• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam dokumen meningkatkan hasil belajar matematika melalui (Halaman 109-125)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada sub bab sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi:

1. Keterlaksanaan Pembelajaran 1) Kemampuan guru

Hasil pengamatan observer terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan skor rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (lampiran E). Selama siklus I

95 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan rata-rata skor 3,29 (berada pada kategori baik) sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,86 (berada pada kategori baik).

Hal ini disebabkan karena pada setiap akhir pertemuan guru (peneliti) bersama observer melakukan refleksi terhadap hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian penampilan guru pada pertemuan berikutnya dapat diperbaiki dengan memperhatikan aspek-aspek yang dinilai rendah pada pertemuan sebelumnya.

Aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model kooperatif tipe Make a Match bukan lagi sebagai sosok yang mendominasi proses pembelajaran ataupun sebagai sumber informasi terbanyak bagi siswa, kegiatan mengajar tidak harus merupakan proses tranformasi pengetahuan dari guru kepada siswa, proses itu merupakan proses pembelajaran. Pembelajaran ini mampu mengkondisikan siswa untuk belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika yang tidak hanya berpusat pada guru tetapi juga berpusat pada siswa. Sehingga dalam hal ini guru hanya bertindak membantu menyediakan sarana dan situasi selebihnya siswa sendiri yang akan berusaha untuk menyelesaikannya.

96 2) Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa kedelapan aspek yang diamati mengalami peningkatan dari setiap siklus dengan penerapan model kooperatif tipe Make a Match. Pada awalnya sebagian besar siswa belum bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dan masih bingung dengan model pembelajaran yang digunakan, terutama pada saat pembagian kelompok dan bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Tetapi seiring dengan berjalannya setiap pertemuan siswa menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Make a Match dan menunjukkan keaktifan dalam proses pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas siswa dari setiap aspek yang diamati dari setiap siklus.

1) Persentase kehadiran siswa meningkat dari 89,73% pada siklus I menjadi 97,42% pada siklus II.

2) Persentase siswa yang menanyakan materi pelajaran yang belum dimengerti menurun mulai dari 39,73% pada siklus I menjadi 16,65%

pada siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa mulai paham dengan materi yang diajarkan.

3) Persentase siswa yang mengerjakan soal di papan tulis meningkat dari 15,39% pada siklus I menjadi 37,19% pada siklus II.

97 4) Persentase siswa yang aktif membaca isi kartu yang dipegang meningkat

dari 50% pada siklus I menjadi 75,65% pada siklus II.

5) Persentase siswa yang aktif mencari pasangan kartu yang dipegang meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 75,65% pada siklus II.

6) Persentase siswa yang aktif melaporkan pasangan kartu yang diperoleh kepada guru meningkat dari 35,89% pada siklus I menjadi 67,96% pada siklus II.

7) Persentase siswa yang aktif mencatat pasangan kartu yang sudah benar pada buku catatan masing-masing meningkat dari 17,96% pada siklus I menjadi 61,54% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena keingintahuan siswa tentang materi yang diajarkan mulai berkembang.

8) Persentase siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran menurun dari 29,5% pada siklus I menjadi 12,81%. Pada siklus II.

3) Sikap Siswa

Hasil pengamatan terhadap sikap siswa menunjukkan bahwa kesepuluh aspek yang diamati mengalami peningkatan dari setiap siklus dengan penerapan model kooperatif tipe Make a Match. Pada siklus I sikap siswa sudah berada pada kategori baik dan pada siklus II beberapa aspek mengalami peningkatan pada kategori sangat baik.

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata sikap siswa dari setiap aspek yang diamati dari setiap siklus, yaitu:

98 1) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang santun atau menghormati

orang yang lebih tua (A1) mengalami peningkatan dari 3,54 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,65 pada siklus II dan berada dalam kategori baik.

2) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang santun atau mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain (A2) meningkat dari 3,30 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,62 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

3) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang santun atau menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat (A3) meningkat dari 3 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,77 dan berada dalam kategori sangat baik pada siklus II.

4) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang santun atau menggunakan bahasa santun saat mengkritik pendapat teman (A4) meningkat dari 3,46 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,58 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

5) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang santun atau bersikap 3S (salam, sapa, senyum) saat bertemu orang lain (A5) meningkat dari 3,61 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,81 dan berada dalam kategori sangat baik pada siklus II.

6) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang percaya diri atau berpendapat dan melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu (B1) meningkat

99 dari 3 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,62 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

7) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang percaya diri atau mampu membuat keputusan dengan cepat (B2) meningkat dari 3,15 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,46 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

8) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang percaya diri atau tidak canggung dalam bertindak (B3) meningkat dari 3,31 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,58 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

9) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang percaya diri atau berani presentasi di depan kelas (B4) meningkat dari 3,23 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjadi 3,62 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

10) Rata-rata perolehan nilai sikap siswa yang percaya diri atau berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan (B5) meningkat dari 3,23 dan berada dalam kategori baik pada siklus I menjad 3,65 dan berada dalam kategori baik pada siklus II.

100 2. Hasil Belajar Siswa

Penelitian ini membuahkan hasil dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.B1SMP Unismuh Makassar. Peningkatan yang terjadi dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.B1 Sebelum dan Setelah Penerapan Tindakan

Nilai

Nilai perolehan dari 26 siswa Ketuntasan Individu

Ketuntasan Klasikal Maks. Min. Rata-

rata

Standar

Deviasi Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 90 30 68,42 17,677 15 11 57,69%

Siklus II 98 40 82,08 12,234 24 2 92,30%

Sumber: Lampiran E.1 Berdasarkan Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan dua kali tes siklus, banyaknya siswa yang tuntas secara perorangan pada siklus I adalah 15 orang meningkat menjadi 24 orang pada siklus II dari 26 orang siswa. Ditinjau secara klasikal peningkatannya adalah dari 57,69% pada siklus I meningkat menjadi 92,30% pada siklus II dan telah mencapai nilai KKM di sekolah sebesar 75,00 dan dapat dikatakan tuntas secara klasikal karena lebih dari 85% siswa tuntas belajar.

