• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

dengan 37%, 23% dengan 0%, 23% dengan 9%, 23% dengan 33%, 23% dengan 37%, 28% dengan 0%, 28% dengan 9%, 28% dengan 16%, 33% dengan 0%, 33% dengan 9%, 33% dengan 16%, 33%

dengan 23%, 37% dengan 0%, 37% dengan 16%, dan 37% dengan 23%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata variasi konsentrasi yang berbeda adalah variasi konsentrasi 0%, 9%, 16%, 23%, 28%, 33%, dan 37%.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mencampurkan bawang putih yang sudah dihaluskan tadi dengan air yang sudah dipanaskan. Diaduk campuran tersebut kemudian diukur suhunya dan diproleh suhu 25oC dengan tujuan untuk mengetahui suhu dari campuran tersebut. Setelah diukur suhunya, dimasukan campuran tersebut ke dalam botol plastik kemudian ditutup hingga rapat.

Tuliskan pada kertas label bahwa pestisida yang dibuat adalah pestisida untuk perendaman yang 1 hari kemudian tempelkan pada botol plastik tersebut. Lakukan hal yang sama untuk perendaman yang 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 9 hari. Air yang digunakan tersebut adalah air yang sudah dimasak atau direbus.

Gambar 4.3

Pestisida Nabati Perendaman 1, 3, 5, 7, dan 9 Hari

Perendaman bawang putih 1 hari dilakukan uji mortalitas terhadap larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner), yang dimana larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut diambil dari daerah pertanian Desa Jia Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Proses pengambilan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut diambil dari daun bawang yang sudah memiliki tanda-tanda tidak sehat akibat dari serangan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) secara acak. Setelah larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dikumpulkan, maka selanjutnya menguji mortalitas dengan menggunakan pestisida nabati pada perendaman 1 hari.

Sebelum dilakukan pengujian, ampas bawang putih tersebut disaring dulu menggunakan saringan kelapa, penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas bawang putih dari air yang dihasilkan.

Setelah disaring, dimasukkan kembali hasil saringan tersebut ke dalam botol plastik. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan hasil saringan tersebut dengan sabun cair dengan konsentrasi 5%.

Penggunaan sabun cair sebagai campuran pestisida nabati dikarenakan daya toksisitasnya yang rendah, tidak menyebabkan polusi pada lingkungan dan tidak meninggalkan efek residu.

Penambahan sabun cair dalam pembuatan pestisida nabati ini adalah sebagai perekat agar pestisida nabati dapat menempel pada permukaan daun tanaman yang diaplikasikan menggunakan pestisida nabati.49 Dikocok secara perlahan agar campuran filtrat bawang putih dan sabun cair homogen. Setelah tercampur secara homogen, dimasukkan pestisida tersebut ke dalam botol spray berukuran 100 mL.

Langkah berikutnya ditimbang terlebih dahulu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan diuji agar mengetahui berat ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan digunakan.

Berat yang digunakan untuk perendaman 1 hari yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang beratnya 0,011 g atau yang beratnya hampir mendekati. Disiapkan 3 gelas plastik kemudian dilabeli ketiga gelas plastik tersebut dengan pengulangan I, pengulangan II, dan pengulangan III, pengulangan disini adalah pengulangan perendaman. Dimasukkan 10 larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) ke dalam masing-masing gelas plastik pada setiap pengulangan. Disemprot larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang terdapat di dalam gelas plastik dengan pestisida nabati yang sudah dimasukkan ke dalam botol spray, penyemprotan dilakukan sebanyak 3 kali. Diamati larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut dan diukur jumlah kematian berdasarkan waktu 24 jam.

Pada perendaman 1 hari dengan 3 kali pengulangan didapatkan jumlah kematian rata-rata sebesar 8,3 ekor dengan persentase mortalitas 83%. Kematian pada ulat bawang ditandai dengan

49Wahyu Ricar, “Efektivitas Detergen Cuci Piring Terhadap Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera : Crambidae), (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 2020), hlm. 2-46.

ukurannya yang mengecil dari sebelumnya50, mengalami perubahan warna yang awalnya berwarna hijau lama kelamaan warnanya berubah menjadi kuning dan menghitam seperti terbakar.51 Selain itu juga kematian pada larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) bisa dilihat dari pergerakan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) itu sendiri masih aktif bergerak atau tidak dengan cara menyentuhnya, jika larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut tidak bergerak maka bisa dikatakan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) itu sudah mati.52 Penyebab kematian pada larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dikarenakan aroma yang dihasilkan umbi bawang putih yaitu dari senyawa metabolit sekunder allisin yang membuat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut tidak tahan dan memiliki efek menolak dan menghambat pertumbuhan sebagai bahan kimia dengan efek membunuh serangga dengan cepat.53 Selain itu kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) pada penelitian yang dilakukan Wahyu Ricar disebabkan oleh kandungan bahan aktif yang dimiliki oleh larutan sabun cair yaitu kandungan surfaktan sebanyak 15%.54

Untuk perendaman 3 hari, prosedur yang digunakan hampir sama dengan perendaman 1 hari. Ditimbang terlebih dahulu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan diuji, berat yang

50Wahyu Ricar, “Efektivitas Detergen Cuci Piring Terhadap Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera : Crambidae), (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 2020), hlm. 2-46.

51Ardanicha Mauliyana dan Harlita, Ekstrak Kulit Buah Kopi Alternatif Pestisida Nabati Sebagai Pengendali Ulat Pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa subsp. chinensis (L.) Hanelt), Proceeding Biology Education Conference, Vol. 18, Nomor 1, Desember 2021, hlm. 84-89.

52Wahyu Ricar, “Efektivitas Detergen Cuci Piring Terhadap Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera : Crambidae), (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 2020), hlm. 2-46.

53Nursam, dkk., “Pengaruh Pestisida Nabati Buah Cabai (Capsicum annum L.) dan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Mortalitas Hama Bawang Merah”, e- Jurnal Ilmu Pertanian, Vol. 6, Nomor 2, April 2018, hlm. 227.

54Wahyu Ricar, “Efektivitas Detergen Cuci Piring Terhadap Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera : Crambidae), (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 2020), hlm. 2-46.

digunakan untuk perendaman 3 hari yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang beratnya 0,013 g atau yang beratnya hampir mendekati. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata sebesar 8,6 ekor dengan persentase mortalitas 86%.

Persentase kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) lebih besar dibandingkan dengan pestisida nabati perendaman 1 hari.

Hal ini disebabkan karena rendemen-rendemen yang dihasilkan pada perendaman 3 hari lebih banyak daripada perendaman 1 hari, terutama aroma yang dihasilkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin lebih menyengat sehingga jumlah kematian yang didapatkan lebih besar.

Berikutnya adalah untuk perendaman 5 hari, prosedur yang digunakan hampir sama dengan perendaman 1 hari dan 3 hari.

Ditimbang terlebih dahulu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan diuji, berat yang digunakan untuk perendaman 5 hari yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang beratnya 0,010 g atau yang beratnya hampir mendekati. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata sebesar 9 ekor dengan persentase mortalitas 90%. Persentase kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) lebih besar dibandingkan dengan pestisida nabati perendaman 1 hari dan 3 hari. Hal ini disebabkan karena allisin yang dihasilkan pada perendaman 5 hari lebih banyak daripada perendaman 1 hari dan 3 hari, terutama aroma yang dihasilkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin lebih menyengat sehingga jumlah kematian yang didapatkan lebih besar.

Selanjutnya adalah untuk perendaman 7 hari, prosedur yang digunakan hampir sama dengan perendaman 1 hari, 3 hari, dan 5 hari.

Ditimbang terlebih dahulu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan diuji, berat yang digunakan untuk perendaman 7 hari yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang beratnya 0,010 g atau yang beratnya hampir mendekati. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata sebesar 9,6 ekor dengan persentase mortalitas 96%. Persentase kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) lebih besar dibandingkan dengan pestisida nabati perendaman 1 hari, 3 hari, dan 5 hari. Hal ini disebabkan karena allisin yang dihasilkan pada perendaman 7 hari

lebih banyak daripada perendaman 1 hari, 3 hari, dan 5 hari, terutama aroma yang dihasilkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin lebih menyengat sehingga jumlah kematian yang didapatkan lebih besar.

Yang terakhir adalah perendaman 9 hari, prosedur yang digunakan hampir sama dengan perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Ditimbang terlebih dahulu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan diuji, berat yang digunakan untuk perendaman 9 hari yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang beratnya 0,010 g atau yang beratnya hampir mendekati.

Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata sebesar 10 ekor dengan persentase mortalitas 100%. Persentase kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) lebih besar dibandingkan dengan pestisida nabati perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari.

Hal ini disebabkan karena allisin yang dihasilkan pada perendaman 9 hari sangat banyak daripada perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari, terutama aroma yang dihasilkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin yang sangat menyengat sehingga jumlah kematian yang didapatkan lebih besar.

Berdasarkan hasil yang didapatkan tersebut, ternyata jumlah kematian maksimum didapatkan dari pestisida nabati perendaman 9 hari, yaitu rata-rata jumlah kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang didapatkan adalah 10 larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dengan persentase mortalitas 100%, sedangkan jumlah kematian minimum didapatkan dari pestisida nabati perendaman 1 hari yaitu rata-rata jumlah kematian ulat bawang yang didapatkan adalah 8,3 dengan persentase mortalitas 83%, karena allisin yang didapatkan sangat banyak di perendaman 9 hari, terutama bau yang dikeluarkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin yang sangat menyengat sehingga membuat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) tersebut tidak tahan dan lama kelamaan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) akan mati. Kemudian pengaruh yang diberikan oleh sabun cair cuci piring itu sendiri adalah memberikan efek perekat pada saat penyempotan tujuannya adalah agar pada saat pestisida nabati tersebut diaplikasikan pada daun, maka pestisida tersebut akan menempel pada daun. Selain itu juga ternyata efek yang diberikan oleh sabun cair adalah dapat mematikan larva ulat

bawang (Spodoptera exigua Hubner) menggunakan sabun cair dengan konsentrasi 5%, jumlah kematian rata-rata yaitu 4,6 dengan persentase mortalitas 46%. Selanjutnya pengaruh yang diberikan ekstrak umbi bawang putih saja adalah dapat mematikan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dengan jumlah rata-rata kematian 5 dengan persentase mortalitas 50%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin lama perendaman yang dilakukan pada pestisida nabati, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang akan didapatkan.

Berdasarkan uji ANOVA pada uji lama perendaman menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata lama perendaman pestisida nabati umbi bawang putih dan sabun cair terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang dibuktikan dengan diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,583 dengan nilai 𝜌 = 0,046 sedangkan nilai dari taraf signifikan α = 0,05, jadi jika 𝜌< α (0,046 <

0,05) berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh nyata pada setiap lama perendaman terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner).

Gambar 4.4

a) Ulat Sebelum diberi Pestisida Nabati b) Ulat Sesudah diberi Pestisida Nabati

Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dilihat perbedaan larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) sebelum diberi pestisida nabati dan sesudah diberi pestisida nabati. Sebelum diberi pestisida nabati larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) berwarna hijau muda yang bergerak aktif. Sedangkan sesudah diberi pestisida nabati larva

a) b)

ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) berwarna kuning dan menghitam seperti terbakar.

2. Uji Mortalitas Berdasarkan Variasi Konsentrasi

Setelah mengetahui bahwa pestisida nabati perendaman 9 hari dapat membunuh larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dengan jumlah yang banyak, maka selanjutnya adalah menguji mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) berdasarkan variasi konsentrasi dari pestisida nabati perendaman 9 hari, karena sudah terbukti lebih efektif dari perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Variasi konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0%, 9%, 16%, 23%, 28%, 33%, dan 37%. Tujuan menggunakan konsentrasi dengan variasi yang berbeda adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi terhadap mortalitas organisme pengganggu tanaman yaitu larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner). Adapun langkah-langkah dalam pembuatan konsentrasi yang berbeda yaitu, pertama untuk konsentrasi 0%

(kontrol) disini peneliti hanya menggunakan 100 mL air yang sudah dimasak. Kemudian selanjutnya untuk konsentrasi 9%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 9 mL yang ditambahkan dengan 100 mL air yang sudah dimasak. Untuk konsentrasi 16%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 16 mL yang ditambahkan dengan 100 mL air yang sudah dimasak. Selanjutnya konsentrasi 23%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 23 mL yang ditambahkan dengan 100 mL air yang sudah dimasak. Berikutnya yaitu konsentrasi 28%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 28 mL yang ditambahkan dengan 100 mL air yang sudah dimasak. Kemudian konsentrasi 33%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 33 mL ditambahan dengan 100 mL air yang sudah dimasak. Yang terakhir adalah konsentrasi 37%, digunakan pestisida nabati perendaman 9 hari sebanyak 37 mL yang ditambahkan dengan 100 mL air yang sudah dimasak.

Gambar 4.5

Pestisida Nabati Variasi Konsentrasi

Selanjutnya peneliti melakukan uji mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dengan variasi konsentrasi yang telah ditentukan. Larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) diambil dari lahan pertanian di Desa Jia Kecamatan Sape Kabupaten Bima, berat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang dipakai dalam percobaan ini adalah 0,010 g – 0,013 g. Karena ada 7 perlakuan dengan variasi konsentrasi yang berbeda dan dilakukan 3 kali pengulangan penyemprotan, maka jumlah keseluruhan perlakuannya nanti sebanyak 21 perlakuan. Untuk konsentrasi yang pertama adalah 9%, dengan berat ulat bawang yang digunakan adalah 0,010 g.

Disiapkan 3 gelas plastik kemudian dilabeli dengan pengulangan I, pengulangan II, dan pengulangan III, penyemprotan dilakukan sebanyak 3 kali. Jumlah rata-rata kematian pada konsentrasi 9%

adalah 4,6 dengan persentase mortalitas 46%. Kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) ditandai dengan perubahan warna yang awalnya berwarna hijau, setelah disemprotkan dengan pestisida nabati warnanya menjadi kuning kecoklatan dan ditandai dengan tidak adanya gerakkan pada larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) dengan cara disentuh, kemudian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang mati akan mengeluarkan lendir karena mengalami keracunan akibat dari reaksi pestisida nabati.55 Berikutnya untuk konsentrasi 16%, dengan berat larva ulat bawang

55Wahyu Ricar, “Efektivitas Detergen Cuci Piring Terhadap Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) (Lepidoptera : Crambidae), (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 2020), hlm. 2-46.

(Spodoptera exigua Hubner) yang digunakan adalah 0,010 g. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata pada konsentrasi 16%

sebesar 6 ekor dengan persentase mortalitas 60%. Konsentrasi yang diuji selanjutnya adalah konsentrasi 23%, dengan berat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang digunakan adalah 0,010 g.

Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata pada konsentrasi 23% sebesar 7,3 ekor dengan persentase mortalitas 73%. Selanjutnya konsentrasi 28%, dengan berat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang digunakan adalah 0,011 g. Dari hasil pengamatan Jumlah kematian rata-rata pada konsentrasi 28% sebesar 8,6 ekor dengan persentase mortalitas 86%. Konsentrasi yang diuji selanjutnya adalah 33%, dengan berat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang digunakan adalah 0,013 g. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata pada konsentrasi 33% sebesar 9 ekor dengan persentase mortalitas 90%. Selanjutnya konsentrasi 37%, dengan berat larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang digunakan adalah 0,013 g juga. Dari hasil pengamatan jumlah kematian rata-rata pada konsentrasi 37% sebanyak 9,6 dengan persentase mortalitas 96%. Terakhir adalah dengan konsentrasi 0%, artinya yang digunakan hanya air 100 mL saja yang disemprotkkan sebanyak 3 kali pada larva ulat bawang Spodoptera exigua Hubner . Untuk konsentrasi 0% ternyata tidak ada larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang mati dan hanya bergerak aktif pada saat penyemprotan.

Gambar 4.6

Uji Mortalitas Berdasarkan Variasi Konsentrasi

Berdasarkan hasil yang didapatkan tersebut, ternyata jumlah kematian yang banyak didapatkan yaitu dari pestisida nabati perendaman 9 hari dengan konsentrasi 37%, yaitu jumlah kematian rata-rata sebesar 9,6 ekor dengam persentase mortalitas 96%, karena pada konsentrasi 37% aroma yang dikeluarkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin yang menyengat dibandingkan dengan konsentrasi-konsentrasi yang lainnya sehingga jumlah kematian banyak didapatkan pada konsentrasi 37%. Berarti jumlah kematian maksimum didapatkan pada konsentrasi 37%, sedangkan jumlah kematian minimum didapatkan pada konsentrasi 0% karena pada konsentrasi ini tidak ada ulat bawang yang mati. Disini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang didapatkan karena pada konsentrasi yang tinggi aroma yang dikeluarkan oleh senyawa metabolit sekunder allisin akan lebih menyengat sehingga akan lebih efektif.

Berdasarkan uji ANOVA pada uji variasi konsentrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata variasi konsentrasi pestisida nabati umbi bawang putih dan sabun cair terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner) yang dibuktikan dengan diperoleh nilai Fhitung sebesar 44,313 dengan nilai 𝜌 = 0,000 sedangkan nilai dari taraf signifikan α = 0,05, jadi jika 𝜌< α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh nyata pada setiap variasi konsentrasi terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan dari rumusan masalah, hasil pengamatan, analisa data dari semua parameter dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Lama perendaman umbi bawang putih berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner). Semakin lama perendaman umbi bawang putih, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva ulat bawang yang didapatkan. Hal tersebut dibuktikan pada lama perendaman dari 1, 3, 5, 7, dan 9 hari jumlah kematian yang diperoleh semakin meningkat dari mortalitas 83% - 100%.

2. Variasi konsentrasi pestisida nabati perendaman 9 hari yaitu 0%, 9%, 16%, 23%, 28%, 33%, dan 37% berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner). Semakin tinggi konsentrasi pestisida nabati, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva ulat bawang yang didapatkan. Hal tersebut dibuktikan pada variasi konsentrasi 37% yaitu rata-rata jumlah kematian yang didapatkan 9,6 dengan persentase mortalitasnya yaitu 96%.

B. Saran

Penulis berharap kepada peneliti selanjutnya untuk berkenan melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, supaya dapat mengkaji lebih banyak sumber atau referensi yang terkait dengan pembuatan pestisida nabati dengan memanfaatkan tumbuhan lain yang memiliki khasiat dan kandungan senyawa sama dan baik supaya lebih dijamin keamanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Paranata dan Ahmad Takhlishul Umam,Pengaruh Harga Bawang Merah Terhadap Produksi Bawang Merah Di Jawa Tengah”. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, Vol. Vol. 8, Nomor 1, Maret 2015. hlm. 37.

Anna Farisa, Muhammad Sayuthi, dan Alfian Rusdy, “Uji Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Buah Mahkota Dewa Sebagai Molusisida Nabati Terhadap Mortalitas Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Vol. 3, Nomor 4, November 2018. hlm. 118-119.

Ardanicha Mauliyana dan Harlita, Ekstrak Kulit Buah Kopi Alternatif Pestisida Nabati Sebagai Pengendali Ulat Pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa subsp. chinensis (L.) Hanelt)”. Proceeding Biology Education Conference, Vol. 18, Nomor 1, Desember 2021. hlm. 84- 89.

Bagus, I. M., Demoografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Bagus K. Udiarto,“Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya”. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2020.

