• Tidak ada hasil yang ditemukan

UA masalah pokok dalam ekonomi makro adalah pengangguran dan inflasi. Kedua masalah ini selalu menjadi topik hangat dalam perdebatan politik dan merupakan sasaran yang harus diatasi oleh kebijakan ekonomi, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter.

13.1. Definisi Pengangguran

Seseorang yang sudah dapat digolongkan ke dalam angkatan kerja dikatakan menganggur, apabila ia secara aktip sedag mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi ia tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Definisi ini dapat diperjelas dengan “pool pengangguran” pada gambar 13.1 berikut.

Gambar 13.1 Pool Pengangguran

Dalam membicarakan pengangguran, jumlah absolut penganggur tidak terlalu penting. Tetapi tingkat pengangguran yang menjadi perhatian. Tingkat pengangguran dapat diukur sebagai berikut:

Tingkat pengangguran = Jumlah Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja x 100%

Dengan demikian, untuk mengetahui tingkat pengangguran harus tersedia data mengenai, (i) jumlah pengangguran dan (ii) jumlah angkatan kerja.

D

13.2. Mengukur Jumlah Pengangguran dan Jumlah Angkatan Kerja

Pengangguran dan angkatan kerja diukur melalui survei terhadap ribuan rumah tangga secara berkala per bulan, per triwulan atau per semester (jumlahnya tetap, tetapi sampel berubah). BPS melakukan survei angkatan kerja nasional (SAKERNAS) per semester (Februari dan Agustus), untuk Februari 2019 misalnya, SAKERNAS melibatkan 75 ribu rumah tangga di Indonesia. Oleh BPS, kedalam angkatan kerja adalah semua penduduk berusia diatas 15 tahun, kecuali:

▪ Ibu rumah tangga yang lebih suka mengurus keluarganya daripada bekerja.

▪ Penduduk muda dalam kelompok umur diatas 15 tahun yang masih menjalani pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi.

▪ Pensiunan.

▪ Orang yang belum mencapai usia pensiun tetapi sudah memilih untuk pensiun dan tidak mau bekerja lagi.

▪ Pengangguran sukarela, yaitu kelompok penduduk dalam usia kerja yang tidak secara aktip mencari pekerjaan.

Pengangguran adalah angkatan kerja dengan kriteria sebagai berikut:

▪ Selama empat minggu hingga hari survei tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.

▪ Sudah diterima bekerja, tetapi baru mulai bekerja empat minggu yang akan datang.

▪ Diberhentikan sementara dari pekerjaan (dirumahkan) dan akan mulai lagi bekerja ditempat pekerjaannya yang lama empat minggu yang akan datang.

Dari “pool pengangguran” gambar 13.1 terlihat bahwa pengangguran merupakan konsep yang dinamis. Jika jumlah pengangguran (pencari kerja adalah U, maka yang akan memperoleh pekerjaan hanya sebahagian dari U, misalnya fU.

Sementara itu, jika jumlah yang bekerja adalah E, maka sebahagian dari E ini akan kehilangan pekerjaan, misalnya lE.

Dengan demikian f adalah proporsi pengangguran yang memperoleh pekerjaan dan l proporsi pekerja yang kehilangan pekerjaan.

Apabila angkatan kerja (labor force) adalah L, maka L = E + U

atau E = L – U

Perubahan jumlah pengangguran (ΔU) berasal dari: (i) pertambahan pengangguran karena adanya pekerja yang kehilangan pekerjaan dan (ii) pengurangan junlah penganggur karena adanya penganggur yang mendapat pekerjaan baru:

ΔU = lE – fU ΔU = l(L-U) – fU ΔU = lL – (l+f) U

Apabila jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan sama besarnya dengan jumlah pengangguran yang mendapatkan pekerjaan baru, maka jumlah pengangguran konstan (ΔU = 0).

Tingkat pengangguran yang konstan (jumlah pengangguran tidak berubah) disebut sebagai tingkat pengangguran alamiah. Apabila ΔU = 0, maka

lL – (l+f) U = 0 lL = (l+f) U

U L = 𝑙

𝑙+𝑓 U

L adalah tingkat pengangguran.

Dengan demikian, tingkat pengangguran alamih tergantung pada proporsi pekerja yang kehilangan pekerjaan (l) dan proporsi penganggur yang mendapatkan pekerjaan (f).

