ARI sudut ilmu ekonomi, uang didefinisikaan sebagai stok aset yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk melakukan transaksi. Berdasarkan batasan ini, maka jenis-jenis uang meliputi: (i) uang kertas dan uang logam yang ada dalam peredaran (disebut uang giral), (ii) rekening giro di bank dan deposito yang dapat segera dicairkan apabila dibutuhkan (disebut uang giral), (iii) deposito berjangka dan (iv) saham dan surat-surat berharga lainnya. Jenis uang (iii) dan (iv) disebut aset, yang tidak serta merta dapat dicairkan. Gabungan dari uang kartal dan uang giral dalam konteks ekonomi disebut M1 yang dicirikan oleh likuiditas yang tinggi. Selanjutnya, penjumlahan M1 dengan aset disebut M2 (uang dalam arti luas).
Dalam pembahasan ekonomi makro, perhatian lebih terpusat pada M1, karena M1 lah yang mempengaruhi aktivitas perekonomian secara langsung.
Sebagai alat tukar (medium of transaction) hanya salah satu fungsi uang. Fungsi lainnya meliputi (i) satuan nilai (measure of value). Produk nasional akan lebih mudah diukur dalam satuan moneter (triliun Rupiah) daripada dalam unit jumlah berbagai produk (barang dan jasa), (ii) penyimpan nilai (store of value), yang dapat digunakan untuk alat tukar pada transaksi jangka panjang dan untuk spekulasi.
14.1. Teori Kuantitas Uang
Seseorang memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Semakin banyak uang dibutuhkan untuk transaksi, semakin banyak uang dipegang. Hubungan antara jumlah transaksi dan jumlah uang digambarkan oleh persamaan jumlah (quantity equation). Persamaan ini dirumuskan sebagai:
Money x Velocity = Price x Transaction M x V = P x T
D
Sisi kanan dari persamaan diuraikan sebagai berikut: T menunjukkan frekuensi penukaran barang dan jasa untuk uang dan P menunjukkan harga (nilai uang ditukarkan untuk barang dan jasa). Dengan demikian, PT sama dengan frekuensi penggunaan uang dalam setahun.
Sedangkan pada sisi kiri persamaan, M adalah jumlah uang dan V disebut laju transaksi uang dalam sirkulasi ekonomi.
Dengan demikian, V menunjukkan frekuensi uang bertukar tangan pada periode tertentu. Sebagai contoh hipotesis, apabila dalam perekonomian ada 60 potong roti yang dihasilkan per tahun dengan harga jual $ 0,50/ potong, maka PT adalah $ 0,50 dikali 60 potong roti/ tahun yang sama dengan $ 30 per tahun. Jika jumlah uang hanya $ 10, maka laju transaksi uang (frekuensi uang berpindah tangan dalam setahun) adalah 3 kali. Karena sesuai persamaan jumlah, V = PT
M = $ 30/ tahun
$ 10 .
Persamaan jumlah uang merupakan identitas. Artinya, jika satu variabel berubah maka satu atau beberapa variabel lain akan berubah.
Dalam analisis, transaksi (T) dalam contoh diatas yang merupakan jumlah roti, diukur dari total produksi (total output) perekonomian (Y). Oleh karena itu, persamaan dapat ditulis menjadi:
Money x Velocity = Price x Output M x V = P x Y
dimana Y merupakan total output atau total pendapatan.
