• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut berdasarkan prinsip-prinsip analisa data kualitatif. Dalam menganalisa data dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif.

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otomom dan bebas dari hubungannya dengan realita, pengarang, maupun pembaca. Wellek dan Werren dalam Wiyatmi (2006: 87) menyebutkan pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.

Dalam penelitian sebuah karya sastra diperlukan pendekatan, dalam penulisan digunakan pendekatan struktural. Jika penelitian sastra ingin mengetahui nilai moral dalam sebuah karya sastra maka peneliti harus menganalisa aspek yang membangun karya tersebut dan mengubungkan dengan aspek lain sehingga moral dalam yang terkandung dalam sebuah karya sastra mampu dipahami dengan baik. Pendekatan struktural melihat karya sastra sebagai satu kesatuan makna secara keseluruhan.

Menurut Teeuw (1984: 135), pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktural membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsik dalam novel) dan menghubugkan relevansinya antara unsur-unsur di dalamnya.

Tekik analisis data yang diguakan dalam penelitian ini adalah:

a. Peneliti membaca keselurahan novel Tuhan Izinkan Aku Mejadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan secara berulang-ulang yang dijadikan sebagai objek penelitian.

b. Mengidentifikasi bagian-bagian cerita dalam novel yang dijadikan sebagai objek penelitian.

c. Mengidentifikasi setiap data pada kelompok data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Mendeskripsikan (menggambarkan) data-data yang telah diklasifikasi.

e. Menyeleksi data sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebagai hasil penelitian.

41 A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yaitu data yang dihasilkan melalui proses membaca dan memahami apa saja nilai moral dalam novel tersebut yang ingin peneliti ungkapkan. Hasil penelitian adalah pengkajian ulang terhadap validasi hasil penelitian. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai pemikiran asli peneliti untuk memberikan penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisa guna menjawab pertanyaan pada penelitiannya. Hasil penelitian harus disajikan secara jelas dan sistematis agar mudah dibaca dan dipahami. Robert J. Schreiter, 1991 menyatakan bahwa analisa merupakan “membaca” teks, yang melikalisasikan tanda-tanda yang menempatkan tanda-tanda itu dalam interaksi yang dinamis, dan pesan-pesan yang disampaikan. Hasil dan pembahasan dalam sebuah laporan penelitian merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Penulis harus menyajikan secara cermat dan jelas mengenai hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori. Setelah memperoleh hasil penelitian maka hasil itu akan dibahas untuk menemukan fokus permasalahannya.

Dari hasil penjelasan teori diatas mengenai hasil penelitian, maka penelitian ini akan memaparkan novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur”

karya Muhidin M. Dahlan mengenai aspek nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan

Tuhan. Berikut data moral baik dan buruk yang diperoleh dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M. Dahlan.

a. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri Kutipan 1

“Aku merasakan, perjalananku, safari beragamaku akhir-akhir ini benar- benar terasa indah. Terasa teduh. Aku merasa bahwa jalan hidupku benar- benar mendapat limpahan kekuatan langsung dari Allah.” (Pengakuan kesatu, halaman 55).

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa itulah awal mula yang tokoh utama rasakan ketika menempuh jalan awal menjadi muslimah yang sesungguhnya.

Nidah Kirani namanya, ia benar-benar merasakan berbagai limpahan rahmat dari Allah SWT. Ia dibimbing sedemikian rupa agar lebih dekat dan mengenal sebaik- baiknya Islam sebagai pedoman hidup setiap umat manusia. Gambaran di atas jelas menunjukkan si tokoh utama merasakan rasa percaya diri dengan jalan hidup yang ia pilih dan memantapkan diri menjadi wanita muslimah yang seutuhnya. Rasa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Kepercayaan diri adalah sebuah kondisi dimana individu merasa optimis dalam memandang sesuatu dalam hidupnya.

Kutipan 2

“Hari-hariku di pos jemaah kuhabiskan untuk membaca; membaca apa saja yang ada di pos. Majalah, buletin, brosur, buku. Tapi yang paling kusenangi adalah sebuah photocopy dokumen tua tentang sejarah perjuangan umat Islam Indonesia yang disusun oleh Eyang Wirjo.” (Pengakuan kedua, halaman 60).

