• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paru-paru (Pulmo)

Dalam dokumen Disertasi Rina Priastini Susilowati (Halaman 66-71)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Histologi Saluran Pernafasan Mencit

2.6.2. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru (pulmo) adalah salah satu organ yang berbentuk kantung dan merupakan kumpulan banyak rongga udara yang kecil. Fungsi utama paru-paru adalah untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang digunakan di dalam tubuh dan untuk mengeluarkan karbon dioksida yang merupakan sisa pembakaran tubuh. Paru-paru kanan pada mamalia berukuran lebih besar dibandingkan dengan paru-paru sebelah kiri (Akoso, 2000).

Hampir seluruh rongga dada diisi oleh paru-paru kanan dan kiri. Secara umumparu-paru dibagi menjadi sistem penyalur udara intrapulmonar, parenkim atau sistem respirasi dan pleura. Sistem penyalur udara intrapulmonar (bronkus dan bronkiolus) mencakup sekitar 6 persen dari pulmo. Parenkim atau daerah pertukaran gas terdiri dari duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli yang mencakup 85 persen dari seluruh paru-paru. Paru-paru dibungkus oleh jaringan ikat dan sel-sel mesotel membentuk pleura visceralis. Bersama dengan pleura, pembuluh darah dan saraf mengisi sisanya, 9 – 10% dari paru-paru(Junquiera dkk., 1997).

Trakea bercabang menjadi dua bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru.

Setelah masuk paru-paru, bronkus primer membentuk tiga bronkus pada pulmo kanan dan dua bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus primer bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil. Cabang-cabang terminal dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis.Lobulus paru-paru berbentuk piramid dengan apeks mengarah ke permukaan

45

paru-paru. Tiap-tiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan pengikat tipis. Pada lobulus yang dekat dengan pleura, lobulus seringkali batasnya tegas karena penimbunan partikel karbon dan debu yang mengendap pada jaringan penyambung septa interlobularis.Histologis bronkus mirip trakea kecuali berbagai lapisannya yang tipis.

Bronkus dilapisi oleh epitel bertingkat silindris, kelenjar mukosa yang mampu bersekresi, sel bersilia dan sel basal. Bronkus dibandingkan dengan trakea secara proporsional memiliki jumlah sel yang lebih sedikit. Bronkus memiliki sel epitel dan sel basal. Semakin ke arah distal sel epitel akan semakin berkurang dan sel basal akan semakin bertambah. Bronkus proksimal memiliki lebih banyak sel epitel dan sel basal.

Pada bagian distal terdapat kelenjar submukosa yang lebih banyak daripada bagian proksimal. Struktur submukosa pada bronkus bervariasi dari proksimal ke arah distal dan kelenjarnya semakin berkurang ke arah distal. Jaringan ikat di bagian luar tulang rawan yang berbatasan dengan adventisia bersifat longgar dengan serabut kolagen dan elastis(Junquiera dkk., 1997).

Bagian distal saluran udara intrapulmonar adalah bronkiolus dan merupakan kelanjutan dari bronkus. Bronkiolus adalah suatu saluran penghubung bergaris tengah satu mm atau kurang, terbenam di dalam sedikit jaringan ikat dan dikelilingi oleh jaringan pernafasan. Bronkiolus mempunyai ciri tidak mengandung tulang rawan, tidak memiliki kelenjar pada mukosa, tidak memilki kelenjar limfe dan hanya terdapat adventisia tipis yang terdiri dari jaringan ikat dan terdapat sel-sel goblet yang tersebar dalam epitel segmen permulaan. Pada bronkiolus yang lebih besar epitel bersilianya berkurang dan menjadi epitel kubus bersilia pada bronkiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronkiolus terminalis juga mempunyai sel clara yang permukaan apikalnya berbentuk kubah dan menonjol ke dalam lumen(Junquiera dkk., 1997).

Respirasi hanya dapat berlangsung jika dinding yang memisahkan udara dengan darah merupakan dinding yang sangat tipis. Susunan yang demikian dijumpai mulai bronkiolus respiratoris sampai alveolus. Bronkiolus respiratoris merupakan saluran pendek, bercabang, panjang 1 – 4 mm, bergaris tengah kurang dari 0,5 mm berasal dari bronkiolus terminalis.Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua bronkiolus respiratoris atau lebih yang berperan sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan respirasi sistem respirasi. Mukosa bronkiolus respiratoris strukturnya identik dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya diselingi oleh banyak sakus

46

alveolaris. Bagian-bagian bronkiolus respiratoris dibatasi oleh sel epitel kubus bersilia dan epitel pada alveoli adalah epitel selapis pipih. Makin ke distal bronkiolus jumlah alveoli bertambah dan jarak antara alveoli makin dekat. Epitel bronkiolus respiratoris di antara alveoli terdiri atas epitel kubus bersilia akan tetapi pada bagian yang lebih distal, silia mungkin tidak ada(Junquiera dkk., 1997). Menurut Leeson dkk. (1996) epitel selapis kubus tersebut akan berubah menjadi epitel selapis pipih yang membatasi alveolus pada muara alveolus. Pada lamina propia dindingnya disusun oleh anyaman berkas otot polos dan jaringan ikat fibroelastis. Bronkiolus kemudian akan melanjutkan diri ke duktus alveolaris.

Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis berbentuk kerucut dan dilapisi oleh epitel selapis pipih. Lapisan ini sangat tipis sehingga dengan mikroskop cahaya sulit ditentukan. Di luar epitel, dinding dibentuk oleh jaringan fibroelastis. Di sekeliling muara duktus alveolaris terdapat banyak alveolari tunggal dan sakus alveolaris.

Sesungguhnya muara alveoli pada duktus alveolaris sedemikian banyak sehingga sulit untuk dapat melihat dinding duktus alveolaris walaupun pada potongan tebal hal ini lebih jelas dan dapat dilihat berkas-berkas serat elastis, kolagen, dan serat otot berselang-seling di antara muara alveoli di sepanjang dinding duktus alveolaris. Duktus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel pipih selapis yang tipis. Dalam lamina propia sekitar pinggir alveoli terdapat jala-jala sel otot polos yang saling menjalin.

Matriks yang kaya akan serabut elastis dan kolagen menyokong duktus alveolaris dan alveoli.Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria yaitu suatu ruang yang tidak teratur tempat alveoli dan sakus alveolaris bermuara. Serabut-serabut elastis dan kolagen membentuk jaringan kompleks yang melingkari lubang-lubang atria, sakus alveolaris dan alveoli. Serabut elastis memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan secara pasif serabut elastis tertarik waktu ekspirasi. Kolagen berperan mencegah peregangan berlebihan, kerusakan kapiler-kapiler halus dan kerusakan septa interalveolaris yang tipis(Junquiera dkk., 1997).

47

Gambar 2.13. Gambaran fotomikrograf pulmo (Junquiera dkk., 1997)

Gambar 2.14. Gambaran fotomikrograf pulmo terlihat bronkus dengan serat otot polos yang melingkarinya (Junquiera dkk., 1997)

Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal cabang- cabang bronkus dan bagian yang paling banyak pada struktur paru-paru yang menyerupai busa. Struktur dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi

48

antara lingkungan eksterna dan interna. Oksigen dalam alveoli masuk ke dalam kapiler darah melalui membran dan karbon dioksida berdifusi dengan arah berlawanan.

Pelepasan CO2dari H2CO dikatalisis oleh enzim anhidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu di dalam eritrosit mengandung enzim anhidrase karbonat lebih banyak dibandingkan sel-sel lain dalam tubuh(Junquiera dkk., 1997).

Gambar 2.15. Gambaran fotomikrograf pulmo terlihat bronkus dengan serat otot polos yang melingkarinya (Junquiera dkk., 1997)

49

Gambar 2.16. Gambaran fotomikrograf pulmo terlihat alveolus dengan dinding yang disusun oleh epitel (Junquiera dkk., 1997)

Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa tipis dengan serat-serat kolagen, serat elastis dan sel-sel (terutama fibroblas dan makrofag), dilapisi oleh selapis sel mesotel.

Di dalam lapisan jaringan ikat terdapat banyak kapiler limfe dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura mengeluarkan sejumlah sekret berupa cairan yang selalu berada dalam keadaan lembab dan licin. Sekret digunakan untuk mempermudah gerakan antara lapisan parietal yang melapisi rongga dada dengan lapisan viseral yang membungkus permukaan paru-paru (Junquiera dkk., 1997).

Dalam dokumen Disertasi Rina Priastini Susilowati (Halaman 66-71)