cooperative Script
Guru menerapkan metode pembelajaran konvesional
Siswa tidak serius menerima materi pelajaran
Hasil belajar siswa menurun
Tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kelas
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Siklus 1 dan siklus 2
Kondisi akhir kelas yang diharapkan setelah menerapkan
Model
Pembelajaran Cooperative Script
Minimal 75 % siswa mencapai hasil belajar yang meningkat dalam
pembelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari berbagai siklus, setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah siswa kelas X, pada tahun ajaran 2014/2015 pada pokok bahasan perilaku menyimpang. Jumlah siswa 24 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 14 orang.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pasangkayu kabupaten Mamuju Utara dari tanggal 27 Juli s/d 27 September 2014, pada tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil.
D. Faktor yang Diselidiki
1. Faktor siswa, yaitu akan diselidiki terjadinya peningkatan daya serap bahan ajar, baik secara individu maupun secara kelompok serta perubahan sikap siswa dan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal sosiologi.
2. Faktor proses, yaitu akan diselidiki apakah terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien.
41
3. Faktor guru, apakah guru yang menerapkan model pembelajaran cooperative script akan membuat siswa menjadi aktif dan senang belajar sosiologi.
4. Faktor hasil, melihat hasil belajar sosiologi setelah penerapan model pembelajaran cooperative script.
E. Instrumen Penilaian
1. Lembar observasi yaitu berupa catatan tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang bertujuan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan berikutnya.
2. Tes hasil belajar yaitu tes yang diberikan kepada siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I akan diadakan 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes dan siklus II akan diadakan 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes. Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas, maka penelitian pada siklus II merupakan pelaksanaan perbaikan dari kekurangan pada siklus I dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi serta refleksi.
1. Gambaran siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1) Menelaah kurikulum 2013 materi pelajaran sosiologi pada pokok bahasan perilaku menyimpang semester ganjil kelas X SMA Negeri 4 Pasangkayu.
2) Membuat rencana strategi pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran cooperative script.
3) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan.
4) Menyusun kelompok belajar siswa yang berpasangan, terdiri dari 2 orang siswa.
5) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas.
6) Membuat angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran cooperative script.
7) Membuat buku jurnal untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kelas.
8) Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam mengikhtisarkan secara lisan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
b. Tahap tindakan.
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
a) Menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b) Membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
6) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
7) Penutup.
8) Evaluasi tentang hasil kerja siswa.
9) Guru memberi penghargaan atas hasil kerja siswa baik secara individual maupun kelompok.
c. Tahap observasi
Selama proses pembelajaran akan diadakan pengamatan tentang:
1) Kemampuan siswa memahami materi yang telah dipelajari selama siklus I dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script.
2) Kemampuan siswa sebagai pembicara mengikhtisarkan ringksannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
3) Keaktifan siswa sebagai pendengar dalam menyimak, mengoreksi, dan menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Selain itu membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
4) Kelompok dan kerjasama yang diperlihatkan siswa dalam kelompoknya.
d. Tahap refleksi
Melihat dan mempelajari kembali hasil yang dilakukan pada tahap perencanaan, observasi, dan evaluasi. Ternyata pada siklus I belum sesuai dengan indikator kinerja, maka dilanjutkan pada siklus II.
Dari hasil refleksi, hal-hal yang sudah baik dipertahankan sedangkan hal-hal yang masih kurang diperbaiki. Adapun yang dilakukan pada siklus II yaitu:
1) Memberikan motivasi yang besar pada siswa sehingga memiliki hasrat untuk lebih giat lagi belajar.
2) Memberikan perhatian kepada siswa yang dianggap masih memiliki kekurangan dalam hal ini peningkatan dari hasil belajar.
3) Mengkombinasikan setiap metode pembelajaran yang dianggap cocok dalam peningkatan pencapaian kompetensi dasar siswa
4) Hasil observasi dan evaluasi dianalisis
5) Mengadakan refleksi akhir dari tindakan yang telah dilakukan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data mengenai sikap, minat serta kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran cooperative script diambil dengan teknik observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan penulis kepada siswa yang menjadi subjek penelitian, pengamatan ini dilakukan disaat berlangsungnya proses belajar mengajar.
b. Data mengenai peningkatan hasil belajar sosiologi siswa diambil dari hasil pra-test dan keaktifan siswa dalam berdiskusi.
H. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan deskriptif yaitu rata- rata skor dan persentase. Selain itu akan dibentuk pula standar deviasi, table frekuensi dan persentase, nilai minimum dan maksimum yang siswa peroleh pada setiap pokok bahasan.
Untuk analisis data kualitatif, maka teknis kategorisasi dalam buku laporan pendidikan yang ditetapkan oleh Depdikbud (1993:6) sebagai berikut:
Nilai 90-100% dikategorikan ”sangat tinggi”
Nilai 70-89% dikategorikan ”tinggi”
Nilai 60-69% dikategorikan ”sedang”
Nilai 40-59% dikategorikan ”rendah”
Nilai 0-39% dikategorikan ”sangat rendah”
I. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) ini adalah setelah diterapkan model pembelajaran cooperative script, maka kualitas belajar sosiologi mengalami peningkatan. Kualitas ini ditandai dengan terjadinya peningkatan keaktifan fisik, keaktifan mental dan keaktifan sosial siswa. Sedangkan kualitas kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal sosiologi ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata dengan memperhatikan ketuntasan belajar siswa. Adapun teknik analisis kualitatif akan digunakan kategori ketuntasan belajar siswa dapat di kategori yaitu Seorang siswa disebut telah tuntas hasil belajarnya bila ia telah mencapai skor 70% atau 70 dan ketuntasan klasikal tercapai jika minimal 85 % mencapai nilai 70 dari skor ideal 100.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan data tentang peningkatan hasil belajar sosiologi pokok bahasan perilaku menyimpang (Cross Boys) melalui model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas X IPS SMA Negeri 4 Pasangkayu Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara. Agar memperoleh data yang akurat dan akuntabel dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada prosedur pengumpulan data yang telah ditetapkan, prosedur yang dimaksud berupa prosedur pelaksanaan seperti yang telah diuraikan pada bab III.
Hasil penelitian ini merupakan hasil tes kuantitatif dan kualitatif dengan mengikuti prosedur setiap siklus. Oleh karena itu, hasil dan pembahasan akan diuraikan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh sebagai berikut.
1. Deskripsi kegiatan siklus I a. Tahap perencanaan
Peneliti melakukan komunikasi dengan guru mata pelajaran sosiologi sekaligus mendiskusikan permasalahan yang telah dihadapi.
Selanjutnya peneliti dan guru bidang studi bersangkutan, mencoba untuk mencarikan sebuah solusi atas permasalahan yang dihadapi.
48
Dalam tahap ini peneliti juga melakukan telaah kurikulum yang telah berlaku disekolah tersebut yang telah menjadi tempat penelitian.
Pada proses penelaahan kurikulum tersebut, maka telah ditetapkan pokok bahasan perilaku menyimpang (Cross Boys) sebagai salah satu pokok bahasan yang dianggap menarik untuk diajarkan pada tingkatan psikis siswa kelas X IPS. Pokok bahasan tersebut akan diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script sebagai alternatif munculnya motivasi, komunikasi yang efektif dan pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
Pada kegiatan selanjutnya peneliti mencoba untuk membuat skenario rancangan pembelajaran, agar mempermudah mendapatkan data yang bersifat akurat, peneliti menambahkan bahan penunjang yaitu lembar observasi, alat evaluasi, dan deskripsi tentang kejadian yang telah dialami setelah proses pembelajaran. Kegiatan ini termuat dalam setiap siklus yang telah diterapkan oleh peneliti.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan.
Dalam tahap pelaksanaan pada penelitian ini meliputi penyajian langkah-langkah pembelajaran cooperative script, penerapan model pembelajaran cooperative script dalam hubungannya dengan materi yang disajikan yaitu perilaku menyimpang (Cross Boys) adapun penyajian tersebut ialah sebagai berikut :
1. Langkah-langkah metode Cooperative Script adalah sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan
b) Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan dibuatkan ringkasan.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang terlebih dahulu menjadi pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar:
1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e) Bertukar peran, semula menjadi pembicara ditukar menjadi pendengar begitupun dengan sebaliknya.
f) Guru membantu siswa membuat kesimpulan.
g) Penutup.
1. Pertemuan ke-1
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke-1 meliputi kegiatan awal 10 menit diantaranya : guru memberikan salam, guru berdoa, kerapian dan absensi siswa.
Kegiatan inti 70 menit, peneliti membagikan materi dan membentuk pasangan kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam kegiatan ini, peneliti memberikan instruksi kepada siswa bahwa setelah membaca materi yang diberikan, siswa membuat ikhtisar atau ringkasan materi. Pada saat kegiatan berlangsung peneliti mengamati aktivitas siswa dan membuat catatan kecil tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Setelah kegiatan selesai, guru mempersilahkan kepada kelompok berpasangan tersebut untuk menguraikan apa yang diperoleh selama pembelajaran. Hal tersebut.