Adapun penyebab siswa yang tidak tuntas yaitu siswa tersebut kurang antusias dalam belajar, kurang berani berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan dan sering

101 bermain dalam kelas, sehingga hasil belajarnya kurang. Sehingga siswa tersebut butuh pendekatan khusus dari guru agar hasil belajarnya dapat meningkat.

3. Respon Siswa

Dari hasil analisis respon siswa yang diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Make a Match diperoleh bahwa 90% siswa memberikan respon positif. Hasil analisis respon siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan penerapan model kooperatif tipe Make a Match sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam belajar matematika. Ini berarti bahwa penerapan model kooperatif tipe Make a Match dapat mengakibatkan adanya perubahan pandangan siswa terhadap matematika yang sebelumnya menganggap bahwa pelajaran matematika menakutkan dan membosankan menjadi matematika yang menyenangkan sehingga keinginan untuk mempelajari matematika semakin besar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.B1 SMP Unismuh Makassar dengan skor rata-rata pada siklus I 68,42 dan standar deviasi 17,677 sedangkan pada siklus II skor rata-rata 82,08 dan standar deviasi 12,234 dengan skor ideal 100. Hasil ini juga menunjukkan bahwa pada siklus I dari 26 jumlah siswa terdapat 15 orang (57,69%) telah mencapai KKM sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 24 orang (92,31%) dan dapat dikatakan tuntas klasikal karena lebih dari 85% siswa dikategorikan tuntas belajar.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat menumbuhkan sikap positif siswa kelas VIII.B1 SMP Unismuh Makassar terhadap pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang menunjukkan bahwa kesepuluh aspek yang diamati mengalami peningkatan dari setiap siklus Pada siklus I sikap siswa sudah berada pada kategori baik dan pada siklus II beberapa aspek mengalami peningkatan pada kategori sangat baik.

102

3. Penerapan model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan aktivitas positif siswa kelas VIII.B1 SMP Unismuh Makassar dan dapat menurunkan aktivitas negative siswa dari sejumlah aspek yang diteliti.

4. Penerapan model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan rata-rata skor pada siklus I 3,29 (berada pada kategori baik) sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,86 (berada pada kategori baik).

5. Rata-rata persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada pembelajaran matematika adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase respon siswa telah terpenuhi yaitulebih besar atau sama dengan 80%.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dianjurkan beberapa saran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, antara lain:

1. Kepada para peneliti dibidang pendidikan matematika agar melaksanakan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini lebih lanjut, dengan menyediakan waktu yang banyak agar pelaksanaanya lebih efektif.

2. Kepada guru matematika khususnya, agar dapat mencoba menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe Make a Match dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Muh. Shabri. 2013.Meninkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A match pada Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 4Bulukumba.Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

Daryanto dan Rahardjo, M. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar:Badan Penerbit UNM Makassar.

Harmianto, dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Efektif. Bandung:Alfabeta.

Irmi, Ayu Puspita I. 2013. Skripsi. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Aljabar Melalui Model Kooperatif Tipe Make a Match pada Kelas VII SMP Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa.Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

Muzakkir, Kahar. 2014. Teknik dan Bentuk Penilaian Sikap pada Kurikulum 2013,(online),(http://al-maududy.blogspot.co.id/2014/10/teknik-dan- bentuk-penilaian-sikap-pada.html, diakses 15 september 2015).

Ramdani, Rezki. 2009. MeningkatkanHasil Belajar Matematika melalui Pembelajaranyang Melibatkan Metakognisi pada Siswa Kelas XI.IPA 3SMA Negeri 9 Makassar.Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Rusni. 2008. Penerapan Strategi Belajar Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa Kelas X SMU Negeri 1 Lembang, Kabupaten Pinrang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

104

Suryani. 2015. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tahir, Muhammad. 2014. MeningkatkanHasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas VII.ASMP Negeri 20 Bulukumba Kabupaten Bulukumba.Skripsi. Tidak diterbitkan.Makassar:

FKIP Unismuh Makassar

Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Putry, D.M. 2012. Teori Belajar Gagne. (online)

(http://duniabiologisaja.blogspot.co.id/2012/06/teori-belajar-gagne.html, diakses 11 September 2015).

Widdiharto, R. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Makalah.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Yogyakarta.

Winataputra, U. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal.

xvii LAMPIRAN A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A.2 Kartu Soal dan Kartu Jawaban

LAMPIRAN B

B.1 Tes Hasil Belajar

B.2 Alternatif Jawaban dan Penskoran LAMPIRAN C

C.1 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran C.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

C.3 Lembar Observasi Sikap Siswa C.4 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa LAMPIRAN D

D.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian D.2 Daftar Hadir Siswa

D.3 Daftar Nama Kelompok LAMPIRAN E

E.1 Hasil Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa E.2 Hasil Analisis Data Observasi Aktvitas Siswa E.3 Hasil Analisis Data Sikap Siswa

E.4 Hasil Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran E.5 Hasil Analisis Data Angket Siswa

LAMPIRAN F

F.1 Lembar Hasil Pekerjaan Siswa F.2 Lembar Angket Respon Siswa LAMPIRAN G

G.1 Persuratan dan Validasi G.2 Dokumentasi

LAMPIRAN H

H.1 Power Point Skripsi

Suasana belajar

Dalam dokumen meningkatkan hasil belajar matematika melalui (Halaman 109-125)

Dokumen terkait