• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Nilai Moral

a. Pengertian Nilai Moral

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral berarti ajaran tentang baik dan buruk dan kelakuan (akhlak, kewajiban dan sebagainya); Moralisasi uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Moral atau moralitas yaitu tata tertib tingkah laku yang dianggap baik dan luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Moral disebut juga kesusilaan ditulis kesusilaan merupakan keseluruhan dari berbagai kaidah dan pengertian yang menentukan mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk dalam suatu golongan masyarakata. Pada hakekatnya tiap-tiap norma kesusilaan bersifat relatif.

Berdasarkan arti kata moral di atas dapat disimpulan bahwa moral ialah cara pandang masyarakat dalam menetukan tatanan atau ukuran yang mengatur setiap tingkah laku, perbuatan dan kebiasaan manusia yang dianggap baik dan buruk dalam suatu lingkungan masyarakat. Baik dan buruknya perilaku sesorang memiliki kadarnya masing-masing yang satu dengan yang lainnya ada kalanya tidak sama. Oleh sebab itu, masyarakat memberikan pedoman pokok tingkah laku, kebiasaan, dan perbuatan yang telah disusun dan dianggap baik oleh seluruh anggota masyarakat itu.

Dalam bahasa indonesia, selain menerima perkataan akhlaq, etika dan moral yang masing-masing berasal dari bahasa Arab, Yunani dan Latin, juga dipergunakan beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama dengan perkataan akhlaq, ialah: susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan santun, adab, tingkah laku, prilaku dan kelakuan.

Bertens (2007: 18), mengatakan nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan. Menurut Hans nilai adalah the addressee of a yes,

“sesuatu yang ditunjukkan dengan ya”. Pandangan ini menganggap bahwa nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan “ya” atau nilai diharapkan untuk datang dan diaminkan untuk bisa terkabulkan. Nilai mempunyai konotasi positif.

Sebaliknya, sesuatu yang kita jauhi, sesuatu yang membuat kita melarikan diri seperti penderitaan, penyakit, atau kematian adalah lawan dari nilai.

Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 320) menyatakan bahwa moral adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Moral dapat di pandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema dalam bentuk yang sederhana. Moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara baik dan buruk.

Nurgiyantoro (2005:266), mengatakan bahwa dilihat dalam persoalan kehidupan manusia, moral terbagi atas hubungan-hubungan tertentu yang terjadi dalam kehidupan manusia. Hubungan-hubungan tersebut diantaranya adalah:

1. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Manusia merupakan makhluk individu yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan sehingga manusia memilki pendapat sendiri, mencintai diri sendiri, dan menentukan mana baik-buruk untuknya. Akal yang dimilki manusia menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku.

Kemudian tingkah laku tersebut yang membedakan dengan individu lainnya.

Perbedaan itu karena masing-masing individu mempunyai kepentingan, kehidupan, minat dan bakat yang berbeda-beda. Gambaran mengenai nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri diantaranya yaitu:

1) Eksistensi diri 2) Harga diri

3) Rasa percaya diri 4) Takjub

5) Jenuh

6) Rasa ingin tahu 7) Pemberani 8) Teguh pendirian

dan lain-lain yang lebih bersifat melibat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu.

2. Hubungan manusia dengan sesama

Manusia memiliki kesadaran bahwa dirinya tidak hidup sendiri. Manusia memilki ketergantungan kepada manusia lain. Hubungan manusia dengan sesama merupakan sebuah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan suatu

kesadaran untuk saling tolong menolong. Dengan kesadaran ini membuat manusia berlaku tidak egois serta memiliki rasa simpati dan empati pada orang lain.

Gambaran nilai moral yang menyangkut hubungan antara manusia dengan sesama diantaranya yaitu:

1) Tolong menolong 2) Persahabatan

3) Berbakti kepada orang tua 4) Musyawarah

5) Berzina

6) Peduli dengan sesama 7) Penghianatan

8) Toleransi 9) Konspirasi

dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.

3. Hubungan manusia dengan tuhan

Hubungan manusia dengan tuhan merupakan hubungan yang terjalin antara manusia dengan penciptanya. Nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhan adalah nilai religius. Nilai religius merupakan pikiran, perkataan, dan tindakan manusia yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya. Hal ini berkaitan bagaimana manusia selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Gambaran nilai moral yang menyangkut dengan hubungan manusia dengan tuhan adalah berdoa.