Bintang Wahyu Syah, “Pengaruh Ekstrak Daun Belimbimg Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Larva Spodoptera Litura”. Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, 2016.

Budi Utami, Agung Nugroho, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah, dan Bakti Mulyani, Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Budhi Indrawijaya, Lutfi Dintya Susanti, dan Desi Emiliawati, “Formulasi Ekstrak Daun Pepaya Jepang Sebagai Biopestisida Untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada Tanaman Bawang Merah”. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia, Vol. 3, Nomor 2, Juli 2019. Hlm. 63-68.

Debi Kristiananda, Juvita Lisu Allo, Veronica Arien Widyarahma, Lusiana, dan Jeanne Magistra, Aktivitas Bawang Putih (Allium sativum L.) Sebagai Agen Anti Bakteri”. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, Vol. 19, Nomor 1, Juni 2022. hlm. 46-53.

Elvi Yenie, Shinta Elystia, Anggi Kalvin, dan Muhammad Irfhan,

“Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metode Ekstraksi Dari Sampah Daun Pepaya Dan Umbi Bawang Putih”. Jurnal Dampak, Vol. 10, Nomor 1, Januari 2013. hlm 47.

Filipus Metan, “Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L.) Di Kelurahan Inbate Kabupaten Timur Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)”, Kupang: SMK-PP Negeri Kupang, 2021.

Gede Sila Adnyana, Ketut Sumiartha, dan Putu Sudiarta, “Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis Terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. E-Jurnal Agroekoteknologi, Vol. 1, Nomor 1, Juli 2012.

hlm. 2.

Hartini, Muhammad Indar Pramudi, dan Samharianto Soedijo, “Daya Rusak Spodoptera frugiperda J. E. Smith pada Tanaman Jagung yang Diberi Perlakuan Pestisida Nabati Daun Pepaya dan Bawang Putih”. Jurnal Proteksi Tanaman Tropika, Vol. 2, No. 5, Oktober 2022. hlm.

556-557.

Hermanu Triwidodo dan Maizul Husna Tanjung, “Hama Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) dan Tindakan

Pengendalian di Brebes, Jawa Tengah”. Jurnal Agroekoteknologi, Vol. 13, Nomor 2, September 2020. hlm. 151.

Jefri Sembiring, Diana S. Susanti, Andri Prasetia, dan Johanna Mendes,

“Penyuluhan Dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Serta Pestisida Nabati Untuk Menunjang Keamanan Pangan Di Kampung Nasem”. Jurnal Dinamika Pengabdian, Vol. 5, No. 2, Mei 2020. hlm 114-126.

Kavita Sharma, Neelima Mahato, Shivraj Hariram Nile, Eul Tal Lee, dan Yong Rok Lee, “Economical and Environmentally-friendly Approaches for Usage of onion (Allium cepa L.) Waste”. Food &

Function, Vol. 7, April 2016. hlm 3354.

Legowo Kamarubayana, Marisi Napitupulu, Maya Preva Biantary, dan Puji Astuti, Pembuatan Pestisida Nabati Ramah Lingkungan Berbasis Tumbuhan Pekarangan”. Ta’awun, Vol. 2, Nomor 1, Februari 2022.

hlm 51.

Mohandis Haki, Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia Calabura L.) Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pada Mencit Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida”, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Sukarta, 2009.

Mona Nur Moulia, Rizal Syarief, Evi Savitri Iriani, Harsi Dewantari Kusumaningrum, dan Nugraha Edhi Suyatma, “Antimikroba Ekstrak Bawang Putih Antimicrobial of Garlic Extract”. Jurnal Pangan, Vol.

27, Nomor 1, Juni 2018. hlm.56-57.

Nursam, Mohammad Yunus, dan Burhanuddin Nasir,Pengaruh Pestisida Nabati Buah Cabai (Capsicum annum L.) dan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Mortalitas Hama Bawang Merah”. e- Journal Ilmu Pertanian, Vol. 6, Nomor 2, April 2018. hlm 225-231.

Dokumen terkait