• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan mengenai nilai moral dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

Bagi peneliti berikutnya yang tertarik meneliti novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan ataupun permasalah yang membahas nilai moral hendaknya menjadikan penelitian ini sebagai referensi agar penelitian selanjutnya dapat lebih sempurna. Selain itu, disarankan pula bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji nilai moral dengan menggunakan salah satu pendapat para ahli yaitu Nurgiyantoro untuk memecahkan permasalahan yang terdapat dalam karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dahlan, Muhidin M. 2005. Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. Yogyakarta:

ScriPta Manent.

Damono, Sapardi Djoko. 2013. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Singkat.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Djojosuroto, dkk. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta.: Rineka Cipta.

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

http://one.indoskripsi.com//moral-dan-sastra//. Di akses 12 Januari 2021.

http://repository.uinjkt.ac.id. Di akses 10 April 2020.

http://sasino.info/2009/moral-dan-akhlak/. Di akses 14 Januari 2021.

http://wordpress.com/2006/moralita/. Di akses 12 Januari 2021.

http://www.core.ac.uk. Di akses 15 April 2020.

http://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-hasil-pembahasan penelitian/132180. Di akses 15 Januari 2021.

http://www.researchgate.net/publication/338670148. Di akses 17 maret 2020.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tema. Di akses 26 januari 2020.

https://salamadian.com/pengertian-sudut-pandang-novel-cerpen. Di akses 25 januari 2020.

Kasnadi dan Sutejo. 2010. Kajian Prosa: Kiat menyisir dunia prosa. Yogyakarta:

Pustaka Felicha.

KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian Novel.

https://kbbi.web.id/novel.html. Di akses tanggal 25 januari 2020.

Nurgiyantoro, B. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

Nurgiyantoro, B. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM.

Nurgiyantoro, B. 2010. Penilaian Pembelajaran Sastra Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: BPFE

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Gajah Mada Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rimang, Siti Suwadah. 2012. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Makassar: Aura Pustaka.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, teori, metode, teknik, dan kiat.

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Semi, Atar. 2013. Kritik Sastra: Pengertian Sosiologi Sastra. Bandung. CV Angkasa.

Stanton, R. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

University Press.

Yudiono KS. 2000. Ilmu Sastra: Ruwet, Rumit, dan Resah. Semarang: Penerbit Mimbar.

A M

P

I

R

A

N

Muhidin M. Dahlan. Lahir pada Mei 1978. Pernah aktif di Pelajaran Islam Indoenesia (PII), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kuliah di IKIP Yogyakarta (Teknik Bangunan) dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Sejarah Peradaban Islam). Dua-duanya tidak rampung.

Sehari-harinya, selain terus membaca, menulis, juga menjadi pustakawan di Yayasan Indonesia Buku. Ia tercatat sebagai pendiri Warung Arsip (@warungarsip) dan Radio Buku (@radiobuku).

Beberapa karyanya yang sudah terbit: Ideologi Saya adalah Premis (2016), Inilah Esai (2016), Aku Mendakwa Hamka Plagiat (2011), Para Penggila Buku:

Seratus Catatan di Balik Buku (2009), Trilogi Lekra Tak Membakar Buku (2008), Adam Hawa (2005), Kabar Buruk dari Langit (2005), Jalan Sunyi Seorang Penulis (2003), Mencari Cinta (2002), Di Langit Ada Cinta (2002), Terbang Bersama Cinta (2002).

Ia juga memimpin sejumlah riset yang talah dibukukan dalam jumalh puluhan judul.

Judul buku : Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur.

Penulis : Muhidin M. Dahlan Penerbit : ScriPtaManent, 2005 Tanggal Rilis : Oktober 2003

Halaman : 269

SINOPSIS

Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi jubah dan jilbab besar.

Hampir semua waktunya dihabiskan untuk salat, baca kitab, dan berzikir. Dia memilih hidup yang sufistik. Demi laku kezuhudan itu dia kerap hanya mengonsumsi

Tapi, di tengah proses itu ia diterpa badai kekewaan organisasi garis keras yang mengusung cita-cita tegaknya syariat islam di indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya beragama secara total-penuh, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang diajukannya dijawab dengan gogma tertutup yang melahirkan resah dan kehampaan.