Berdasarkan teori kuantitas uang, mazhab klasik menjelaskan hubungan uang dan inflasi. Menurut pandangan klasik, permintaan uang oleh masyarakat adalah jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat dan perusahaan dengan tujuan untuk digunakan dalam transaksi membeli barang dan jasa. Dari persamaan identitas MV = PY, perubahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Δ M M + ΔV
V = ΔP
P + 𝛥𝑌
𝑌
Aliran klasik berpendapat bahwa perekonomian berada dalam kesetimbangan, dimana full employment tercapai (tidak ada pengangguran), dengan demikian Y adalah konstan, sehingga
ΔY Y = 0
Disisi lain, laju perputaran uang sepenuhnya tergantung pada faktor institusional (perbankan) dan dalam jangka pendek, V konstan sehingga
ΔV V = 0 Dengan informasi ini,
Δ M M + ΔV
V = ΔP
P + 𝛥𝑌
𝑌
Δ M
M + 0 = ΔP
P + 0 atau
Δ M M = ΔP
P
Persamaan ini menunjukkan bahwa perubahan dalam penawaran uang (Δ M
M) akan secara langsung menimbulkan perubahan harga (ΔP
P). Artinya, jika jumlah uang beredar meningkat, maka harga-harga akan meningkat (inflasi) yang secara grafis dapat dilihat pada gambar 10.1.
Pada gambar terlihat, bahwa situasi awal: M = 1 triliun $, Y
= 6 triliun $, V = 6 dan P =1. Jadi persamaan kuantitas MV = PY
1 x 6 = 1 x 6
Terjadi perubahan terhadap M (M naik menjadi 1,5 triliun
$, sehingga persamaan kuantitas uang berubah menjadi MV = PY
1,5x 6 = 9 = 1,5 x 6
Jadi, peningkatan M sebesar 50 % akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga sebesar 50 %. Dengan demikian, menurut pandangan mazhab klasik peningkatan penawaran uang akan meningkatkan inflasi secara proporsional.
Gambar 14.1 Hubungan Penawaran Uang dan Inflasi Menurut Mazhab Klasik
14.2. Inflasi dan Suku Bunga (Efek Fisher)
Suku bunga adalah salah satu variabel makroekonomi yang paling penting. Pada dasarnya, suku bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Dalam membahas
suku bunga dan inflasi dibedakan dua kategori suku bunga; suku bunga ril dan suku bunga nominal. Misalkan seseorang memiliki tabungan bank dengan bunga 8 persen per tahun. Jika tahun depan, ia menarik tabungan beserta bunganya, apakah ia 8 persen lebih kaya daripada saat melakukan deposito setahun sebelumnya
? Jawabannya tergantung pada penafsiran "lebih kaya". Ia memiliki 8 persen lebih banyak Rupiah daripada yang miliki sebelumnya. Tetapi jika harga-harga naik, setiap Rupiah membeli lebih sedikit, dan daya belinya tidak naik 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5 persen sepanjang tahun, maka jumlah barang yang dapat dibeli telah meningkat sebesar hanya 3 persen. Dan jika tingkat inflasi adalah 10 persen, maka daya beli justru turun sebesar 2 persen. Suku bunga yang dibayarkan bank disebut suku bunga nominal, dan peningkatan daya beli disebut suku bunga riil. Jika i menyatakan suku bunga nominal, r suku bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan antara ketiga variabel ini dapat dituliskan sebagai:
r = i – π
Suku bunga ril adalah selisih antara suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Dengan menyusun ulang persamaan suku bunga riil, dapat ditunjukkan bahwa suku bunga nominal adalah jumlah dari suku bunga riil dan tingkat inflasi:
i = r + π
Persamaan ini disebut persamaan Fisher, merujuk pada ekonom Irving Fisher (1867-1947). Persamaan ini menunjukkan bahwa suku bunga nominal dapat berubah karena dua hal, yaitu karena tingkat bunga ril berubah atau karena tingkat inflasi berubah.
Teori kuantitas dan persamaan Fisher bersama-sama menjelaskan bagaimana pertumbuhan penawaran uang mempengaruhi suku bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen
menyebabkan kenaikan tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi pada gilirannya menyebabkan kenaikan 1 persen pada tingkat bunga nominal.
Hubungan satu-banding-satu antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga nominal disebut dengan Efek Fisher.
14.3. Pandangan Mazhab Keynes
Keynes berpendapat bahwa jumlah uang yang diminta dalam perekonomian ditentukan oleh tiga faktor, yaitu (i) permintaan uang untuk transaksi (membeli barang dan jasa), (ii) permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga, dan (iii) permintaan uang untuk digunakan dalam spekulasi. Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, tergantung kepada pendapatan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan, maka akan semakin banyak barang dan jasa akan dibeli dan semakin banyak uang yang disimpan untuk tujuan berjaga-jaga. Permintaan uang jenis ini dirumuskan secara matematis:
MtD = f (Y)
Dalam perekonomian modern, sebahagian dari kekayaan disimpan dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham, obligasi atau deposito berjangka yang tujuannya untuk mendapatkan pendapatan dari suku bunga atau dividen. Oleh karena itu, apabila uang untuk transaksi dan berjaga-jaga sudah tersedia, sisa pendapatan akan dipegang dalam bentuk uang atau dilepas untuk membeli surat-surat berharga. Faktor utama yang akan menentukan pilihan antara memegang uang atau surat-surat berharga adalah suku bunga. Apabila suku bunga tinggi, maka memegang surat berharga akan lebih menguntungkan.
Sebaliknya, apabila suku bunga rendah, masyarakat akan lebih suka memegang uang. Dari sifat ini, permintaan uang untuk spekulasi dirumuskan sebagai berikut:
MsD = f (r)
Dengan demikian, permintaan uang secara keseluruhan dapat diformulasikan menjadi:
MD = MtD + MsD
Karena MsD dipengaruhi oleh suku bunga, maka MD menurun dari kiri atas kekanan bawah sebagaimana telah dipresentasikan pada gambar 5.4 dan gambar 5.5.
Dari uraian diatas, Keynes memperlihatkan bahwa hubungan penawaran uang dan inflasi tidaklah langsung, melainkan melalui proses yang agak rumit. Gambar 14.2 menunjukkan hubungan penawaran uang dan inflasi menurut pandangan Keynes. Peningkatan penawaran uang (gambar A), hanya akan sedikit meningkatkan investasi akibat turunnya suku bunga (gambar B). Peningkatan investasi akan meningkatkan pendapatan nasional (gambar C) yang selanjutnya menggeser kurva permintaan agregat (AD) ke kanan sehingga pendapatan nasional meningkat tetapi tidak menimbulkan pengaruh terhadap perubahan harga-harga. Dengan demikian, kebijakan moneter yang ekspansif (peningkatan penawaran uang) tidak mempengaruhi inflasi.
Gambar 14.2 Pandangan Keynes Terhadap Hubungan Penawaran Uang dan Inflasi.
Sumber: Byrns & Stone (1995). Economics. Sixth Edition.
Keterangan Gambar: Menurut Keynes, kebijakan moneter yang ekspansif akan mengakibatkan suku bunga turun (Panel A), sehingga investasi meningkat (Panel B). Melalui efek multiplier peningkatan investasi akan meningkatkan pendapatan (Panel C). Pada Panel D, kebijakan moneter ekspansif menggeser kurva AD ke kanan sehingga output meningkat dari 6 triliun menjadi 6,06 triliun. Jadi, kebijakan moneter hanya mengakibatkan dampak yang kecil.
Data empiris menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan antara penawaran uang dan inflasi, dimana peningkatan penawaran uang akan meningkatkan tingkat harga.
Tetapi hubungan ini tidak proporsional sebagaimana pandangan mazhab klasik melalui persamaan jumlah (quantity equation) seperti ditunjukkan gambar 14.3.
Gambar 14.3 Data Internasional Untuk Inflasi dan Pertumbuhan Penawaran Uang 2000-2013
Sumber: Mankiw (2022). Macroeconomic, Eleventh Edition. McMillan.
Keterangan Gambar: Setiap titik dalam kurva mewakili negara. Sumbu horizontal menunjukkan rata-rata pertumbuhan penawaran uang (M2 = uang dalam arti luas) tahun 2000 – 2013, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan rata-rata tingkat inflasi (diukur berdasar indeks harga konsumen). Terlihat, bahwa ada korelasi antara pertumbuhan penawaran uang yang tinggi akan mendorong inflasi.