Secara bergantian dilakukan oleh siswa tersebut.
Akhir dari pertemuan I ini selama 10 menit, guru memberikan evaluasi berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan. Siswa memberikan kesimpulan kemudian ditambahkan oleh guru agar lebih kompleks.
2. Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 ini, peneliti melakukan hal yang sama dengan pertemuan pertama. Namun pada pertemuan ini, peneliti lebih mengintensifkan waktu pada lanjutan penguasaan materi.
meliputi kegiatan awal 10 menit diantaranya : guru memberikan salam, guru berdoa, kerapian dan absensi siswa.
Kegiatan inti 70 menit, peserta didik diberikan kesempatan untuk mencatat pokok wacana / materi pada setiap subtopik. Selanjutnya peserta didik di arahkan untuk merangkai atau menambahkan beberapa konjungsi sehingga menjadi susunan kalimat yang efektif. Setelah penyempurnaan tersebut di anggap selesai, peneliti kembali memberikan arahan kepada peserta didik untuk belajar menyampaikan secara lisan. dari beberapa fase yang diterapkan, peneliti kembali mengarahkan kepada peserta didik untuk tampil di depan secara berpasangan sesuai petunjuk yang termuat dalam cooperative script. Dari proses itu, peserta didik yang awalnya pembicara telah diberikan kesempatan untuk menjadi pendengar. Si pendengar berfungsi untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap sehingga pembicara dapat menyempurnakan ringkasannya. Setelah tahap tersebut sudah dilaksanakan, peneliti kembali menyempurnakan kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.
Akhir dari pertemuan II ini selama 10 menit, guru memberikan evaluasi berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan. Siswa memberikan kesimpulan kemudian ditambahkan oleh guru agar lebih kompleks.
3. Pertemuan ke-3
Meliputi kegiatan awal 10 menit diantaranya : guru memberikan salam, guru berdoa, kerapian dan absensi siswa.
Kegiatan inti 70 menit, seperti pada pertemuan sebelumnya, pertemuan ketiga ini peneliti kembali memberlakukan pasangan siswa sebelumnya. Beberapa kegiatan tetap dilaksanakan seperti yang tertuang didalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Namun peneliti kembali meminta peserta didik untuk tampil di depan, bagi siswa yang belum sempat tampil pada pertemuan 1 dan 2. akhir dari kegiatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok yang di anggap sudah menguasai materi untuk tampil kembali. Setelah itu peneliti memberikan hadiah. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi proses pemantapan.
Akhir dari pertemuan III ini selama 10 menit, guru memberikan evaluasi berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan. Siswa memberikan kesimpulan kemudian ditambahkan oleh guru agar lebih kompleks, gur menyuruh siswa untuk mempelajari ulang materi dari pertemuan pertama sampai ketiga.
4. Pertemuan ke-4
Kegiatan awal 10 menit. Guru mempersiapkan kelas untuk ulangan tes. Guru menjelaskan tujuan ulangan tes.
Kegiatan inti 70 menit. Guru membagikan soal yang telah disiapkan.
Siswa mengerjakan soal yang telah dibagikan oleh guru. Siswa mengumpulkan pekerjaan kepada guru untuk dinilai.
Kegiatan akhir 10 menit. Siswa dan guru membahas bersama soal- soal yang telah dikerjakan. Akhir pembelajaran dengan membaca doa
Pada prinsipnya, peneliti akan mengakhiri siklus I apabila semua peserta didik kelas X IPS SMA Negeri 4 Pasangkayu memperoleh nilai di atas standar yang sudah ditetapkan. Namun, apabila hal tersebut justru terjadi sebaliknya maka peneliti harus melaksanakan siklus ke II.
a. Hasil Observasi/Evaluasi 1. Hasil Observasi
Penyajian hasil survei yang dilakukan selama proses pembelajaran dalam siklus I dapat dilihat secara rinci dalam tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa. Adapun isi tabel ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Komponen yang Diamati Pertemuan ∑ X%
1 2 3 4
1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran
20 20 23 T
E S
S I K L U S I
63 87,50 2 Siswa yang bertanya materi pelajaran
yang belum dimengerti
2 3 1 6 8,33
3 Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat guru menjelaskan
5 2 2 9 12,50
4 Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan
3 5 7 15 20,83
5 Siswa yang mengerjakan PR 15 21 24 60 83,33
2. Hasil Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini, peneliti juga menyajikan nilai statistik yang telah ditentukan pada siklus I, dimana seluruh rangkaian pembelajaran yang telah dilakukan digambarkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2: Statistik Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Pasangkayu Sulawesi Barat pada Tes Akhir
Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subyek 24
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 75
Skor Terendah 50
Rentang Skor 25
Skor Rata-Rata 62,58
Standar Deviasi 7,47
Apabila hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sosiologi dikelompokkan ke dalam empat bagian, maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Persentase Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 4 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat
Akhir Siklus I
Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
90 – 100 Sangat tinggi - -
70 – 89 Tinggi 6 25,00
60 - 69 Sedang 13 54,17
40 – 59 Rendah 5 20,83
0 – 39 Sangat rendah - -
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata- rata hasil belajar siswa kelas X IPS SMA Negeri 4 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat pada pokok bahasan perilaku menyimpang dalam siklus I sebesar 62,58 berada pada kategori
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
rendah. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa dari 24 siswa yang menjadi subjek penelitian, 5 siswa (20,83%) memperoleh skor berada dalam kategori rendah sedangkan 13 siswa (54,17%) memperoleh skor berada dalam kategori sedang.
Berikut ini adalah gambar grafik diagram batang dari hasil belajar dari siklus I sebagai berikut:
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Belajar Siklus I
b. Refleksi
Siklus I diadakan 3 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan untuk pemberian ulangan harian atau tes evaluasi siklus. Materi yang akan diajarkan pada siklus I adalah perilaku menyimpang. Proses belajar mengajar pada siklus I adalah sebagai berikut:
0 10 20 30 40 50 60
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
1) Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang akan diterapkan selama penelitian ini yaitu metode pembelajaran Cooperative Script.
2) Guru menyampaikan langkah-langkah dalam pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa, serta menginformasikan bahwa setiap siswa diharapkan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3) Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar mengikuti pelajaran dengan sungguh- sungguh.
4) Guru membagi siswa secara berpasang-pasangan, dengan ketentuan bahwa ada pembicara dan pendengar. Selanjtnya pembicara dan pendengar secara bergantian akan menguraikan ikhtisar yang dibuat berdasarkan materi yang diberikan.
5) Setiap kelompok yang berpasangan menguraikan ikhtisar yang dibuat dan secara bergantian berperan sebagai pendengar dan pembicara.
6) Guru memonitoring kelompok yang berpasangan tersebut dan membantu memberikan solusi serta membimbing siswa yang belum memahami materi dan tugas yang diberikan.
7) Guru memanggil kelompok yang berpasangan untuk tampil di depan.
8) Guru meminta si pendengar untuk memberikan pertanyaan, tanggapan, dan kritikan terhadap sipembicara begitu pun sebaliknya.
9) Selanjutnya guru meminta kepada kelompok pasangan lain untuk ikut aktif dalam sesi tersebut. Selanjutnya guru juga mempersilahkan kepada
kelompok lain untuk memberikan pertanyaan, sanggahan, atau solusi atas materi yang dipersentasikan.
Pada umumnya, setiap pertemuan akhir, guru selalu memberikan tugas mengenai materi yang telah dipelajari dan menambahkan tugas di rumah dengan tujuan mempermudah pemahaman siswa untuk pertemuan selanjutnya.
10. Pada pertemuan kedua dan ketiga pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I, yaitu memberikan suatu contoh peristiwa terkait dengan perilaku menyimpang. Selanjutnya peneliti membagi siswa dalam beberapa pasangan sebagai pendengar dan pembicara. Setelah itu barulah membagikan materi pokok bahasan sesuai dengan jumlah pasangan.
Dalam proses ini, siswa dengan cermat mengidentifikasi pokok-pokok materi kemudian dituliskan dalam bentuk iktisar dan akan dipersentasikan di depan kelas. Pada akhir proses siswa menyimpulkan materi tersebut dan disempurnakan oleh peneliti. Perlakuan ini akan terangkum dalam lembar observasi siswa. Berikut data yang diperoleh selama siklus I berlangsung (3 kali pertemuan).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perlakuan yang diberikan kepada siswa belum dikategorikan sebagai titik keberhasilan. Indikasinya ialah masih terdapat siswa yang berada posisi rendah. Hal ini ditandai dengan pemahaman siswa yang kurang dalam menelaah atau menganalisis materi yang diberikan. Selain itu kemampuan siswa dalam memberikan uraian belum maksimal.