Dalam keadaan kosong itulah ia tersuruk dalam dunia hitam. Dia lampiaskan frustasinya dengan seks bebas dan mengonsumsi obat-obat terlarang. Tak ada rasa sesal kepada Tuhan usai ia bercinta dengan para aktivis sayap kiri dan kanan yang meniduri dan ditidurinya. Bahkan, dari petualangan itu dia berjumpa dengan seorang anggota DPRD dari partai “islam” dan sekaligus dosen di sebuah kampus

“islam” yang menyediakan diri menjadi germonya dalam jual-beli jasa seks kepada para pejabat tinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

No. Konteks Kutipan Indikator 1 Percaya Diri “Aku merasakan,

perjalananku, safari beragamaku akhir- akhir ini benar-benar terasa indah. Terasa teduh. Aku merasa bahwa jalan hidupku benar-benar

mendapat limpahan kekuatan langsung

dari Allah.”

(Pengakuan kesatu, halaman 55).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa itulah awal mula yang tokoh utama rasakan ketika menempuh jalan awal menjadi muslimah yang sesungguhnya.

Nidah Kirani namanya, ia benar- benar merasakan berbagai limpahan rahmat dari Allah SWT. Ia dibimbing sedemikian rupa agar lebih dekat dan mengenal sebaik-baiknya Islam sebagai pedoman hidup setiap umat manusia

2 Rasa Ingin Tahu “Hari-hariku di pos jemaah kuhabiskan untuk membaca;

membaca apa saja yang ada di pos.

Majalah, buletin, brosur, buku. Tapi yang paling kusenangi adalah sebuah photocopy dokumen tua tentang sejarah perjuangan umat Islam Indonesia yang disusun oleh Eyang Wirjo.” (Pengakuan kedua, halaman 60).

“Sudah sebulan aku

Kutipan tersebut, menjelaskan rutinitas positif apa yang ia lakukan selama berada di Pos Jemaah. Dapat kita lihat bahwa selama Nidah Kirani berada di Pos tersebut, ia banyak membaca buku guna menambah pengetahuan tentang Islam dan salah satu buku yang ia senangi adalah buku/ dokumen tua berisikan tentang sejarah perjuangan umat Islam

sama sekali di luar dugaanku. Pandangan awalku, tentu sosok- sosok aktivis Jemaah ini adalah mereka seperti yang selalu dikatakan oleh Nabi:

Pada siang harinya mereka seperti singa- singa padang pasir, dan malamnya seperti

rahib yang

bermunajat kepada Tuhannya.”

(Pengakuan kedua, halaman 61).

situasi dimana Nidah Kirani sudah sebulan tinggal di Pos Jamaah tersebut. Selama sebulan itu, ia merasakan ada sesuatu yang aneh dan mana itu diluar dugaannya. Pandangan awalnya mengenai sosok-sosok aktivis Jemaah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di Pos Jamaah. Tapi ya, Nidah Kirani akui bahwa shalat mereka selalu berjamaah.

3 Eksistensi Diri “Tapi aku hanya seorang aktivis pemula, yang kerap pikirannya goyah oleh keadaan, terpengaruh juga akhirnya oleh lingkungan yang kurang kondusif untuk

ibadah juga

berdiskusi yang intens mempertajam

wawasan.”

(Pengakuan kedua, halaman 70).

“Aku tak ingin layu sebelum tumbuh.

Tidak, aku sangat meyakini betapa benarnya ajaran

Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Nidah Kirani tidak begitu yakin dengan apa yang hendak ia lakukan.

Karena ia merasa dirinya belum cukup atau belum memadai kapasitas seorang aktivis sebagaimana mestinya. Kerap pemikirannya mudah goyah oleh keadaan dan juga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang kondusif.

Sedangkan pada kutipan

Islam sebagai syarat tegaknya hukum- hukum Islam.”

(Pengakuan Kedua, halaman 71)

meyakini bahwa ajaran Islam dalam Jamaah ialah ajaran yang sebenar-benarnya dalam menciptakan negara Indonesia dengan syarat tegaknya hukum- hukum Islam. Karena di Indonesia penuh dengan toleransi terhadap sesama manusia meski kita berbeda- beda tetapi dimata Allah kita semua sama.

4 Putus asa “Hari-hari yang

kemudian kujalani tak seperti dulu lagi yang demikian bersemangat menyuarakan

pentingnya

pembentukan Daulah Islamiyah

sebagaimana pernah kusuarakan di sebuah seminar di Kampus Matahari Terbit.”