Kutipan 3

“Sudah sebulan aku menjadi warga baru di Pos. Dan aku merasakan ada suasana aneh yang sama sekali di luar dugaanku. Pandangan awalku, tentu sosok-sosok aktivis Jemaah ini adalah mereka seperti yang selalu dikatakan oleh Nabi: Pada siang harinya mereka seperti singa-singa padang pasir, dan

malamnya seperti rahib yang bermunajat kepada Tuhannya.” (Pengakuan kedua, halaman 61).

Kutipan di atas, bagian kutipan ke 2 menjelaskan rutinitas positif apa yang ia lakukan selama berada di Pos Jemaah. Dapat kita lihat bahwa selama Nidah Kirani berada di Pos tersebut, ia banyak membaca buku guna menambah pengetahuan tentang Islam dan salah satu buku yang ia senangi adalah buku/

dokumen tua berisikan tentang sejarah perjuangan umat Islam Indonesia karya Eyang Wirjo. Sedangkan, pada kutipan ke 3 dapat kita lihat situasi dimana Nidah Kirani sudah sebulan tinggal di Pos Jamaah tersebut. Selama sebulan itu, ia merasakan ada sesuatu yang aneh dan mana itu diluar dugaannya. Pandangan awalnya mengenai sosok-sosok aktivis Jemaah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di Pos Jamaah. Tapi ya, Nidah Kirani akui bahwa shalat mereka selalu berjamaah. Jadi, gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri pada kutipan tersebut ialah rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu adalah suatu rasa atau kehendak yang ada dalam diri manusia yang mendorong atau memotivasi manusia tersebut untuk berkeinginan mengetahui hal-hal yang baru, memperdalam dan memperluas pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku mengorek alamiah, seperti eksplorasi, investigasi dan belajar.

Kutipan 4

“Tapi aku hanya seorang aktivis pemula, yang kerap pikirannya goyah oleh keadaan, terpengaruh juga akhirnya oleh lingkungan yang kurang kondusif untuk ibadah juga berdiskusi yang intens mempertajam wawasan.”

(Pengakuan kedua, halaman 70).

Kutipan 5

“Aku tak ingin layu sebelum tumbuh. Tidak, aku sangat meyakini betapa benarnya ajaran Jemaah yang mencitakan berdirinya negara indonesia yang berqanunkan Islam sebagai syarat tegaknya hukum-hukum Islam.”

(Pengakuan Kedua, halaman 71)

Pada kutipan ke 4 di atas, menjelaskan bahwa Nidah Kirani tidak begitu yakin dengan apa yang hendak ia lakukan. Karena ia merasa dirinya belum cukup atau belum memadai kapasitas seorang aktivis sebagaimana mestinya. Kerap pemikirannya mudah goyah oleh keadaan dan juga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang kondusif. Sedangkan pada kutipan ke 5 di atas, yang dimana Nidah Kirani tak ingin menyerah sebelum berjuang. Ia sangat meyakini bahwa ajaran Islam dalam Jamaah ialah ajaran yang sebenar-benarnya dalam menciptakan negara Indonesia dengan syarat tegaknya hukum-hukum Islam.

Karena di Indonesia penuh dengan toleransi terhadap sesama manusia meski kita berbeda-beda tetapi dimata Allah kita semua sama. Dari kedua kutipan tersebut, gambaran hubungan manusia dengan diri sendiri ialah eksistensi diri. Eksistensi diri memiliki arti „keberadaan‟ menurut KBBI, sedangkan eksistensi diri ini kurang lebih mengartikan keberadaan diri kita atau kalau menurut saya sekarang ini dikenal dengan pengakuan/merasa diakui, terkenal dan keren. Mengapa demikian saya mengatakan kutipan tersebut sebagai bentuk eksistensi diri? Karena jika kita lihat lagi, kutipan ke 4 dan 5 menunjukkan keinginan seorang Nidah Kirani untuk mengemukakan pandangan atau pendapatnya tentang ajaran Islam yang menurut pemahaman dan pemikirannya sendiri guna memperlihatkan bakat yang ia miliki sebagai aktivis pemula.

Kutipan 6

Hari-hari yang kemudian kujalani tak seperti dulu lagi yang demikian bersemangat menyuarakan pentingnya pembentukan Daulah Islamiyah sebagaimana pernah kusuarakan di sebuah seminar di Kampus Matahari Terbit.” (Pengakuan Ketiga, halaman 85).

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa tokoh utama yaitu Nidah Kirani mulai merasa hilang kepercayaan terhadap organisasi Islam yang dia percaya bisa mengantarkannya beragama secara total. Keraguan terus mencul dalam hati dan pikirannya, sampai saat semua pertanyaan yang dia lontarkan tak mendapat jawaban sesuai keinginannya. Putusasa adalah sifat manusia yang mudah menyerah tanpa mau berusaha keluar dari suatu kondisi atau keadaan yang tengah ia hadapi. Sama dengan Nidah kirani, dia terlalu cepat mengambil kesimpulannya sendiri tanpa berkonsultasi dengan sesamanya di dalam organisasi islam.

Kutipan 7

“Aku saja sudah lima tahun tidak selancang kamu.” Dan dalam hati aku menggerutu: “ masak untuk tahu saja butuh waktu lima tahun. Aku heran sekali dalam kondisi tidak tahu, kok masih kuat bertahan.” (Pengakuan ketiga, halaman 86).

Kutipan 8

“Tapi aku kemudian nekad ingin tahu seberapa luas jaringan. Soalnya aku heran sekali, kenapa sih aku tak boleh tahu Jemaah dari golongan yang lain.

Merekakan pecah dan aku ingin tahu mengapa mereka pecah, padahal mereka tahu konsep jemaah, konsep bersatu mendirikan Daulah Islamiyah.”

(Pengakuan ketiga, halaman 88).

Kutipan ke 7 menjelaskan tentang bagaimana kita sebagai salah satu anggota penegang hukum-hukum syariat Islam di Indonesia tetapi tidak mengetahui kiprah pergerakan Jemaah tersebut. Nidah Kirani merasa heran dan sangat tak masuk akal, dalam kondisi tak tahu apapun untuk apa mereka bertahan dalam Jemaah Islam tersebut. Tak etis jika untuk mengetahui pergerakan Islam butuh waktu lima tahun dan bukankah tujuan pembentukan Jemaah tersebut untuk memperluas ajaran Islam sebagaimana mestinya. Sedangkan pada kutipan ke 8 di atas, dimana Nidah Kirani nekat untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai

seberapa luas jaringan organisasi yang ia bangga-banggakan. Karena, ia heran mengapa ia tidak diperbolahkan mengetahui Jemaah dari golongan lain dan ingin mengetahui penyebab perpecahan mereka. Menurutnya walaupun ada perpecahan antara golongan Jemaah, semestinya setiap golongan harus menyelesaikan perpecahan tersebut. Seperti yang Nidah Kirani ketahui bahwa konsep Jemaah adalah konsep bersatu mendirikan Daulah Islamiyah. Oleh karena itu, gambaran yang dapat kita lihat ialah teguh pendirian. Teguh pendirian adalah suatu sikap yang tidak mudah berganti-ganti dalam memberikan pernyataan atau putusan jika hal yang dinyatakan atau diputuskan itu benar. Keteguhan pendirian berdasarkan pada akal sehat, pertimbangan umum.

Kutipan 9

“Dosakah aku? Ujiankah ini? Tapi, ah aku belum bisa menerima kenyataan ini. Bagaimana bisa aku menerima ujian atau mungkin kutukan dari dosa yang tidak kulakukan. Aku merasa tidak berlalu di atas dosa.”

(Pengakuan keempat. Halaman 99).

