• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi lapisan epitel trakea

Dalam dokumen Disertasi Rina Priastini Susilowati (Halaman 111-118)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4. Hasil Pengamatan Pada Mencit (Mus musculus)

5.4.2. Trakea mencit

5.4.2.3. Tinggi lapisan epitel trakea

88

Transflutrin 2500 ppm dan kelompok MORIZENA dosis 4000 ppm menyebabkan meningkatnya jumlah sel goblet trakea mencit.

Tabel 5.10. Uji beda nyata terkecil jumlah sel goblet trakea mencit antar kelompok perlakuan setelah 8 jam pengamatan

Kel (ppm)

0 2500 500 1000 2000 3000 4000

0 - 19,4800* 0,4000 1,8800* 2,6400* 4,9200* 18,4800*

2500 - - 19,0800* 17,6000* 16,8400* 14,5600* 1,0000

500 - - - 1,4800* 2,2400* 4,5200* 18,0800*

1000 - - - - 0.7600 3,0400* 16,6000*

2000 - - - - - 2,2800* 15,8400*

3000 - - - - - - 13,56*

4000 - - - - - - -

* berbeda bermakna (p < 0.05)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Johansson dkk.

(2013) yang menyatakan bahwa fungsi utama sel goblet pada lapisan mukosa jaringan trakea adalah untuk mensekresikan mukus untuk kebutuhan melindungi membran mukus. Selain itu, sel goblet mengeluarkan mucin dan sejumlah besar glikoprotein yang sebagian besar dibentuk oleh karbohidrat. Mucin disimpan dalam granul di dalam sel goblet sebelum dilepaskan ke lumen suatu organ. Sekresi kemungkinan dirangsang oleh bahan-bahan iritan seperti debu dan asap dalam hal ini asap MORIZENA dosis bertingkat dan Transflutrin 2500 ppm, terutama pada saluran nafas.

89

MORIZENA dosis bertingkat, kelompok Transflutrin 2500 ppm dan kelompok kontrol tanpa paparan asap obat nyamuk bakar terhadap tinggi lapisan epitel trakea mencit.

Gambar 5.8. Rerata tinggi lapisan epitel trakea mencit antar kelompok perlakuan selama12 minggu perlakuan

Tabel 5.11. Uji one-way Anova tinggi lapisan epitel trakea mencit antar kelompok perlakuan selama12 minggu perlakuan

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F-hitung Sig.

Antar grup 6 766,857 127,809 115,143** 0,000

Dalam grup 28 31,080 1,110

Total 34 797,937 138,919

** berbeda sangat bermakna (p< 0,01)

Selanjutnya untuk membandingkan kemaknaan efek setiap level konsentrasi kelompok MORIZENA, kelompok Transflutrin 2500 ppm dan tanpa paparan asap obat nyamuk bakar terhadap tinggi lapisan epitel trakea mencit, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.

90

Tabel 5.12. Uji beda nyata terkecil tinggi lapisan epitel trakea mencit antar kelompok perlakuan selama12 minggu perlakuan

Kel (ppm)

0 2500 500 1000 2000 3000 4000

0 - 11,734* 0,332 0,002 0,798 0,200 7,934*

2500 - - 12,066* 11,732* 12,532* 11,934* 3,800*

500 - - - 0,334 0,466 0,132 8,266*

1000 - - - - 0,800 0,202 7,932*

2000 - - - - - 0,598 8,732*

3000 - - - - - - 8,134*

4000 - - - - - - -

* berbeda bermakna (p< 0,05)

Hasil uji beda nyata terkecil yang diperhatikan pada Tabel 5.12, menunjukkan bahwa tinggi lapisan epitel trakea mencit kelompok kontrol tanpa paparan asap obat nyamuk bakar berbeda bermakna dengan kelompok Transflutrin 2500 ppm dan kelompok MORIZENA dosis 4000 ppm. Kelompok Transflutrin 2500 ppm berbeda bermakna dengan semua kelompok MORIZENA. Kelompok MORIZENA dosis 500 ppm hingga 3000 ppm berbeda bermakna dengan kelompok MORIZENA dosis 4000 ppm. Hal ini berarti bahwa paparan MORIZENA dosis 500 ppm hingga 3000 ppm tidak menyebabkan penurunan tinggi lapisan epitel trakea mencit namun paparan MORIZENA dosis 4000 ppm menyebabkan penurunan tinggi lapisan epitel trakea mencit. Sedangkan paparan Transflutrin 2500 ppm paling berdampak pada penurunan tinggi lapisan epitel trakea mencit.

91

Gambar 5.9. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok kontrol dengan tinggi lapisan epitel 42,2680  1.09047 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia, (B) Tulang rawan hialin

Pada umumnya komponen asap merupakan gas dan partikel yang ikut terinhalasi ke dalam sistem pernafasan (Mulasari, 2005). Inhalasi asap seperti asap obat nyamuk bakar (MORIZENA dosis bertingkat dan Transflutrin 2500 ppm) dapat berpengaruh terhadap struktur histologi komponen utama epitel saluran pernafasan seperti trakea mencit. Perbedaan rata-rata tinggi lapisan epitel trakea mencit pada masing-masing kelompok dapat lebih jelas melalui grafik pada Gambar 5.8.

Menurut Burkitt dkk (1995) silia di lapisan permukaan epitel trakea yang sebagian mereduksi disebabkan oleh makrofag yang berusaha membersihkan partikel debu yang menempel pada silia. Karena pembersihan berlangsung terus menerus dan dalam waktu yang lama, maka disamping membersihkan partikel kemungkinan juga akan membersihkan silia yang mengalami kerusakan oleh adanya penumpukan partikel.

Hal ini berkaitan erat dengan fungsi utama makrofag yang mampu untuk bergerak dan memfagositosis partikel asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan, menelan sisa- sisa sel, mematikan jaringan sel yang telah berubah dan membunuh mikroorganisme.

Tidak adanya silia pada sel epitel di saluran pernafasan akan berakibat buruk pada saluran pernafasan karena sistem respirasi tidak dapat berfungsi secara normal (Chrietien dan Dusser, 1996).

25 µm

92

Gambar 5.10. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok Transflutrin 2500 ppm dengan tinggi lapisan epitel 30,5340  1.07015 µm, (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia, terjadi lipatan pada lapisan mukosa ()

Gambar 5.11. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok MORIZENA dosis 500 ppm dengan tinggi lapisan epitel 42,6000  1.30171 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia, (B) Tulang rawan hialin

25 µm A

A

B

25 µm

93

Gambar 5.12. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok MORIZENA dosis 1000 ppm dengan tinggi lapisan epitel 42,2660  0.98116 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia, (B) Tulang rawan hialin

Gambar 5.13. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok MORIZENA dosis 2000 ppm dengan tinggi lapisan epitel 43,0660  0.86385 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia

A

B

25 µm

A

25 µm

94

Gambar 5.14. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok MORIZENA dosis 3000 ppm dengan tinggi lapisan epitel 42,4680  0.60471 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris bersilia

Gambar 5.15. Potongan melintang trakea mencit pada kelompok MORIZENA dosis 4000 ppm dengan tinggi lapisan epitel 34,3340  1.29100 µm (pewarnaan HE). (A) Epitel berlapis semu silindris, dengan silia sebagian mereduksi, terjadi lipatan mukosa ()

A

25 µm

A

25 µm

95

Hal ini terlihat pada Gambar 5.10 pada mencit kelompok obat nyamuk bakar sintetik transflutrin 2500 ppm dan pada Gambar 5.15 yaitu mencit kelompok MORIZENA dosis 4000 ppm. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Liu dan Sun (1988) yang memberi paparan obat nyamuk bakar sintetik piretroid selama 60 hari (8 jam/hari dan 6 hari/minggu) dan hasilnya terjadi focal deciliation atau menghilangnya silia pada lapisan epitel trakea, berubah menjadi metaplasia sel-sel epitel dan perubahan morfologi alveolar makrofag pada tikus wistar.

Selanjutnya Junquiera dkk (1997) dan Leeson dkk (1996) menyatakan perubahan proporsi ini membantu membersihkan polutan partikel dan gas yang meningkat seperti CO dan SO2. Meskipun aktivitas sel goblet yang lebih besar pada epitel dapat mempercepat pembersihan polutan, tetapi pengurangan sel bersilia akibat CO yang berlebihan berakibat kurangnya gerakan lapisan mukosa karena mukus hasil produksi sel goblet akan tetap berada di saluran pernafasan untuk menangkap partikel asing sehingga terjadi akumulasi mukus pada saluran pernafasan dan seringkali menyumbat saluran-saluran nafas yang lebih kecil.

Dalam dokumen Disertasi Rina Priastini Susilowati (Halaman 111-118)