(Pengakuan Ketiga, halaman 85).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa tokoh utama yaitu Nidah Kirani mulai merasa hilang kepercayaan terhadap organisasi Islam yang dia percaya bisa mengantarkannya beragama secara total. Keraguan terus mencul dalam hati dan pikirannya, sampai saat semua pertanyaan yang dia lontarkan tak mendapat jawaban sesuai keinginannya.

5 Teguh Pendirian “Aku saja sudah lima tahun tidak selancang kamu.” Dan dalam

Kutipan tersebut, menjelaskan tentang bagaimana kita sebagai

sekali dalam kondisi tidak tahu, kok masih kuat bertahan.”

(Pengakuan ketiga, halaman 86).

“Tapi aku kemudian nekad ingin tahu seberapa luas jaringan. Soalnya aku heran sekali, kenapa sih aku tak boleh tahu Jemaah dari golongan yang lain. Merekakan pecah dan aku ingin tahu mengapa mereka pecah, padahal mereka tahu konsep jemaah, konsep bersatu mendirikan Daulah Islamiyah.”

(Pengakuan ketiga, halaman 88).

mengetahui kiprah pergerakan Jemaah tersebut. Nidah Kirani merasa heran dan sangat tak masuk akal, dalam kondisi tak tahu apapun untuk apa mereka bertahan dalam Jemaah Islam tersebut. Tak etis jika untuk mengetahui pergerakan Islam butuh waktu lima tahun dan bukankah tujuan pembentukan Jemaah tersebut untuk memperluas ajaran Islam sebagaimana mestinya.

Kemudian pada kutipan selanjutnya, dimana Nidah Kirani nekat untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai seberapa luas jaringan organisasi yang ia bangga-banggakan. Karena, ia heran mengapa ia tidak diperbolahkan mengetahui Jemaah dari golongan lain dan ingin mengetahui penyebab perpecahan mereka. Menurutnya walaupun ada perpecahan antara

tersebut. Seperti yang Nidah Kirani ketahui bahwa konsep Jemaah adalah konsep bersatu mendirikan Daulah Islamiyah.

6 Egois “Dosakah aku?

Ujiankah ini? Tapi, ah aku belum bisa menerima kenyataan ini. Bagaimana bisa aku menerima ujian atau mungkin kutukan dari dosa yang tidak kulakukan. Aku merasa tidak berlalu di atas dosa.”

(Pengakuan keempat.

Halaman 99).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa tokoh utama tidak menerima adanya teguran atau hukuman dari Allah SWT terhadap dirinya. Karena dia merasa tidak melakukan dosa apapun. Nidah Kirani tidak sadar bahwa kita hidup di dunia ini untuk menghadapi segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

7 Sifat Jenuh “Kucoba terus

bertahan

menyeyapkan diri

dalam kamar.

Sebentar-sebentar bangun, rebahan lagi, duduk bersedekapan lutut, lalu jatuh lagi di pembaringan yang membuat badanku sakit-sakitan.”

(Pengakuan keempat,

Kutipan tersebut, menjelaskan keadaan Nidah Kirani yang mencoba bertahan di dalam Pos Jemaah meski sebenarnya ia sudah tak begitu mencintai organisasi Islamiyah tersebut.

Semua yang ia lakukan terasa sia-sia, sampai bentuk

ada alasan untuknnya menyuarakan Daulah Islamiyah.

8 Patah Hati “Darah itu tak

tumpah karena telah habis dirampas oleh hatiku yang terluka.

Imanku telah dilukai.

Nalarku telah dilukai.

Kini laki-laki itu diutus oleh penguasa kegelapan untuk melukai

keperempuananku.”

(Pengakuan kelima, halaman 131).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa, iman tokoh utama telah hancur karena ulahnya sendiri.

Kehancurannya disebabkan oleh seorang lelaki yang ia cintai. Dia terhanyut oleh kebaikan lelaki tersebut tanpa ia menyadari resiko yang akan ia hadapi. Kini jatidirinya sebagai wanita muslimah telah hancur dan dia bahkan menyalakan Allah SWT sebagai penyebabnya. Bahkan pikiran sehatnya pun ia hancurkan sendiri. Kekecewa yang ia alami adalah salah satu cobaan yang dimana dia harus bisa melewatinya karera itu adalah hukum alam dan tidak satu manusia pun yang bisa menghindar dari cobaan dalam menjalankan hidup.

9 Takjub “Ah, maut itu sudah lewat. Dan sebelum turun melenggang

Kutiapn tersebut, menceritakan tentang Nidah Kirani yang baru

pemandangan yang menakjubkan.”

(Pengakuan keenam, halaman 165).

curam dan berbahaya. Itu adalah pengalaman pertama Nidah Kirani dalam berpetualang di alam bebas. Dia bersyukur dapat bebas dari marabahaya. Selepas ia keluar dari hutan, sebelum ia beranjak menuju huniannya, ia membuka lebar matanya melihat kebelakang. Tergelarlah pemandangan alam yang menakjubkan dan menyejukkan hati. Sangat disayangkan, alam yang indah dan mempesona itu terlalu jauh dan berbahaya.

10 Pantang Menyerah

“Aku membentak dalam hati, iblis ini dosen. Mentang- mentang ia memiliki kekuasaan atasku, ia seenaknya mengusik dan mengusirku. Baik, kalau tidak bisa dihadapi secara formal lewat prosedur resmi selayaknya mahasiswa

berhubungan dengan dosennya, akan kujalankan

prosedurku sendiri.

Akan kutaklukkan

Kutipan tersebut, menceritakan tentang Nidah Kirani yang sedang melaksanakan proses bimbingan skripsi untuk mata kuliah terakhirnya. Selama proses bimbingan, ia beberapa kali diusik dan diusir oleh pembimbingnya. Sampailah pada titik kekesalan ia terhadap dosen tersebut, ia memutuskan untuk menggunakan caranya

kesembilan, halaman 213).

“Kesempatan ini tidak boleh kusia-siakan kalau tak ingin bimbingan skripsi ini terlunta lebih lama.

maka kukelarkan segenap-genap

bahanku untuk terus memancing

perbincangan

dengannya dengan senyum dan lidah yang kukulum-kulum dibibir.” (Pengakuan kesembilan, halaman 214).

dosen itu. Kemudian kutipan selanjutnya, menjelaskan bahwa, Nidah Kirani masih menjalankan proses bimbingan skripsi dengan dosen pembibingnya. Dalam proses bimbingan tersebut, dia sudah mulai beraksi. Dia berusaha mencari cara agar cepat menyelesaikan proses bimbingannya. Tetapi cara yang dia gunakan adalah cara yang salah. Dia berniat untuk menggoda dosen tersebut dengan cara mengubah nada bicaranya dan membasahi bibirnya dengan air liurnya sendiri. Taktik yang dia gunakan ternyata berhasil dan hasilnya dosen itupun tergoda hingga terjalinlah hubungan yang tak semestinya.

11 Harga Diri “Yang kutahu Cuma satu bahwa Pak Tomo menyediakan dirinya untuk menjadi penghubungku,

menjadi germoku. Tak

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Nidah Kirani kini memiliki memantapkan diri

untuk menjual

bisa bertanggung jawab atas jalan hidup yang ia tempuh.” (Pengakuan kesembilan, halaman 224).

cuma-cuma. Dalam kutipan tersebut Nidah Kirani siap untuk mempertanggung jawabkan atas jalan hidup yang ia pilih.

Sebagai wanita tangguh tak tanggung-tanggung ia siap melayani aktivis-aktivis sayap kiri dan kanan yang menjadi pelanggannya. Dan salah satu dosen kampusnya sebagai

germonya atau yang

bertanggung jawab atas pelayanan Nidah Kirani ke pelanggan.

12 Pemberani “Tak tahan dengan ketertekanan ibu, aku

kirim surat

elektronika ke Amerika.

Memberitahu Mas Rudi dan Mbak Lastri soal ketertekanan ibu dan perilaku kakakku di Wonosari.”

(Pengakuan

kesepuluh, halaman 235).

Kutipan tersebut, menjelaskan situasi keadaan keluarga Nidah Kirani yang dimana dia harus menghadapi kejahatan kakaknya sendiri terhadap ibunya. Dia sudah tidak tahan dengan sikap dan perilaku kakaknya itu.

Hingga dia bertekat untuk meninggalkan rumah dan mencari arah dan tujuan hidupnya sendiri. Tapi tak lupa

di luar negeri. Meski isi surat itu agak kasar tapi itulah isi hati sebenar-benarnya Nidah Kirani.

Dia hanya ingin memberi tahu kondisi keluarganya di kampung Wonosari. Dengan berani Nidah Kirani mengambil keputusan untuk hidup mendiri jauh dari keluarga.

Tabel 2. Hubungan Manusia dengan Sesama

No. Konteks Kutipan Indikator

1 Persahabatan “Saya punya

pengajian yang mengajarkan hal-hal yang demikian.

Kamu mau ikut Kiran?”.

“Tanpa pikir panjang aku langsung

menyanggupi untuk ikut di pengajian itu karena hidupku ingin berubah.”

(Pengakuan kesatu, halaman 26).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa salah seorang temannya mengajak Nidah Kirani untuk ikut pengajian dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Respon mengejutkan dan positif dari Nidah Kirani tanpa pikir panjang langsung menyanggupi ajakan temannya. Tujuan ia menerima ajakan itu untuk mengubah pola pikir dan hidupnya untuk menjadi lebih baik lagi. Tentunya kita tahu,

2 Peduli dengan Sesama

“Mendengar itu aku membenarkan semua kata-kata Rahmi bahwa di kelompok

pengajiannya, hati basah dalam ketentraman.”

(Pengakuan kesatu, halaman 30).

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa selama Nidah Kirani mengikuti pengajian tersebut.

Semua perkataan temannya mengenai isi pengajian tersebut, benar-benar membuat hati Nidah Kirani „basah’, maksud kata hati basah mennurut saya yaitu merasakan ketenangan dan kesejukan hati dalam kelompok pengajian yang diikuti Nidah Kirani. Sedangkan, Rahmi adalah salah satu teman Nidah Kirani yang mengajak ia untuk bergabung dalam kelompok pengajian yang Rahmi sarankan pada kutipan sebelumnya.

3 Sikap Toleransi “Dan Rahmi adalah

orang yang

ranjangnya

berdekatan dengan ranjangku yang kemudian ku tahu bahwa aku memiliki kecocokan

dengannya: dia mau diajak bertukar pandang tentang agama, tentang

Penjelasan pada kutipan tersebut, bahwa Nidah Kirani menyadari temannya yang bernama Rahmi ini memiliki kecocokan dengannya. Sosok teman yang mampu untuk ia ajak bertukar pikiran mengenai agama ataupun saat hati dan

soal hati yang sedang meracau.”

(Pengakuan kesatum halaman 31).

“Aku sadar bahwa aku belum menyamai rekor Rahmi.

“beribadah itu pelan-pelan Kiran,”

katanya suatu hati menasihatiku.”

(Pengakuan kesatu, halaman 31).

Nidah Kirani dan itu mempermudah komunikasi mereka dalam bersikusi.

Sedangkan pada kutipan selanjutnya, menjelaskan suasana hati dan pemikiran Nidah Kirani yang merasa bahwa ia belum bisa menyamai rekor Rahmi dalam beribadah. Ia sanagat ingin seperti sahabatnya itu dalam melakukan segala hal yang menyangkut agama.

Mengetahui pemikiran Nidah Kirani itu, Rahmi lentas menasehati Nidah Kirani dengan nada yang lembuh bahwa dalam beribadah janganlah terburu- buru ingin melakukan segalanya yang penting pahami dengan benar ajaran agama islam.

Respon Nidah Kirani mendengar nasehat temannya itu sangat baik dan demikian mantap dengan kedewasaan pikirannya.

4 Musyawarah “Dahir, gimana

kabarmu. Ada

Penjelasan mengenai kutipan

bahas minggu lalu.”

“Oh ya, ada masalah rupanya.”

“Ya! Pemahaman beragam kita yang keliru. Termasuk kamu barangkali.”

(Pengakuan kesatu, halaman 36).

tak sengaja bertemu dengan Dahir dan menanyakan tentang tugas perkuliahan mereka.

Lantas jawaban Dahir mempertegas pertanyaan Nidah Kirani kalau bukan soal tugas tapi soal Islam yang mereka bahas minggu lalu. Sepertinya ada masalah mengenai Islam menurut Dahir, bahwa pemahaman mereka tentang ajaran Islam ada kekeliruan.

Nidah Kirani merasa bahwa cara beragamanya salah dan mengusik pikirannya.

5 Berbagi Pengetahuan

“Maaf Mas, aku terlambat.”

“Tidak apa-apa Kiran,” katanya kalem dan kulihat wajahnya basah dan air menitik-nitik dari dagunya. Rupanya ia selesai salat.”

(Pengakuan kesatu, halaman 38).

“Iya Mas.”

“Jadi Kiran, keimanan kepada

Kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Nidah Kirani akan bertemau dengan salah seorang yang paham akan ajaran Islam dan bisa menuntunnya untuk beragama secara total. Dalam pertemuan itu sepetinya Nidah Kirani terlambat dan respon orang yang hendak ia temui memakluminya. Ia melihat

ketundukan pada segenap dan seluruh aturan-Nya. Jangan ragukan sedikit pun apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah. Ia maha Tahu.

Ia maha Adil.”

(Pengakuan kesatu.

Halaman 39).

menunaikan salat. Lanjut pada kutiapn selanjutnya, sosok lelaki yang Nidah Kirani panggil dengan sebutan mas itu, sontak menjelaskan perihal yang ingin diketahui dan dipahami oleh Nidah Kirani. Keimanan kepada Allah bukan sekedar bermakna bahwa kita percaya adanya Allah tetapi harus disertai ketundukan dengan segenap hati seluruh aturannya. Yang mana aturan- aturan tersebut berlaku untuk semua umat Islam. Allah maha mengetahui dan mampu membolak-balikkan hati manusia. Maka janganlah kamu Nidah Kirani meragukan apa-apa saja yang telah Allah turunkan sebagai pedoman hidup manusia.

6 Sosialisasi “Aku mengucek- ngucek mata dan bertanya, “Ini di mana?”

“Di tanah Allah, “ jawab seorang ikhwan agak keras.

Aku langsung

Kutipan tersebut, menjelaskan proses Nidah Kirani memantapkan diri untuk berbagung dalam organisasi Daulah Islamiyah yang

“Maksud kamu datang kesini untuk apa?” tanya Mas Sugi dengan gelombang suara teratur dan menatap.

Dan akupun

menjawab standar, bahwa aku ingin berdakwah, aku ingin berjuang menyelamatkan akidah umat Islam dan ikut serta memperjuangkan lahirnya Daulah Islamiyah di Indonesia.”

(Pengakuan kesatu, halaman 49).

mata Nidah Kiranni di tutup oleh kain dan dibawalah ia ke suatu tempat dimana tempat itu disebut tanah diaman Allah. Mendengar hal ini dari salah satu ikhwan mengenai tempat ia berada, sontak membuat Nidah Kirani terdiam kala itu juga. Kemudian, pada kutipan selanjutnya Nidah Kirani di tanyai oleh salah seorang ikhwan yang bernama Sugi dengan maksud untuk memperjelas tujuan Nidah Kirani datang dan ingin bergabung dalam organisasi tersebut. Tanpa pikir panjang, ia pun menjawab dengan nada tegas bahwa ia ingin berdakwa, berjuang menyelamatkan akidah Islam dan ikut serta ikut serta memperjuangkan lahirnya Daulah Islamiyah di Indonesia.

Mendengar pernyataan tersebut, akhirnya Nidah Kirani disumpah dan resmi bergabung dalam

sepanjang itu berkaitan dengan kepentingan Islam dan kerahasiaan perjuangan. Bahkan boleh menipu, mencuri, merampok, menjual barang- barang pribadi, maupun melacur. Ini jihad dan bukan untuk foya-foya.”

(Pengakuan kedua, halaman 62-63).

Jemaah tempat Nidah Kirani sesaat setelah ia dilantik.

Perkataan tustaz itu yang mana kita diperbolehkan melakukan sesuatu yang tidak baik selama itu untuk kepentingan Islam dan kerahasiaan perjuangan dan Nidah Kirani saat itu tidak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah menerima pendapat ustaz tersebut karena ia juga berpikir itu perjuangan mulia. Tapi, bukankah semua pernyataan yang ustaz katakan adalah dosa- dosa yang dibenci Allah.!

Sungguh tidak masuk di nalar Nidah Kirani jika perbuatan dosa dan sebagainya bisa dibenarkan jika menyangkut tentang Islam dan perjuangannya. Dalam ajaran Islam tidak perbuatan dosa yang bisa dibenarkan meski itu demi kebaikan seseorang atau menyangkut keselamatan seseorang. Apalagi semua

Dokumen terkait