Kutipan selanjutnya menjelaskan bahwa tokoh utama tidak menerima adanya teguran atau hukuman dari Allah SWT terhadap dirinya. Karena dia merasa tidak melakukan dosa apapun. Nidah Kirani tidak sadar bahwa kita hidup di dunia ini untuk menghadapi segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. Dari kutipan tersebut gambaran sikap dari Nidah Kirani ialah sifat egois. Sifat egois adalah sifat di mana seseorang terlalu mementingkan dirinya sendiri dan merasa bahwa dirinya paling benar. sifat ini juga salah satu sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Sikap keras kepala Nidah Kirani membuat ia menjadi egois yang menjadi sifat mutlak setiap manusia.

Kutipan 10

“Kucoba terus bertahan menyeyapkan diri dalam kamar. Sebentar-sebentar bangun, rebahan lagi, duduk bersedekapan lutut, lalu jatuh lagi di pembaringan yang membuat badanku sakit-sakitan.” (Pengakuan keempat, halaman 102).

Kutipan 10 di atas, menjelaskan keadaan Nidah Kirani yang mencoba bertahan di dalam Pos Jemaah meski sebenarnya ia sudah tak begitu mencintai organisasi Islamiyah tersebut. Semua yang ia lakukan terasa sia-sia, sampai bentuk pertahanan yang ia lakukan justru membuat badannya sakit-sakitan. Ia merasa sudah tidak ada alasan untuknnya menyuarakan Daulah Islamiyah.

Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri dalam kutipan di atas ialah sifat jenuh. Jenuh adalah sifat bosan dan kadang hal ini membuat sebagian orang menjadi malas dan mager (malas gerak), marah-marah tanpa sebab dan akhirnya dia bingung dengan dirinya sendiri. Kejenuhan yang di alami Nidah Kirani dapat kita lihat dengan upaya mempertahankan dirinya tetap ada dalam Pos Jemaah tersebut.

Kutipan 11

“Darah itu tak tumpah karena telah habis dirampas oleh hatiku yang terluka. Imanku telah dilukai. Nalarku telah dilukai. Kini laki-laki itu diutus oleh penguasa kegelapan untuk melukai keperempuananku.” (Pengakuan kelima, halaman 131).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa, iman tokoh utama telah hancur karena ulahnya sendiri. Kehancurannya disebabkan oleh seorang lelaki yang ia cintai. Dia terhanyut oleh kebaikan lelaki tersebut tanpa ia menyadari resiko yang akan ia hadapi. Kini jatidirinya sebagai wanita muslimah telah hancur dan dia bahkan menyalakan Allah SWT sebagai penyebabnya. Bahkan pikiran sehatnya pun ia hancurkan sendiri. Kekecewa yang ia alami adalah salah satu cobaan yang

dimana dia harus bisa melewatinya karera itu adalah hukum alam dan tidak satu manusia pun yang bisa menghindar dari cobaan dalam menjalankan hidup.

Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ialah patah hati.

Patah hati menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta. Sakit yang dirasakan Nidah Kirani ini adalah sakit karena pengkianatan cinta atau putus hubungan dengan seorang lelaki yang bernama Daarul.

Kutipan 12

“Ah, maut itu sudah lewat. Dan sebelum turun melenggang menuju hunian, kuterawang kembali mataku ke belakang. Tergelarlah pemandangan yang menakjubkan.” (Pengakuan keenam, halaman 165).

Kutiapn 12 di atas, menceritakan tentang Nidah Kirani yang baru saja lolos dari maut akibat tersesat di dalam hutan yang dikelilingi oleh tebing yang curam dan berbahaya. Itu adalah pengalaman pertama Nidah Kirani dalam berpetualang di alam bebas. Dia bersyukur dapat bebas dari marabahaya. Selepas ia keluar dari hutan, sebelum ia beranjak menuju huniannya, ia membuka lebar matanya melihat kebelakang. Tergelarlah pemandangan alam yang menakjubkan dan menyejukkan hati. Sangat disayangkan, alam yang indah dan mempesona itu terlalu jauh dan berbahaya. Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ialah takjub. Takjub atau kagum adalah ekspresi ketika melihat yang hebat, keindahan, keelokan seseorang atau sesuatu.

Kutipan 13

“Aku membentak dalam hati, iblis ini dosen. Mentang-mentang ia memiliki kekuasaan atasku, ia seenaknya mengusik dan mengusirku. Baik, kalau tidak bisa dihadapi secara formal lewat prosedur resmi selayaknya mahasiswa berhubungan dengan dosennya, akan kujalankan prosedurku sendiri. Akan

kutaklukkan engkau Pak Tomo dengan cara seorang Nidah Kirani.”

(Pengakuan kesembilan, halaman 213).

Kutipan 14

“Kesempatan ini tidak boleh kusia-siakan kalau tak ingin bimbingan skripsi ini terlunta lebih lama. maka kukelarkan segenap-genap bahanku untuk terus memancing perbincangan dengannya dengan senyum dan lidah yang kukulum-kulum dibibir.” (Pengakuan kesembilan, halaman 214).

Kutipan ke 13 di atas, menceritakan tentang Nidah Kirani yang sedang melaksanakan proses bimbingan skripsi untuk mata kuliah terakhirnya. Selama proses bimbingan, ia beberapa kali diusik dan diusir oleh pembimbingnya.

Sampailah pada titik kekesalan ia terhadap dosen tersebut, ia memutuskan untuk menggunakan caranya sendiri dalam menyelesaikan bimbingan skripsinya.

Bahkan ia berusaha untuk menaklukkan dosen itu. Pada kutipan ke 14 di atas, menjelaskan bahwa, Nidah Kirani masih menjalankan proses bimbingan skripsi dengan dosen pembibingnya. Dalam proses bimbingan tersebut, dia sudah mulai beraksi. Dia berusaha mencari cara agar cepat menyelesaikan proses bimbingannya. Tetapi cara yang dia gunakan adalah cara yang salah. Dia berniat untuk menggoda dosen tersebut dengan cara mengubah nada bicaranya dan membasahi bibirnya dengan air liurnya sendiri. Taktik yang dia gunakan ternyata berhasil dan hasilnya dosen itupun tergoda hingga terjalinlah hubungan yang tak semestinya. Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ialah pantang menyerah. Pantang penyerah adalah sikap yang tidak mudah putusasa dalam melakukan segala hal dan sikap pantang menyerah ini selalu dibarengi dengan perasaan yang optimis dan mudah untuk bangkit dari keterpurukan. Sikap itulah yang Nidah Kirani coba tunjukkan dalam kutipan 13 dan 14 meski cara dalam menyelesaikan masalahnya menggunakan cara yang salah.

Kutipan 15

“Yang kutahu Cuma satu bahwa Pak Tomo menyediakan dirinya untuk menjadi penghubungku, menjadi germoku. Tak peduli apa latar belakangnya.

Itu urusan dia sendiri. Sebab manusia harus bisa bertanggung jawab atas jalan hidup yang ia tempuh.” (Pengakuan kesembilan, halaman 224).

Kutipan 15 di atas, menjelaskan bahwa Nidah Kirani kini memiliki memantapkan diri untuk menjual keperempuanannya tidak secara gratis. Seperti lelaki yang pernah mencicipi tubuhnya secara cuma-cuma. Dalam kutipan tersebut Nidah Kirani siap untuk mempertanggung jawabkan atas jalan hidup yang ia pilih.

Sebagai wanita tangguh tak tanggung-tanggung ia siap melayani aktivis-aktivis sayap kiri dan kanan yang menjadi pelanggannya. Dan salah satu dosen kampusnya sebagai germonya atau yang bertanggung jawab atas pelayanan Nidah Kirani ke pelanggan. Gambaran sikap nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ialah harga diri. Harga diri penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Misalnya, manusia dengan perhargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik. Dalam kutipan di atas, nilai harga diri pada tokoh utama tidaklah baik. Seperti yang kita ketahui, bahwa derajat wanita sangatlah mulia di mata Allah SWT.

Kutipan 16

“Tak tahan dengan ketertekanan ibu, aku kirim surat elektronika ke Amerika. Memberitahu Mas Rudi dan Mbak Lastri soal ketertekanan ibu dan perilaku kakakku di Wonosari.” (Pengakuan kesepuluh, halaman 235).

Kutipan di atas menjelaskan situasi keadaan keluarga Nidah Kirani yang dimana dia harus menghadapi kejahatan kakaknya sendiri terhadap ibunya. Dia sudah tidak tahan dengan sikap dan perilaku kakaknya itu. Hingga dia bertekat untuk meninggalkan rumah dan mencari arah dan tujuan hidupnya sendiri. Tapi

tak lupa juga, dia menyempatkan diri untuk menulis surat untuk kakaknya yang lain yang berada di luar negeri. Meski isi surat itu agak kasar tapi itulah isi hati sebenar-benarnya Nidah Kirani. Dia hanya ingin memberi tahu kondisi keluarganya di kampung Wonosari. Dengan berani Nidah Kirani mengambil keputusan untuk hidup mendiri jauh dari keluarga. Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri ialah pemberani. Berani menurut KBBI iyalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Sikap itulah yang ditunjukkan Nidah Kirani dalam kutipan di atas.

b. Hubungan Manusia dengan Sesama Kutipan 17

“Saya punya pengajian yang mengajarkan hal-hal yang demikian. Kamu mau ikut Kiran?”.

“Tanpa pikir panjang aku langsung menyanggupi untuk ikut di pengajian itu karena hidupku ingin berubah.” (Pengakuan kesatu, halaman 26).

Kutipan 17 di atas, menjelaskan bahwa salah seorang temannya mengajak Nidah Kirani untuk ikut pengajian dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Respon mengejutkan dan positif dari Nidah Kirani tanpa pikir panjang langsung menyanggupi ajakan temannya. Tujuan ia menerima ajakan itu untuk mengubah pola pikir dan hidupnya untuk menjadi lebih baik lagi. Tentunya kita tahu, bahwa sahabat yang baik adalah sahabat yang senang tiasa mengajak kita pada kebaikan.

Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan sesama ialah persahabatan.

Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian

ini, istilah persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, afeksasi dan perasaan.

Kutipan 18

“Mendengar itu aku membenarkan semua kata-kata Rahmi bahwa di kelompok pengajiannya, hati basah dalam ketentraman.” (Pengakuan kesatu, halaman 30).

Kutipan 18 menjelaskan bahwa selama Nidah Kirani mengikuti pengajian tersebut. Semua perkataan temannya mengenai isi pengajian tersebut, benar-benar membuat hati Nidah Kirani „basah’, maksud kata hati basah mennurut saya yaitu merasakan ketenangan dan kesejukan hati dalam kelompok pengajian yang diikuti Nidah Kirani. Sedangkan, Rahmi adalah salah satu teman Nidah Kirani yang mengajak ia untuk bergabung dalam kelompok pengajian yang Rahmi sarankan pada kutipan sebelumnya. Gambaran nilai moral hubungan manusia dengan sesama ialah peduli dengan sesama. Bagaimana kita peduli dengan sesama?

Islam mengajarkan bagaimana bersikap adil baik kepada manusia ataupun binatang. Hal ini karena, pada dasarnya kita sebagai makhluk ciptaan Allah memilki hak yang sama yaitu hak untuk hidup. Peduli dengan sesama adalah memperhatikan dan memahami sesama manusia. Peduli terhadap sesama adalah hal manusiawi yang kini menjadi sikap langka yang haruslah dilestarikan.

Kutipan 19

“Dan Rahmi adalah orang yang ranjangnya berdekatan dengan ranjangku yang kemudian ku tahu bahwa aku memiliki kecocokan dengannya: dia mau diajak bertukar pandang tentang agama, tentang suasana hati yang galau, tentang apa saja yang menyangkut soal-soal hati yang sedang meracau.”

(Pengakuan kesatum halaman 31).

Kutipan 20

“Aku sadar bahwa aku belum menyamai rekor Rahmi. “beribadah itu pelan- pelan Kiran,” katanya suatu hati menasihatiku.” (Pengakuan kesatu, halaman 31).

Dokumen terkait