13.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pekerja Kehilangan Pekerjaan dan Penganggur Memperoleh Pekerjaan (l dan f )

Faktor-faktor yang mempengaruhi l (proporsi pekerja kehilangan pekerjaan), meliputi:

▪ Perubahan Teknologi. Perubahan teknologi akan mengurangi permintaan terhadap ketrampilan tertentu dan meningkatkan permintaan terhadap ketrampilan lain. Semakin cepat teknologi berubah, semakin besar nilai l.

▪ Perubahan Daya Saing Internasional. Munculnya negara industri baru (NIC) tahun 1980-an (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura), telah menimbulkan persaingan yang keras di pasar elektronik di Amerika Serikat dan Eropah Barat. Pada akhirnya, barang-barang elektronik seperti televisi, AC dan kulkas diproduksi di Asia. Hal ini mengurangi permintaan tenaga kerja dibidang produksi di Amerika Serikat dan Eropah, tetapi meningkatkan permintaan tenaga kerja dibidang import barang-barang elektronik seperti: pengapalan, transportasi, asuransi, pembiayaan, distributor, eceran dan service (layanan purna jual).

▪ Efek Regional. Perubahan teknologi dan perubahan daya saing internasional mengakibatkan efek regional yang besar, karena industri sering terkonsentrasi di suatu wilayah. Dari contoh (i) dan (ii) dalam konteks siklus bisnis, booming dialami oleh NIC, yang berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja, sementara di Amerika Serikat dan Eropah Barat, permintaan tenaga kerja dibidang elektronik (TV) turun.

▪ Siklus Bisnis. Perekonomian mengalami siklus: booming, resesi dan pemulihan. Secara umum, permintaan tenaga kerja akan meningkat pada masa booming ekonomi dan permintaan tenaga kerja akan menurun pada masa resesi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi f (proporsi pengangguran mendapatkan pekerjaan baru) meliputi:

▪ Manfaat Pengangguran (Asuransi Pengangguran). Nilai f (proporsi pengangguran mendapatkan pekerjaan baru) akan semakin rendah apabila semakin tinggi nilai asuransi pengangguran secara relatip (dalam bentuk prosentase terhadap upah) dan semakin lama asuransi dibayarkan.

▪ Upah Minimum. Untuk sekelompok pekerja, upah minimum tidak menjadi masalah, karena mereka dibayar diatas upah minimum. Tetapi bagi pekerja tanpa ketrampilan khusus, upah minimum akan mengurangi permintaan terhadap tenaga kerja kelompok ini, karena keseimbangan pasar berada dibawah upah minimum. Sebagai contoh, apabila ada ketentuan upah minimum bagi asisten rumah tangga, maka akan banyak ibu rumah tangga yang memilih mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangga dan memberhentikan asisten rumah tangga yang sebelumnya membantunya.

▪ Tingkat Ketidaksesuaian Struktural Antara Pengangguran dan Pekerjaan yang Tersedia. Diiklan-iklan lowongan kerja, dapat diamati bahwa banyak perusahaan membutuhkan tenaga kerja dan cukup lama tidak mendapatkannya. Sebaliknya banyak pengangguran cukup lama mencari pekerjaan tetapi tidak mendapatkannya. Hal ini terjadi karena tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia.

Kertidaksesuaian ini dapat terjadi dari sisi keahlian (yang dibutuhkan tenaga kerja bidang teknik sipil tetapi pencari kerja berkeahlian ilmu manajemen). Ketidaksesuaian juga dapat terjadi dari sisi lokasi geografis, misalnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Poso membutuhkan tenaga kerja dibidang teknik, dan ada tenaga kerja yang menganggur pada bidang itu tetapi bertempat tinggal di Porsea (Sumatera Utara) bersama keluarganya.

13.4. Kebijakan Mengatasi Pengangguran

Secara matematis, tingkat pengangguran dirumuskan sebagai berikut:

U L = 𝑙

𝑙+𝑓

Pengangguran dapat dikurangi dengan:

▪ Memperkecil 𝑙 dengan cara mengurangi pajak keuntungan perusahaan, sehingga perusahaan dapat membiayai pengembangan teknologi dan meningkatkan daya saing.

