• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paradigma Metodologi Penelitian Kualitatif

Bab 11 Penelitian Kualitatif

G. Paradigma Metodologi Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. (Basrowi dan Suwandi, 2008)

Ada bermacam-macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah: scientific paradigm (paradigma keilmuan atau lebih sering paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (paradigma alamiah). Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme, sedangkan paradigma alamiah bersumber dari pandangan fenomenolgis. Penelitian kualitatif dibangun dari paradigma alamiah (naturalistic paradigm).

Dalam penelitian kualitatif, paradigma penelitian sering dibuat dalam bentuk skematik. Paradigma yang digambarkan dalam bentuk skematik akan menceritakan alur penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti menggunakan paradigma tertentu yang telah dibuat atau dirumuskan oleh orang lain sebagai landasan penelitiannya, maka peneliti harus mengemukakan paradigma tersebut dalam kutipan; artinya peneliti meminjam paradigma orang lain dalam penelitiannya. Hal ini bisa dilakukan sepanjang paradigma tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Meskipun demikian, peneliti bisa memodifikasi paradigma penelitiannya sesuai konteks fokus penelitian yang diteliti. (Basrowi dan Suwandi, 2008)

Jansen, dalam Mulyana (2003) mengatakan, pertumbuhan paradigma kualitatif setidaknya dipicu oleh dua kondisi historis. Pertama, kondisi internal dalam komunitas ilmiah. Banyak pakar dan lembaga yang mempertanyakan daya eksplanatori pendekatan empiris konvensional dalam ilmu-ilmu sosial.

Terdapat konsensus bahwa banyak isu penelitian tidak cukup ditelaah melalui metode positivisik-kuantitatif. Kedua, kondisi eksternal di luar komunitas ilmiah.

Perkembangan ilmu sedikit banyak berkaitan dengan perubahan dalam bidang sosio-ekonomi yang lebih luas, sehingga pendekatan kualitatif diperlukan untuk beradaptasi dalam bentuk realitas sosial yang baru.

Metode-metode kualitatif dikembangkan atas dasar keyakinan epistemologik bahwasanya realitas-realitas simbolik yang kualitatif serta cenderung subjektif dalam aksi-aksi manusia, yang tentunya juga bersifat nonempirik, tidak mungkin dapat disajikan dalam bentuk data dan dianalisis begitu saja dengan menggunakan metode-metode konvensional yang telah ada dan dipakai orang selama ini. (Basrowi dan Suwandi, 2008)

1. Masalah dalam Penelitian Kualitatif

Setiap penelitian kualitatif yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks, dan dinamis. Oleh karena itu,”masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah”

yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian.Yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama.yang kedua

“masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembangyaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan.

Yang ketiga “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus ”ganti” masalah. Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah difikirkan sebelumnya.

Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan masalah. Deperti setelah dikemukakan bahwa, masalah adalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalahyang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dalam usulan penelitian, sebaiknya maslalah tersebut perlu ditunjukan dengan data. Misalnya ada maslah tentang kualitas SDM yang masih rendah, maka perlu ditunjukandata kualitas SDM tesebut, melalui Human Development Index misalnya. Masalah kekuranga guru, buku, alat pelajaran diberbagai sekolah perlu ditunjukan dengan data yang akurat. Data tentang masalah bisa berasal dari dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan orang-orang yang patut dipercaya.

2. Fokus Penelitian

Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnyatunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut peneliti kuantitaif dapat menemukan variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan

menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (placa), pelaku (actor), dan aktifitas (actifity) yang berinteraksi secara sinergis. Spradley menyatakan bahwa “A focused refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa doamin yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi sosial (lapangan).

Spradley dalam Sanapiah Faisal (1998) mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus yaitu:

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.

3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.

Menetapkan fokus berdasrkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini bersifat pengambanya, yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang telah ada.

3. Bentuk Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data dilapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.

1. Rumusan maslah deskritif adalah suatu rumusan masalah yang memadndu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang aka di teliti secara meneyluruh, luas dan mendalam.

2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk memandingkan antara koteks sosial atau domain satu di bandingkan dengan yang lain.

3. Rumusan masalah asosiatif atau hubbungan adalah rumusan masalah memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif di bagi menjadi tiga, hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif.