• Tidak ada hasil yang ditemukan

meningkatkan hasil belajar matematika melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "meningkatkan hasil belajar matematika melalui"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan penelitian dan mengatasi permasalahan tersebut di atas maka dilakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe “make a match” pada siswa kelas VIII.B1 SMP Unismuh Makassar.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran agar model pembelajaran kooperatif tipe match dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Hasil penelitian ini bermanfaat karena dapat memberikan gambaran dan wawasan yang jelas tentang keadaan sistem pembelajaran di sekolah, yang dapat memberikan pedoman untuk mengembangkan ide-ide untuk meningkatkan pembelajaran di masa depan jika Anda menjadi seorang guru.

Kajian Pustaka

Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat muncul berkat adanya pengakuan dari lingkungan (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Penilaian  Guru menilai hasil belajar berkaitan dengan materi yang telah dipelajari atau setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tabel 2.1 Daftar Deskripsi Indikator
Tabel 2.1 Daftar Deskripsi Indikator

Materi Ajar

Titik “O” merupakan pusat lingkaran, oleh karena itu lingkaran tersebut dinamakan lingkaran O. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jari-jari lingkaran adalah garis dari pusat lingkaran ke kelengkungan lingkaran. Berbeda dengan diameter, tali busur tidak melalui pusat lingkaran O. Tali busur lingkaran ditunjukkan oleh garis lurus AC yang tidak melalui pusat lingkaran. Keliling lingkaran adalah luas di dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang dibatasi oleh kedua jari-jari lingkaran tersebut.

Jari-jari lingkaran ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi oleh jari-jari OC dan OB serta busur BC yang disebut batas BOC. Perhatikan bahwa suatu bangun yang mendekati persegi panjang mempunyai panjang sama dengan setengah keliling lingkaran 3,14 x 10 cm dan lebar sama dengan jari-jari lingkaran (10 cm). Jadi, kita dapat mengatakan bahwa luas lingkaran berjari-jari r sama dengan luas persegi panjang dengan panjang πr dan lebar r, sehingga kita peroleh: .. d ) Hitung perubahan luas dan keliling lingkaran tersebut lingkaran jika jari-jarinya berubah.

Misal lingkaran berjari-jari r1, dengan r2 > r1, jika luas lingkaran aslinya adalah L1 dan luas lingkaran setelah diubah jari-jarinya adalah L2, maka selisih luas kedua lingkaran tersebut adalah. Jika keliling lingkaran semula adalah K1 dan keliling lingkaran setelah diubah jari-jarinya adalah K2, maka selisih keliling kedua lingkaran adalah sama. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkaran berjari-jari r1, setelah diubah jari-jarinya menjadi r2 dengan r2 > r1, maka selisih dan perbandingan luas dan kelilingnya adalah sebagai berikut.

Kerangka Pikir

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan model pembelajaran kolaboratif tipe make a match pada siklus I mencapai rata-rata 61,67. Meskipun terdapat peningkatan pada siklus awal ini namun masih dalam kategori rendah sehingga dilanjutkan pada siklus II. siklus mencapai skor rata-rata 86,97 yang termasuk dalam kategori tinggi. Kegiatan kemahasiswaan dari I. sampai II.

Hal ini menunjukkan hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan, aktivitas siswa meningkat dan respon siswa positif. Shabri Bahar (2013) menjelaskan hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif make a match mendapat data ulangan harian dari guru matematika di kelas yang ditetapkan sekolah pada pukul 70.00. Hasil yang diperoleh setelah diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siklus I memperoleh rata-rata 69,78.

Meskipun terdapat peningkatan dari siklus awal ini namun masih dalam kategori rendah sehingga pada siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 80,30 yang termasuk dalam kategori tinggi. Aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II menjadi lebih baik dan respon siswa positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif make-a-match.

Hipotesis Tindakan

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Subjek Penelitian

Faktor yang Diselidiki

Prosedur Penelitian

Guru menjelaskan hal-hal penting tentang topik yang dipelajari sebagai pendahuluan sebelum kegiatan kelompok dilaksanakan. Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang diambilnya sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang berhasil menemukan pasangan kartu yang diambilnya sebelum batas waktu yang ditentukan diberikan poin.

Dari hasil refleksi tersebut guru mengetahui hal-hal yang masih perlu diperbaiki untuk kemudian diterapkan pada siklus berikutnya. Hasil tersebut menjadi acuan untuk perencanaan siklus selanjutnya, yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan siklus awal, dan tentunya mempertahankan hal-hal yang dianggap baik pada siklus I.

Instrumen Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan pada siklus I dengan melakukan berbagai perbaikan atau penambahan sesuai dengan kenyataan yang terdapat di lapangan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data …

Siswa tuntas secara individu apabila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu nilai minimal 75 dibandingkan dengan nilai ideal 100. Sedangkan siswa tuntas secara klasikal jika mencapai minimal 85% dari jumlah siswa. siswa mencapai nilai minimal 75 dibandingkan nilai ideal 100. Indikator keberhasilan sikap siswa Pada penelitian ini nilai akhir siswa minimal 2,80.

Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas positif dan menurunnya aktivitas negatif dari beberapa aspek yang diamati. Penilaian yang diberikan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match didasarkan pada hasil observasi aktivitas guru pada setiap pertemuan dan dihitung dengan menggunakan analisis mean, dimana besarnya tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. kemampuan gurunya. dihitung dengan menjumlahkan poin untuk setiap aspek yang dinilai dan kemudian membaginya dengan jumlah aspek yang dinilai. Apabila hasil analisis menunjukkan respon siswa kurang positif, maka akan dilakukan peninjauan terhadap peralatan yang digunakan.

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan siswa mempunyai respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match adalah jika persentase rata-rata setiap aspek yang dipersyaratkan lebih besar atau sama dengan 80%.

Table 3.2 Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Table 3.2 Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Indikator Keberhasilan

61 sudah diterima guru dan 5 siswa aktif mencatat pasangan kartu yang benar di buku catatannya. Berdasarkan aktivitas siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sejak pertemuan sebelumnya terhadap jumlah siswa yang aktif membaca dan mencari pasangan kartu yang diadakan. 88 7) Persentase siswa yang aktif mendaftarkan pasangan kartu yang dimilikinya. benar dalam buku catatan masing-masing 61,54%.

Rata-rata persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Make a Match dalam pembelajaran matematika adalah 90%.

Tabel 4.4 Statistik Hasil Belajar Siklus I
Tabel 4.4 Statistik Hasil Belajar Siklus I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Penelitian pada Siklus II

Dengan memotivasi dan terus meningkatkan keaktifan siswa, guru membimbing siswa yang belum mampu menyelesaikan soal pada kartu tanya dan kartu jawaban. Guru meminta siswa mencari pasangan kartu yang dipegang. i) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mencocokkan kartunya masing-masing. j) Guru memerintahkan siswa untuk melaporkan hasilnya dan guru mencatatnya pada kertas yang telah disiapkan. k) Guru meminta siswa yang belum menemukan pasangannya untuk berkumpul secara terpisah. l) Guru meminta salah satu pasangan untuk presentasi, kemudian pasangan yang lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan cocok atau tidaknya pasangan tersebut. M). Instrumen lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran C.2) digunakan untuk mengamati seluruh aktivitas siswa yang berkaitan dengan penerapan model kooperatif tipe make a match pada saat kegiatan pembelajaran.

Pada pertemuan kelima, siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berjumlah 25 orang, siswa ditanya tentang materi pelajaran. Berdasarkan aktivitas siswa dapat disimpulkan terjadi peningkatan dari pertemuan sebelumnya, jumlah siswa yang aktif membaca dan mencari pasangan kartu yang dipegangnya, serta jumlah siswa yang mengerjakan soal. di papan tulis sudah meningkat, namun siswa masih perlu diawasi dan masih perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa juga dinilai baik karena banyak siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. a) Guru membuka pelajaran dengan salam.

Guru menyuruh siswa mencari pasangan kartu. i) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mencocokkan kartunya masing-masing. j) Guru mengarahkan siswa untuk melaporkan hasilnya dan guru menuliskannya pada kertas yang telah disiapkan. k) Guru meminta siswa yang belum menemukan pasangannya untuk bertemu secara terpisah. Berdasarkan aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa aktif dibandingkan pertemuan sebelumnya. Jumlah siswa yang mengerjakan soal di papan tulis mengalami peningkatan, namun siswa masih memerlukan pengawasan dan perbaikan.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran   Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus II

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada siklus I sikap siswa berada pada kategori baik, dan pada siklus II beberapa aspek mengalami peningkatan dengan kategori sangat baik. 99 dari 3 dan berada pada kategori baik pada siklus I menjadi 3,62 dan berada pada kategori baik pada siklus II. 7) Nilai rata-rata sikap siswa yang percaya diri atau mampu mengambil keputusan dengan cepat (B2) meningkat dari 3,15 dan berada pada kategori baik pada siklus I menjadi 3,46 dan berada pada kategori baik pada siklus II. Sumber: Lampiran E.1 Dari tabel 4.14 di atas terlihat bahwa setelah menyelesaikan tes dua siklus, jumlah siswa yang tuntas secara individual pada siklus I sebanyak 15 orang, meningkat menjadi 24 orang pada siklus II dari 26 siswa.

Secara klasikal mengalami peningkatan dari 57,69% pada siklus I, meningkat menjadi 92,30% pada siklus II dan telah mencapai nilai KKM di sekolah sebesar 75,00 dan dapat dikatakan tuntas secara klasikal karena lebih dari 85% siswa telah mencapai nilai KKM di sekolah sebesar 75,00. menyelesaikan survei mereka. Dari hasil analisis respon siswa yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kolaboratif tipe Make a Match diketahui bahwa 90% siswa memberikan respon positif. Penerapan model kolaboratif Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.B1 SMP Unismuh Makassar dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 68,42 dan standar deviasi sebesar 17,677, sedangkan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 68,42 dan standar deviasi sebesar 17,677. siklus II sebesar 82,08 dan standar deviasi sebesar 12,234 dengan skor ideal 100.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pada siklus I dari 26 siswa, 15 orang (57,69%) telah mencapai KKM, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 24 orang (92,31%) dan dapat dikatakan telah mencapai KKM klasikal. studi mereka karena lebih dari 85% siswa dikategorikan telah menyelesaikan studinya. Hal ini terlihat dari hasil observasi sikap siswa yang menunjukkan sepuluh aspek yang diamati mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I sikap siswa berada pada kategori baik dan pada siklus II beberapa aspek menunjukkan peningkatan dengan kategori sangat baik. kategori baik. Penerapan model kooperatif Make a Match dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 3,29 (kategori baik), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,86 (kategori baik).

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.B1  Sebelum dan Setelah Penerapan Tindakan
Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.B1 Sebelum dan Setelah Penerapan Tindakan

Gambar

Tabel                                                     Judul                                           Halaman Tabel 2.1 Daftar Deskripsi Indikator…………………………...………… 16 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif…...……….
Table 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.B1 Sebelum dan Setelah Penerapan Tindakan…………………….
Tabel 2.1 Daftar Deskripsi Indikator
Table 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII tahun