Berdasarkan ketiga hubungan tersebut moral dapat dirinci kedalam jenis- jenis tertentu, yang dapat di pandang sebagai variannya, yang secara konkret ditemukan dalam sebuah cerita, yang jumlahnya relative banyak. Dalam hal ini moral ditafsirkan berdasarkan sikap dan perilaku tokoh. Moralitas meliputi nilai- nilai moral alam semesta yang dapat di rasakan oleh pikiran manusia dalam bentuk tiga dorongan dasar atau tiga pilihan dasar yaitu : 1) dorongan tentang diri sendiri (pilihan moral), personal morality berpengaruh pada perkembangan spiritual dari manusia itu, 2) dorongan tentang masyarakat (pilihan etik) berubah terus sesuai perubahan kesadaran sosial, 3) dorongan tentang Tuhan.

Jadi, ada dua hal di sini yaitu : 1) moralitas sosial yang terus berubah sesuai perubahan evolusi masyarakat dan peradaban. 2) moralitas pribadi itu primodial dan merupakan realitas alam semesta yang melekat pada kepribadian.

Moralitas pribadi itu ada dari semula, pada semua pribadi, tidak di hasilkan dari revolusi. Moralitas pribadi adalah salah satu ciri khas kepribadian yang tulen.

Hanya hukum moral di dalam diri manusia dapat menjadi basis untuk pilihan moral antara baik dan buruk, pilihan yang mungkin bertentangan dengan berbagai kebiasaan yang di anut dunia sekarang ini. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa moral adalah nilai dasar esensial dari segala tingkah laku manusia yang merupakan sikap dan perbuatan baik atau betul-betul tanpa pamrih.

b. Jenis dan Wujud Moral

Jika tiap karya fiksi masing-masing mengandung dan menawarkan nilai moral, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang di pesankan.

Dalam sebuah karya fiksi pun, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat lebih dari satu pesan moral untuk tidak mengatakan terdapat banyak nilai moral yang berbeda. Hal ini belum lagi berdasarkan pertimbangan dan atau penafsiran dari pihak pembaca yang juga dapat berbeda-beda baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Jenis atau wujud nilai moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan dan interes pengarang yang bersangkutan.

Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat tak terbatas. Ia dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia.

Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2010:

323).

Sebuah novel tentu saja dapat mengandung dan menawarkan nilai moral itu salah satu, dua, atau ketiganya sekaligus, masing-masing dengan wujud detil khususnya. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-macam jenis dan tingkat intensitasnya. Hal ini tentu saja tidak lepas dar kaitannya dengan persoalan hubungan antar sesama dan dengan Tuhan.

c. Hubungan Sastra dengan Moral

Ketika kita berbicara tentang sastra pastilah kita berbicara tantang nilai- nilai estetis atau nilai keindahannya. Akan tetapi jika kita berbicara tentang moral

dalam sastra tentunya kita tidak hanya membicarakan nilai estetisnya saja. Di dalam kamus besar bahasa indonesia arti kata sastra adalah karya tulis, yang jika di bandingkan dengan tulisan lain memiliki ciri keunggulan seperti keaslian, karakteristik, keindahan dalam ungkapannya, karena sastra memiliki nilai keindahan dalam ungkapan pembahasan, maka sastra juga termasuk dalam karya seni, sedangkan arti kata moral sendiri, berarti ajaran atau nilai-nilai baik buruknya yang di terima umum mengenai perbuatan baik berbicara, bersikap dan bertindak.

Fungsi moral artinya karya sastra yang biasanya selalu mengandung nilai- nilai moral yang tinggi, dengan begitu akan tahu bagaimana moral yang baik dan buruk bagi dirinya. Pendapat lama mengatakan, bahwa karya sastra yang baik di samping memiliki nilai estetis yang indah juga memiliki makna akan suatu pesan kepada pembaca untuk berbuat baik (Aminuddin, 1993: 122), jelas dikatakan ada pesan kepada pembaca untuk berbuat baik, kata tersebut secara langsung menyinggung nilai-nilai buruk atau etika. Jadi, pesan tersebut dinamakan moral karena pesan tersebut mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Karena sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat.