▪ Meningkatkan 𝑓 dengan cara menambah anggaran untuk kursus-kursus dan pendidikan vokasi.

13.5. Hubungan Antara Pendapatan Nasional dan Pengangguran

Ada hubungan yang erat antara prosentase tingkat pengangguran dan jurang GNP (gap GNP, yaitu selisih antara GNP yang dicapai dan GNP potensial atau GNP dalam kondisi full employment). Hubungan ini dibuktikan oleh Arthur Okun dengan rumusan yang dikenal sebagai Okun’s Law, yaitu: “apabila GNP ril berada dibawah trend jangka panjang, maka pengangguran akan meningkat. Sebaliknya, bila GNP ril berada diatas trend jangka panjang, pengangguran akan berkurang”.

Hukum Okun dijelaskan oleh gambar 13.2.

Gambar 13.2. Hukum Okun (Pendekatan Grafis)

Pada gambar 13.2 terlihat bahwa pada tahun 1977, GNP ril Amerika Serikat persis sama dengan trend jangka panjang. Pada tahun itu, tingkat pengangguran sebesar 6,5 %. Oleh karena itu, di Amerika Serikat berlaku bahwa pengangguran alamiah adalah 6,5 % atau partisipasi kerja sebesar 93,5 % dianggap sebagai situasi full-employment.

13.6. Pengangguran, Angkatan Kerja dan Penawaran Tenaga Kerja

Pada gambar 13.3 disajikan kurva angkatan kerja (LF) yang menunjukkan angkatan kerja pada tiap tingkat upah ril dan penawaran tenaga kerja (LS). Jarak horizontal antara LS dan LF menunjukkan jumlah pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Gabungan dari kedua pengangguran ini disebut pengangguran alamiah. Pengangguran friksional adalah tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan yang sesuai dari segi keahlian dan tingkat upah. Kedalam kategori ini termasuk: orang yang baru masuk kelompok angkatan kerja (karena itu pengangguran friksional disebut juga search unemployment),

orang yang berhenti bekerja untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai, orang yang memutuskan untuk tidak bekerja, lalu kembali ingin bekerja (kebanyakan ibu rumah tangga). Pengangguran struktural merupakan situasi dimana pencari pekerjaan tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan lowongan kerja yang tersedia.

Gambar 13.3. Pengangguran, Angkatan Kerja dan Penawaran Tenaga Kerja

Gambar 13.3 menunjukkan, pada tingkat upah $ 300,- /minggu garis AB merupakan jumlah pengangguran. Pada tingkat upah dimaksud jumlah angkatan kerja 126 juta orang, sedang jumlah yang bersedia bekerja ada 120 juta orang. Dengan demikian, jumlah pengangguran (orang yang tidak bersedia bekerja dengan upah $ 300,-/minggu atau orang yang tidak layak dibayar $ 300,-/minggu) berjumlah 6 juta orang (garis AB).

Jarak vertikal antara LS dan LF menunjukkan:

▪ Nilai kesediaan orang terakhir untuk menerima pekerjaan (garis AC). Jika upah turun dibawah $ 300,-/minggu, maka orang ke-120 juta akan bersedia bekerja pada tingkat upah $

240,-/minggu sambil menunggu pekerjaan lain dengan upah $ 300,-/minggu.

▪ Nilai kesediaan orang terakhir untuk menerima pekerjaan yang pertama (garis BD). Orang ke-126 juta baru tertarik untuk bekerja, apabila upah $ 360,-/minggu.

13.7. Angkatan Kerja, Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Situasi di pasar tenaga kerja ditunjukkan oleh gambar 13.4.

Kesetimbangan pasar tercapai pada tingkat upah $ 300,-/minggu dengan jumlah permintaan tenaga kerja sama dengan jumlah penawaran yaitu 120 juta orang. Apabila upah meningkat menjadi

$ 360,-/minggu (akibat tuntutan kenaikan upah sebesar 20 %), maka jumlah pengangguran 20 juta orang yang terdiri atas pengangguran siklikal sebanyak 15 juta orang (kelebihan penawaran) dan pengangguran alamiah 5 juta orang (jarak antara kurva angkatan kerja dan kurva penawaran tenaga kerja, sama seperti garis AB pada gambar 13.3).

Gambar 13.4. Angkatan Kerja, Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja