• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS HUKUM ISLAM & UU NO. 20 TAHUN 2016

B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pengisian Air Minum Isi

namun tetap digunakan. Kemudian galon yang dijual beserta air isi ulangnya di patok dengan harga Rp 40.000,00 pengelola mengatakan pemberian harga terhadap pembelian galon dengan isinya telah disesuaikan beserta keuntungan yang didapat dimana untuk harga galon seharga Rp 30.000,00 kemudian untuk harga air isi ulangnya seharga Rp 5.000,00 dan Rp 5.000,00 sisanya sebagai keuntungan pengelola.

Dalam praktik pengisian air minum isi ulang pengelola depot mengatakan tidak mengetahui jika dalam Islam terdapat larangan penggunaan merek, akan tetapi pengelola mengetahui jika menggunakan galon yang memiliki merek bisa mendapatkan hukuman. Namun dikarenakan tidak adanya masyarakat yang mempermasalahkan hal yang demikian saat proses transaksi baik itu saat penjualan galon beserta air isi ulangnya maupun transaksi lainnya maka pengelola tetap menggunakan galon yang telah memiliki merek tersebut. Konsumen juga telah mengetahui jika depot air minum UD.

Restu ini merupakan pengolahan air minum isi ulang dan bukan merupakan air minum dalam kemasan karena saat pertama kali membuka usaha ini pihak pengelola memberikan informasi kepada para konsumen yang melakukan transaksi disana.73

B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pengisian Air Minum Isi

sudah memenuhi syarat-syarat dalam jual beli. Kemudian dari segi aqad, praktik pengisian air minum isi ulang sudah sesuai dengan syarat-syarat jual beli menurut hukum Islam yaitu adanya orang yang beraqad (penjual dan pembeli), adanya shighat (lafal ijab dan qabul), ada barang yang dibeli, ada nilai tukar pengganti barang.

Adapun rukun dan syarat jual beli yang telah terpenuhi dalam praktik pengisian air minum isi ulang di UD. Restu tersebut adalah:

1. Adanya penjual dan pembeli

Dalam praktiknya yang menjadi penjual adalah sang pengelola depot, kemudian pihak yang menjadi pembeli adalah para konsumen atau masyarakat disekitar Desa Padamara yang melakukan transaksi di depot air minum isi ulang tersebut.

Adapaun syarat utama yang terpenuhi antara penjual dan pembeli yaitu baik penjual dan pembeli telah berakal dan juga baligh atau cukup umur untuk melakukan suatu perjanjian.

2. Adanya ijab dan qabul

Ijab dan qabul dalam praktik pengisian air minum isi ulang di depot UD. Restu tersebut adalah adanya kesepakatan yang terjadi antara pengelola depot atau penjual terhadap pembeli atau konsumennya. Seperti contoh sang penjual mengatakan “menjual kepadamu galon beserta air minum isi ulangnya” kemudian pembeli mengatakan “membeli galon beserta air minum isi ulangnya darimu”.

3. Adanya barang atau jasa

Rukun jual beli yang terpenuhi dalam praktik pengisian air minum isi ulang di depot UD. Restu tersebut adalah adanya barang yang diperdagangkan. Tidak sekedar harus adanya barang, namun juga barang tersebut harus memenuhi syarat yaitu bersih barangnya serta dapat dimanfaatkan.75

Akan tetapi bila mengacu pada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Bab III Pasal 26 praktik pengisian air minum dalam kemasan tidak sah dikarenakan dalam kegiatannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yaitu Keputusan Menteri

75Ahmad Sarwat, Fiqih Jual Beli, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), hlm.

11.

Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10 2004 Tentang Depot Air Minum Isi Ulang yang hanya diperbolehkan menyediakan galon tidak bermerek atau polos.

Namun kegiatan lainnya yang juga menjadikan praktik air minum isi ulang ini menjadi tidak sah adalah pada saat pengelola menjual galon beserta air isi ulang dengan menggunakan merek orang lain yang dimana merek yang digunakan adalah suatu merek yang telah terdaftar. Tentu hal ini merupakan suatu yang melanggar peraturan perundang-undangan dan juga melanggar hukum Islam dikarenakan adanya penggunaan merek orang lain yang telah terdaftar dalam praktik jual belinya.

Dalam hukum Islam merek dipandang sebagai suatu harta yang wajib untuk dilindungi kepemilikannya. Ketika seseorang telah memiliki harta dengan jalan yang telah dibenarkan oleh syara’

(hukum berdasarkan agama) maka orang tersebut telah memiliki tanggung jawab khusus atasnya. Orang tersebut atau pemilik merek tersebut memiliki kekhususan untuk mengambil manfaat atasnya sepanjang tidak ada halangan syara’ yang mencegahnya. Hak merek dipandang sebagai salah satu huquq maliyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashur) sebagaimana mal (kekayaan). Hak milik atas suatu merek mendapat perlindungan hukum Islam sebagaimana perlindungan atas hak cipta terhadap ciptaan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Sebagaimana yang diterangkan dalam Islam, pada merek terdapat unsur ciptaan seperti desain logo, huruf, dan bahkan juga gambar. Oleh karena itu dalam hak merek yang dilindungi itu bukan hak cipta dalam bidang seni melainkan mereknya itu sendiri.76

Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali berpendapat bahwa hak cipta atas suatu ciptaan seperti merek yang asli dan memiliki manfaat tergolong ke dalam harta yang berharga sebagaimana benda yang dapat dimanfaatkan secarasyara’.

Oleh karena itu setiap bentuk pelanggaran terhadap merek terutama

76OK. Saidin,Aspek…,hlm. 253.

pembajakan, pengambilan manfaat, pencurian, dan sebagainya merupakan suatu kezhaliman yang hukumnya haram.77

Dalam hukum Islam segala sesuatu yang dapat untuk dimiliki atau dimanfaatkan kecuali benda yang tidak bermanfaat seperti bangkai tidak dapat untuk dimiliki ataupun dimanfaatkan. Sedangkan merek mempunyai manfaat yang sangat penting sehingga tidak diharamkan penggunaannya serta dapat untuk dimiliki. Oleh karena itu pemilik merek berhak untuk mendapatkan perlindungan atas mereknya sebagaimana pemilik merek berhak untuk mengomersilkan dan mentasarufkannya seperti menjual, menyewakan, atau bahkan member lisensi kepada pihak lain atas seizinnya. Dalam Islam dikatakan bahwa setiap pelanggaran atas merek yang berupa menjiplak, membajak, meniru, dan memalsukan merekmerupakan suatu perbuatan yang hukumnya haram dikarenakan masuk ke dalam kategori memakan harta orang lain dengan cara yang batil.78

Berdasarkan hasil penelitian beserta data-data yang didapat diketahui bahwa aktifitas yang dilakukan di depot air minum isi ulang UD. Restu adalah menggunakan karya merek seseorang tanpa adanya izin ataupun kerjasama dengan pemilik merek. Perbuatan tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk menjalankan usahanya agar mendapatkan keuntungan secara pribadi. Dengan susah payah seorang pemilik merek menggunakan keahliannya untuk menciptakan suatu karya intelektual yang baik, namun di ambil/digunakan begitu saja tanpa adanya izin.

Dalam hukum Islam tindakan yang dilakukan di depot air minum isi ulang UD. Restu yang menggunakan merek milik orang lain tanpa adanya izin dari pemilik tersebut dikategorikan sebagai ghasab, ghasab sendiri menurut bahasa merupakan mengambil sesuatu benda atau barang secara terang-terangan. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah menguasai hak milik orang lain secara aniaya

77Muhammad Djumhaha, Perkembangan Doktrin Dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan intelektual, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 9

78Husnul Haq, Merek Menurut Hukum Islam, dalam

https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/merek-menurut-hukum-islam-dMGUk, diakses tanggal 5 Maret 2022, pukul 10.04

atau tanpa seizin pemiliknya.79Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ghasab memiliki arti mempergunakan milik orang lain secara tidak sah untuk kepentingan sendiri.80 Sebagaimana pendapat para jumhur ulama yaitu Malikiyyah, Syafi’iyyah, Hambaliah, yang mengatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan ghasab ketika adanya penguasaan atau pengambilan harta orang lain, bukan menguasai secara nyata namun dengan adanya pengahalangan dan pengambilan manfaat atas barang tersebut dengan pemiliknya.

Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sebagai berikut:

َﻻ ...

Artinya: “telah diceritakan kepada kami bahwa Muhammad bin Abbad Al-Makki telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma’il dari Abdul Malik bin Hasan Al-Jari dari Umarah bin Haritsah dari Amru bin Yatsribi Ia berkata,

“Rasulullah SAW berkhutbah dihadapan kami, beliau bersabda: “ketahuilah, harta seseorang tidak halal untuk saudaranya kecuali atas kerelaan hatinya”…(H.R.

Ahmad).81

79Mustofa Dieb Al-Bigha, Fiqih Islam Lengkap dan Praktis, (Surabaya: Insan Amanah, 2003), hlm. 261.

80Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1994), hlm. 296.

81Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Muassanah Ar-Risalah, 2001), hlm.561.

Ghasab ini sendiri berbeda dengan pencurian, jika perbuatan pencurian dilakukan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi, maka ghasab sendiri dilakukan secara terang-terangan. Namun keduanya sama-sama tanpa diketahui oleh sang pemiliknya. Adapun unsur-unsur sehingga dapat dikatakan sebagai pencurian adalah, sebagai berikut:

a. Mengambil suatu barang secara sembunyi-sembunyi.

b. Barang yang dicuri diambil dari tempat penyimpanan yang layak bagi jenis harta itu.

c. Barang yang diambil telah sampai pada satu nisab.82

Dalam praktiknya, kegiatan pengisian air minum isi ulang dengan merek orang lain di Desa Padamara ini tidak memenuhi unsur- unsur pencurian di atas, sehingga berdasarkan hukum Islam kegiatan tersebut masuk kedalam tindakan ghasab.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah peneliti temukan dan paparkan, peneliti menganggap bahwa penyalahgunaan/pemanfaatan merek orang lain tanpa izin ini di dalam Islam merupakan suatu perbuatan ghasab yang hukumnya haram bagaimanapun caranya.

Perbuatan ghasab tidak bisa dijatuhi hukuman jarimah hudud melainkan hanya berupa sanksi ta’zir. Sanksi ta’zir merupakan suatu sanksi atau hukuman yang ditetapkan oleh penguasa (hakim) terhadap segala macam bentuk maksiat, baik itu yang melanggar hak Allah SWT maupun hak-hak hambanya yang bersifat merugikan atau mengganggu kemaslahatan masyarakat. Hal in dikarenakan dalam tindakan ghasab tidak terpenuhi syarat-syarat pencurian dimana dalam pencurian bila sudah ada batasan hartanya yaitu satu nisab atau seperempat dinar atau lebih barulah dijatuhi hukuman jarimah hudud, sedangkan nilai merek tidak bisa diukur secara pasti karena wujud abstraknya sehingga lepas dari ancaman hukuman hudud.83

82A. Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi kejahatan Dalam Islam), (Jakarta: Raja Grafindo, 1999), hlm. 78

83Imam al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah: Hukum-Hukum

Penyelenggaraan Negara Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Darul Falah, 2006) hlm. 371.

C. Pandangan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis Terhadap Pengisian Air Minum Isi Ulang Dengan Menggunakan Merek Orang Lain

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaku pengisian air minum isi ulang di Desa Padamara, Kecamatan Sukamulia, Kabupaten Lombok Timur ditemukan fakta bahwa depot air minum isi ulang tersebut melakukan pengisian dengan tiga metode yaitu, metode yang pertama konsumen datang dengan membawa galon kosong yang kemudian ditukar dengan galon yang telah terisi dengan air minum isi ulang. Kemudian metode yang ke-dua yaitu pengelola mengantarkan langsung galon yang telah terisi kepada konsumen dengan cara delivery order yang dimana pengelola terlebih dahulu mendapatkan informasi melalui telepon maupun SMS dari konsumen. Dan yang ke-tiga dengan metode pembelian langsung galon beserta air isi ulangnya oleh konsumen kepada pengelola depot UD. Restu yang dimana galon yang dijual tersebut telah memiliki merek milik orang lain bukan milik pengelola itu sendiri. Berdasarkan dari beberapa metode penjualan yang digunakan, penulis menganggap jika dalam metode pertama dan kedua tidak ditemukan masalah dikarenakan hal tersebut bukan menjadi pertanggungjawaban pengelola depot karena hal tersebut merupakan kesadaran dari pemilik galon. Akan tetapi dalam metode yang ke-tiga masalah muncul dikarenakan pihak pengelola menjual galon beserta air isi ulangnya dengan menggunakan galon merek orang lain yang dimana ketentuan tersebut menurut peneliti telah melanggar pasal 66 bagian b Undang- undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis yang menyebutkan bahwa:

“pemakaian suatu tanda Indikasi Geografis baik secara langsung maupun tidak langsung atas barang dan/atau produk yang dilindungi dengan maksud untuk menunjukkan bahwa barang dan/atau produk tersebut sebanding kualitasnya dengan barang dan/atau produk yang dilindungi serta untuk mendapat keuntungan dari produk tersebut”.

Selain itu, para pihak juga sebagaimana yang dimaksud yaitu pengelola depot air minum isi ulang tidak memperhatikan ketentuan Undang-undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis yang merujuk keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/KEP/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi ulang dan Perdagangannya bahwa dalam pasal 7 mengatakan bahwa:

a. Depot air minum hanya diperbolehkan untuk menjual produknya secara langsung kepada konsumen dilokasi depot dengan cara mengisi wadah yang dibawa oleh konsumen atau disediakan depot.

b. Depot air minum dilarang memiliki “stok” atau persediaan produk air minum dalam wadah yang siap untuk dijual.

c. Depot air minum hanya diperbolehkan menyediakan wadah tidak bermerek atau wadah polos.

d. Depot air minum wajib untuk memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan dilarang mengisi wadah yang tidak layak pakai.

e. Depot air minum harus melakukan pembilasan dan atau pencucian dilakukan dengan cara yang benar.

f. Depot air minum menyediakan tutup wadah harus polos atau tidak memiliki merek sama sekali.

g. Depot air minum tidap diperbolehkan untuk memasang shrink wrap (segel) pada wadah.84

Berdasarkan ketentuan diatas, peneliti menganggap bahwa dalam pelaksanaannya aturan tersebut hanya dijadikan aturan biasa yang tidak harus dituruti oleh para pelaku usaha air minum isi ulang tersebut. Oleh karena itu, beberapa depot air minum isi ulang masih banyak yang menggunakan galon dengan merek terdaftar milik pihak lain. Usaha serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi penggunaan merek galon air minum isi ulang yang telah terdaftar menurut peneliti dilakukan dengan dua hal, yaitu dengan adanya pencegahan dan penanggulangan. Adapun upaya pencegahan yang telah ada yaitu dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang didalamnya termuat juga Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/KEP/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang dan Perdagangannya. Dalam aturan tersebut telah

84Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/KEP/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang dan Perdagangannya, Pasal 7 (1-7).

sangat jelas mengatur larangan terkait dengan penggunaan galon bermerek yang terdaftar.

Berdasarkan praktik pengisian air minum isi ulang di Desa Padamara, pengusaha depot rata-rata tidak menyediakan galon sendiri, melainkan lebih menggunakan galon milik pihak lain yang dimana mereknya sudah didaftarkan pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Sebagaimana yang tersebut dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, pemilik merek yang sudah mendaftarkan mereknya maka akan secara otomatis memperoleh hak eksklusif atau hak atas merek tersebut setelah merek didaftarkan yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar. Dalam pasal 35 ayat (1) Undang- undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan bahwa merek yang telah didaftarkan mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan.85

Pemanfaatan penggunaan HKI termasuk merek orang lain tanpa hak merupakan suatu yang sangat dilarang. Apabila terjadi penggunaan merek secara tanpa adanya hak, maka pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan yang diajukan ke Pengadilan Niaga terhadap pihak yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau yang sejenis berupa:

a. Gugatan ganti rugi dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.

Selain dapat digugat ganti rugi, penggunaan merek terdaftar milik orang lain secara tanpa adanya hak maupun izin dapat dikenakan sanksi. Adapun sanksi terhadap pelanggaran merek terdaftar juga telah disebutkan, sanksi tersebut telah diatur dalam pasal 100 sampai dengan pasal 103 dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis yang menyebutkan bahwa:

85Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis, Pasal 3 dan Pasal 35 ayat (1)

Pasal 100

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, akan dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(3) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang sejenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 101

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang telah terdaftar, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 102

Setiap orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diduga atau diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 100 dan pasal 101 maka akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahunatau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 103

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 sampai dengan pasal 102 merupakan delik aduan.86

Dari uraian diatas maka sudah sangat jelas terlihat bahwa penggunaan galon merek orang lain oleh pihak lain tanpa adanya izin dari pemilik merek dapat dikenakan sanksi, baik sanksi berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis maupun sanksi berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum isi Ulang dan Perdagangannya.

86Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, pasal 100-103

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang telah peneliti lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan praktik pengisian air minum isi ulang di Depot UD. Restu Desa Padamara, pengelola depot telah menjalankan usaha ini dengan sebagaimana mestinya yang mana di dalam proses penjualannya depot tersebut menggunakan tiga metode penjualan, yaitu:

a. Pertama, konsumen datang dengan membawa galon untuk di tukar dengan galon yang telah terisi.

b. Ke-dua, yaitu dengan cara pengelola depot mengantarkan langsung galon tersebut kepada konsumen dengan sistem delivery order yang dimana pengelola mendapatkan informasi melalui telepon maupun SMS terlebih dahulu dari para konsumennya. Dan

c. Ke-tiga, dengan cara pengelola menjual secara langsung galon yang telah memiliki merek orang lain beserta air isi ulangnya kepada konsumen yang datang ke depot UD. Restu.

Berdasarkan dari metode penjualan pertama dan ke-dua yang digunakan di depot air minum isi ulang UD. Restu tersebut tidak memiliki masalah dikarenakan hal tersebut merupakan kesadaran dari pengelola dan konsumen pemilik galon. Akan tetapi dalam metode yang ke-tiga barulah muncul suatu permasalahan yang dimana pengelola depot menjual galon yang memiliki merek milik orang lain beserta air isi ulangnya.

2. Berdasarkan analisis hukum Islam terhadap praktik pengisian air minum isi ulang dengan merek orang lain di Desa Padamara tersebut bukan merupakan sebuah perbuatan pencurian karena tidak memenuhi syarat-syarat dari pencurian itu sendiri. Akan tetapi kegiatan tersebut termasuk ke dalam perbuatan ghasab. Di dalam Islam ghasab merupakan pengambilan suatu benda atau barang secara terang-terangan tanpa seizing pemiliknya. Begitu

juga yang dilakukan di depot air minum isi ulang UD. Restu ini yaitu menggunakan galon merek orang lain yang mana merek tersebut telah didaftarkan tanpa adanya izin pemilik. Kemudian pengelola depot sendiri menggunakan galon merek tersebut untuk diperjual belikan secara terang-terangan kepada para konsumen depot tersebut.

3. Berdasarkan analisis Undang-undang hak merek Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis terhadap praktik pengisian air minum isi ulang dengan merek orang lain di Desa Padamara tersebut merupakan kegiatan yang secara nyata melanggar ketentuan yang berlaku. Yang mana dalam pasal 66 bagian b dikatakan bahwa:

“pemakaian suatu tanda indikasi geografis baik secara langsung maupun secara tidak langsung atas barang dan/atau produk yang dilindungi dengan maksud untuk menunjukkan bahwa barang dan/atau produk tersebut sebanding kualitasnya dengan barang dan/atau produk yang dilindungi serta untuk mendapat keuntungan dari produk tersebut”.

Dalam pelaksanaanya praktik pengisian air minum isi ulang di Desa Padamara tersebut melanggar ketentuan pasal diatas dengan menggunakan galon merek orang lain tanpa izin dalam pelaksanaan penjualannya.

B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam hal ini peneliti memberikan saran-saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dikemudian hari, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada pihak pemilik merek yang mereknya digunakan hendaknya memberikan langkah tegas bagi para masyarakat yang menggunakan mereknya tanpa izin baik itu merek dagang dan sebagainya agar timbul efek jera bagi masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran hukum khususnya dibidang merek.

2. Kepada pelaku usaha depot air minum isi ulang UD. Restu di Desa Padamara agar lebih memperhatikan hal-hal yang dilarang dalam Islam dan juga Undang-undang sebelum melakukan suatu usaha sehingga dapat menghindari hal yang tidak diinginkan kedepannya.

Dokumen terkait