Sastra muncul atau terlahir tidak hanya di nikmati dari nilai-nilai estetisnya akan tetapi bertugas menghancurkan kebobrokan moral untuk dapat membangun kearah pembinaan moral manusia yang halus, manusiawi dan berbudaya di situlah hubungan erat antara sastra dengan moral. Tentunya karya sastra yang diharapkan adalah karya sastra yang baik. Di mana memiliki kedua nilai tersebut yaitu nilai estetis dan etika yang baik. Untuk itu baik karya sastra,

agama, filsafat menggambar pula tugas untuk membentuk tatanan masyarakat yang beradab. Karya sastra harus mengandung kebenaran dan kejujuran. Seperti ilmu pengetahuan, kesusastraan juga suatu usaha untuk mencari dan mengungkapkan kebenaran. Kebenaran ini bersifat universal bukan satu golongan tertentu dan agama tertentu.

Prinsip-prinsip moral merupakan hasil dari hasrat mementingkan diri sendiri serta keserakahan masyarakat kemudian berubah menjadi keegoisan, kesombongan, kesinisan, kekerasan dan kebrutalan dalam masyarakat.

Masyarakat percaya bahwa untuk meningkatkan standar hidup, mereka harus mencurangi dan mengalahkan yang lainnya. Hal ini bukanlah nilai-nilai moral yang Allah SWT terapkan bagi kehidupan manusai. Mereka harus terus-menerus mengawasi diri mereka sendiri bersama masyarakat agar tidak terpengaruh oleh budaya merusak dan mereka dapat mengamalkan nilai-nilai moral.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini bahwa moralitas dalam novel dapat di telusuri dari motivasi, minat yang kuat dari perbuatan tokohnya, corak, semangat betul-betul dianjurkan untuk kebaikan atas kenginan sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun. Sastra merupakan salah satu dari ranting kebudayaan yang didalamnya terkandung banyak nilai-nilai moral yang sangat besar manfaatnya dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup manusia.

Membicarakan relasi antara sastra dan moral memang selalu manarik.

Pada hakikatnya, moral maupun sastra bermuara pada rasa atau jiwa. Moral misalnya, meskipun juga membahas dan menyodorkan pusparagam hukum- hukum formal, juga mengetengahkan kajian-kajian kritis tentang jiwa. Bagaimana

semestinya manusia melakukan pembersihan terhadap hati atau jiwa pemeluknya, merupakan salah satu kajian inti moral.

Sama halnya dengan karya sastra, setiap karya sastra bisa di katakan sebagai gelora batin penulisnya. Gelora ini merupakan bentuk kegelisahan sekaligus harapan mereka terhadap kemanusiaan. Jiwa para sastrawan terpanggil untuk menberikan alternatif. Jadi, moral dan sastra sama-sama mengacu pada jiwa. Sebagai denyar-denyar gerak hati sastrawan, yang karena muasalnya adalah jiwa, dan kemudian di tampilkan dalam bentuk karya sastra, maka karya sastra tersebut seharusnya juga memperhatikan pesan yang terkandung di dalamnya.

Pasalnya, karya sastra tersebut nantinya akan dibaca, dan bahkan jadi teladan bagi masyarakat.

d. Pesan Moral Dalam Novel

Pesan (amanat) adalah penyampaian seruan, saran peringatan, dan nasehat yang diisyaratkan. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia didampingi dari buruk atau benar salahnya. Kajian moral yang dimaksud adalah memberikan hikmah dan dapat dijadikan sebagai suri teladan serta pesan moral yang buruk yang dapat dijadikan sebagai pelajaran. Pesan moral meliputi yang baik meliputi:

a. Keimanan adalah keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Meyakini tentang takdir Allah kepada umat manusia. Percaya bahwa setiap kejadian di dunia atas izin Allah SWT dan tak satu kejadian pun yang terjadi diluar kehendaknya.

b. Ketakwaan adalah sifat diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.

c. Kesabaran adalah sikap tenang dalam menghadapi cobaan hidup, meskipun cobaan tersebut begitu dahsyat, namun orang tersebut tetap berada dalam ketaatan kepada Allah SWT.

d. Keteguhan adalah kekuatan atau kemantapan prinsip seseorang dalam berpegang teguh terhadap yang diyakininya, dalam hal ini tidak mudah berubah pendirian.

Dokumen terkait