9.1. Nilai Tukar Mata Uang
Salah satu ciri khas perekonomian terbuka adalah perdagangan internasional, yaitu perdagangan yang berlangsung antara dua negara dengan mata uang yang berbeda. Ada dua jenis nilai tukar mata uang, nilai tukar nominal dan nilai tukar ril. Nilai tukar nominal adalah harga relatip dua mata uang, misalnya USD 1 = Rp 15 000,- atau Rp 1 = USD 0.000067. Nilai tukar mata uang ril merupakan harga relatip barang-barang di dua negara (sering juga disebut sebagai terms of trade).
Hubungan antara nilai tukar nominal dan nilai tukar ril dapat dijelaskan dengan ilustrasi berikut:
Harga sebuah mobil di Amerika Serikat USD 10.000 dan mobil yang sama berharga 2.400.000 Yen di Jepang. Jika Ұ 120 = US$ 1, maka harga mobil AS di Jepang semestinya adalah 1.200.000 Yen.
Dengan demikian, harga mobil di Jepang dua kali harga mobil di AS.
Dari informasi ini, maka:
Nilai tukar ril = (120
Yen
Dollar)x (10 000 Dollar
mobil di AS) (2 400 000 Yen
mobil di Jepang)
atau
= 0,5 mobil Jepang/mobil AS
Nilai tukar ril = nilai tukar nominal x harga domestik harga luar negeri
Nilai tukar ril = nilai tukar nominal x rasio tingkat harga ε = e x (P/P*)
Dari persamaan ini, jika nilai tukar ril (ε) tinggi, maka harga barang domestik relatip mahal dan harga barang impor relatip murah. Hal ini akan mengakibatkan impor naik dan ekspor
turun sehingga ekspor neto turun1. Sebaliknya, jika ε rendah, maka harga barang domestik relatip murah di luar negeri dan harga barang impor relatip mahal yang mengakibatkan impor turun dan ekspor naik sehingga ekspor neto naik. Hubungan antara neto ekspor dan nilai tukar ril (ε) ditunjukkan oleh gambar 9.1.
Gambar 9.1. Hubungan Ekspor Neto dan Nilai Tukar Ril
9.2. Determinan Nilai Tukar Ril
Nilai tukar ril ditentukan dua kekuatan: pertama, nilai tukar ril berkaitan dengan ekspor neto. Jika nilai tukar ril turun,
1 Misalkan US$ 1 = Rp 15.000 (Rp 1 = USD 0,000067). Jika nilai tukar berubah menjadi US$ 1 = Rp 10.000 (Rp 1 = USD 0,0001) berarti nilai tukar rupiah naik (Rupiah mengalami apresiasi). Jika harga sepatu yang diekspor Indonesia Rp 150.000, itu sama dengan US$ 10 per pasang, tetapi setelah apresiasi Rupiah harga sepatu menjadi US$ 15. Harga di luar negeri naik dari US$ 10 menjadi US$
15. Harga yang naik akan mengakibatkan permintaan luar negeri turun (ekspor Indonesia turun). Sebaliknya, jika Indonesia mengimpor handphone seharga US$
100, maka handphone di Indonesia mengalami penurunan harga dari Rp 1.500.000,- menjadi Rp 1.000.000. Harga yang turun akan mengakibatkan
maka harga barang domestik akan turun di luar negeri sehingga ekspor naik dan ekspor neto meningkat. Kedua, keseimbangan perdagangan yaitu NX = S – I. S bersifat tetap tergantung pada fungsi konsumsi dan kebijakan fiskal. I juga bersifat tetap tergantung pada fungsi investasi dan tingkat bunga dunia.
Bagaimana kedua faktor ini menentukan nilai tukar ril ditunjukkan oleh gambar 9.2.
Gambar 9.2 Penentuan Nilai Tukar Ril
9.3. Pengaruh Kebijakan Terhadap Nilai Tukar Ril
9.3.1. Kebijakan Fiskal Domestik
Kebijakan fiskal ekspansioner di dalam negeri (G naik atau T turun) akan mengakibatkan tabungan (S) turun. Jika S turun maka (S-I) akan semakin kecil yang mengakibatkan pergeseran kurva (S-I) ke kiri. Pergeseran S kekiri akan mengakibatkan nilai tukar ril naik dengan efek lanjutannya ekspor turun dan impor naik sehingga ekspor neto turun (defisit dalam neraca perdagangan). Uraian grafis ditunjukkan oleh gambar 9.3.
Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraktif di dalam negeri akan
memberi hasil sebaliknya, yaitu surplus dalam neraca perdagangan.
Gambar 9.3 Pengaruh Kebijakan Fiskal Ekspansioner Terhadap Nilai Tukar Ril
Sumber: Mankiw (2022). Macroeconomic, Eleventh Edition. McMillan.
Keterangan Gambar: 1. Kebijakan fiskal ekspansif akan bermuara pada penurunan tabungan dan penawaran uang, nilai uang domestik meningkat, 2. nilai tukar ril naik atau terjadi apresiasi mata uang domestik sehingga, 3. harga barang ekspor di luar negeri naik dan mengakibatkan ekspor turun sehingga ekspor neto semakin kecil.
9.3.2. Kebijakan Fiskal Luar Negeri
Kebijakan fiskal ekspansioner luar negeri akan mengakibatkan tabungan dunia turun sehingga suku bunga internasional (r*) naik. Hal ini akan mengakibatkan I domestik turun sehingga (S-I) lebih besar, yang digambarkan dengan pergeseran kurva (S-I) ke kanan. Pergeseran ini mengakibatkan nilai tukar ril turun. Nilai tukar yang turun akan mengakibatkan harga barang domestik di luar negeri relatip lebih murah dan
harga barang impor relatip lebih mahal. Ekspor naik dan impor turun akan meningkatkan ekspor neto (surplus dalam neraca perdagangan). Uraian grafis dapat dilihat pada gambar 9.4.
Sebaliknya, jika negara besar menjalankan kebijakan fiskal kontraktif, hasilnya adalah negara kecil akan mengalami defisit dalam neraca perdagangannya.
Gambar 9.4 Pengaruh Kebijakan Fiskal Ekspansioner Luar Negeri Terhadap Nilai Tukar Ril
Sumber: Mankiw (2022). Macroeconomic, Eleventh Edition. McMillan.
Keterangan Gambar: 1. Kebijakan fiskal negara besar yang ekspansif akan mengakibatkan tabungan dunia turun, sehingga penawaran uang global yang akan mendorong naiknya suku bunga internasional. Suku bunga internasional yang tinggi akan mengakibatkan capital outflow sehingga suku bunga domestik negara kecil akan terkerek naik hingga sama dengan suku bunga internasional dan ini menurunkan minat investasi. 2.
Pelarian modal mengakibatkan nilai tukar mata uang domestik turun (depresiasi mata uang domestik), sehingga harga produk
ekspor di luar negeri turun dan 3. Ekspor naik dan nilai ekspor neto meningkat.
9.3.3. Kebijakan Perdagangan
Kebijakan perdagangan pada dasarnya berupa proteksi perdagangan, yaitu menekan impor pada setiap tingkatan nilai tukar. Jika impor dikurangi, maka ekspor neto akan naik yang digambarkan dalam pergeseran kurva NX(ε) ke kanan. Sementara itu, (S-I) tidak berubah, sehingga hasil pergeseran NX(ε) adalah kenaikan nilai tukar ril. Kenaikan nilai tukar ril akan menurunkan ekspor, sehingga turunnya impor diikuti dengan turunnya ekspor hal ini tidak menimbulkan perubahan pada ekspor neto (NX).
Uraian grafis ditunjukkan pada gambar 9.5. Kesimpulannya adalah proteksi perdagangan tidak meningkatkan/tidak mempengaruhi neraca perdagangan.
Gambar 9.5 Pengaruh Kebijakan Perdagangan Terhadap Nilai Tukar Ril
Sumber: Mankiw (2022). Macroeconomic, Eleventh Edition. McMillan.
Keterangan Gambar: 1. Pada mulanya, kebijakan perdagangan yang merintangi impor, akan meningkatkan ekspor neto. 2. Ekspor yang meningkat akan meningkatkan permintaan mata uang domestik sehingga nilai tukar naik (apresiasi mata uang domestik), akibatnya harga impor menjadi lebih murah (impor naik) dan harga ekspor menjadi lebih mahal (ekspor turun), sehingga, 3. Pada akhirnya ekspor neto tidak berubah karena ekspor yang naik diikuti oleh impor yang naik juga.